Oleh : Drs.Tiopan Manihuruk, MTh
Rom. 12: 1-2
Pernahkah kita melihat orang-orang yang bangga dengan symbol-simbol
religi tapi tidak selaras dengan hidupnya? Memakai tanda salib tapi hidupnya
tidak jelas, bersyukur kepada Tuhan didepan publik tapi memakai pakaian yang
kurang pantas, dirumah ada gambar salib tapi selalu terjadi pertengkaran disana.Inilah
religi tanpa religiositas Agama dan
sebutan-sebutan rohani hanya menjadi symbol/slogan sehingga membuat
deskralisasi agama. Apakah semua koruptor, napi itu punya agama? Kalau begitu
apa peran agama? Ketika terjadi desakralisasi agama terjadilah politisasi
agama, tidak membuat kita makin dekat dengan Allah tapi menjadi komoditas
politik, cth: perang salib. Ketika agama menjadi komoditas politik, terjadilah
stigma, ketika ditanya “orang apa?” dijawab dengan agama yang dianut, jika
mereka satu label denganku kami berteman jika tidak 1 label kami bermusuhan.
Semua upacara di Negara ini dimulai dengan nama Tuhan, tetapi apakah hidup
sehari-hari mencerminkan nilai-nilai kebenaran?
Kita sudah diselamatkan
karena kemurahan Allah (3: 20-26) maka bukti atau tanda bahwa sudah mengalami
kasih karunia Allah diperintahkan untuk:Mempersembahkan tubuh kepada Allah
(ay. 1b) dengan syarat harus hidup, kudus dan berkenan kepada
Allah. ‘Hidup’ agar bisa berkarya bagi Allah tidak seperti
korban binatang mati dalam PL yang hanya untuk disembelih dan dibakar (bd. Ef.
2: 10), anugrah yang menyelamatkan ditunjukkan dengan tindakan dan karya bagi
Allah.‘Kudus’ – Allah itu kudus (1 Ptr. 1: 15-16) maka Dia
menghendaki hidup dan karya umat tebusannya haruslah kudus adanya (1 Tes. 4: 3,
7). Karena itu jauhi kecemaran.‘Berkenan kepada Allah’ – memenuhi
standart atau yang dituntut Allah dari orang percaya, bukan asal ada atau
(sembarangan). bd. Kurban hewan dalam
PL, di mana harus domba atau hewan yang terbaik tanpa cacat serta yang sulung,
bukan asal-asala, asal jadi tetapi yang
terbaik, itulah ibadah yang sejati. Dalam ayat ini Paulus juga
menjelaskan akan arti sebuah ibadah yang sejati, yakni bukan sebatas ritual,
melainkan spiritual. Ibadah sejati adalah ketika orang tebusan Allah
mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan
kepada Allah lih. Daniel 1: 7-8, 20; 6: 5-6 sebagai produk dari sebuah
ritual yang sehat (6: 10-12), jangan hanya stigma agama tanpa hidup yang benar.
Daniel dalam seluruh hidupnya hanya didapati “kelemahannya” yaitu dalam hal
ibadahnya kepada Allah. Apakah kita hanya dipandang sebagai orang yang masih
beribadah, masih memimpin kelompok, mamsih pengurus tapi dalam hidup
sehari-hari tidak baik.
Jangan menjadi serupa dengan dunia (ay. 2a). Why? Oleh kemurahan Allah telah
diselamatkan dari dosa dan maut (Rom. 12: 1; 6: 23)Berubahlah oleh
pembaharuan budimu (ay. 2b). Why? Sebagai warga negara sorga yang
akan bangkit bersama Kristus haruslah berubah dalam cara berfikir (Kol. 3: 1-2;
Ef. 4: 22-24) – pikirkan perkara di atas di mana Kristus ada .Mengapa pembaharuan akal budi itu
penting? The way you think is the way you will live.Perubahan
akal budi atau cara berpikir membuat seseorang dapat membedakan manakah
kehendak Allah, yaitu apa yang baik, berkenan kepada Allah dan sempurna
(ay. 2c)
Mari membaca dari Yesaya 58: 1-12. Yesaya diperintahkan Tuhan untuk menyadarkan Israel
akan kehidupan religi (keagamaannya) – their rebellion and sins, yaitu :
setiap hari mencari Tuhan & suka mengenal jalan Tuhan (ay. 2a),menanyakan
Tuhan akan hukum-hukum yang benar dan suka mendekat menghadap Allah (ay. 2b),
mereka melakukan apa yang baik
tetapi bertanya kepada
Allah:Mengapa Tuhan tidak memperhatikan dan mengindahkan padahal mereka
berpuasa?Israel berpuasa tetapi tetap mengerjakan tugas sehari-hari (ay. 3b).
Israel berpuasa tetapi tetap mengerjakan tugas, bukan mengkhususkan diri untuk
puasa. Puasa menjadi symbol, ibadah menjadi symbol. Hal ini mungkin juga bisa
terjadi pada kita, hari minggu kita ke gereja karena merasa tidak enak kalau
tidak ke gereja. Setiap hari kit abaca alkitab, saat teduh apakah setiap hari
hidup kita berubah? Mereka berpuasa
tetapi mendesak semua buruh – exploit all your workers (ay. 3c) –
religi/ritual tanpa spiritualitas bahkan melakukan dosa. Bagaimana jika gaji
buruhmu ditahan, gaji dibawah UMR, karyawan ditindas, tetapi kita tidak berbuat
apa-apa? Kita rajin pergi ke gereja tetapi gaji pembantu ditahan, pembantu
dipaksa kerja sampai malam tanpa istirahat. Tidak ada korelasi antara kegiatan
keagamaan dengan etika dan praktika kehidupan.‘Kesalehan vertikal’ tidak
berbanding lurus dengan kesalehan sosial/horizontal. Berpuasa sambil berbantah
dan berkelahi, memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena (ay. 4-5).Orang
yang sudah lahir baru belum tentu hidup benar.
Ibadah yang sejati:
Ada kesejajaran ritual dengan etika dan karya hidup yaitu: membuka belenggu kelaliman, melepaskan
tali-tali kuk, memerdekakan orang teraniaya dan mematahkan setiap kuk (ay.
6) (adakah ketidakadilan/penindasan yang perlu dirubah di kantor, bukan hanya
mementingkan diri sendiri “yang penting bukan aku korbannya”),memecahkan roti bagi yang lapar, memberi tumpangan bagi yang miskin, memberi pakaian bagi yang telanjang &
mendekatkan diri bagi saudara untuk dapat menolong mereka (ay. 7, 9b-10a)
bd. Lk. 4: 18-19. Kabar baik bagi orang yang tertindas adalah memperjuangkan
hak mereka, tapi jika mereka tertindas karena Kristus beritakan Kristus.Tidak
semua harus langsung diberitakan Injil, lihat kondisinya. Yesus sendiri
menyembuhkan secara fisik dan rohani. Jika sejajar Religi dengan
Religiositas maka :
- Terangmu akan merekah seperti fajar (ay. 8a, 10a)
- Luka akan dipulihkan segera – penyembuhan
- Kebenaran menjadi barisan depan
- Kemuliaan Tuhan menjadi barisan belakangmu (ay. 8)
- Tuhan akan mendengar seruanmu (ay. 9)
- Tuhan menampakkan wajah-Nya kepadamu
- Kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari (ay.
10b)
- Tuhan akan menuntun senantiasa dan memuaskan
hatimu di tanah kering (ay. 11a)
- Tuhan akan memperbaharui kekuatan
- Akan seperti taman yang diairi dengan baik
seperti mata air (disegarkan dan disuburkan) ay. 11b
- Membangun reruntuhan dan memperbaiki dasar atau
pondasi – restorasi (ay. 12)
Religi dan religiositas tidak diartikan
mengganti kehidupan rohani dengan kegiatan sosial, namun pentingnya kesejajaran
kesalehan vertikal dengan horizontal atau etika dan kerajaan Allah dan tindakan
kasih yang diproduksi oleh relasi/ibadah kepada Allah.
Religi tanpa
Religiositas
n
Lk.
18: 9-14, dua orang yang beribadah pada allah, orang Farisi dan pemungut cukai,
orang Farisi meninggikan diri sebagai orang yang saleh sementara pemungut cukai
melakukan perkabungan, bertobat dan mengaku dosa. Jika kita masih menjadi
pengurus, masih KTB tapi masih permisif dengan dosa, apa gunanya? Jangan kita
berdosa tetapi dibungkus secara rohani dengan status rohani di pelayanan
n
Mt.
15: 8-9; Yes. 29: 13 “bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal
hatinya jauh daripadaKu”, hidup orang Israel melakukan taurat karena menuruti
perkataan manusia. Kita bisa saja menyanyikan lagu rohani tetapi hidup kita
tidak rohani, jangan jadi pengurus/berkhotbah tapi tetap lakukan dosa. Jangan
hanya memuliakan Allah dengan mulut tapi hati jauh dari Tuhan, itu religi tanpa
religiositas
n
Yoh.
3: 1-9, Nikodemus seorang Farisi yangb bertanya tentang kuasa Yesus Nikodemus
seorang Farisi yang banyak belajar firman Tuhan, tetapi belum lahir baru.
n
Rom.
10: 1-3 (..”keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah supaya mereka
diselamatkan….bahwa mereka sunguh-sungguh giat utnuk Allah tetapi tanpa
pengertian yang benar”) ini yang disebut sesat dalam kekudusan, ritual
dilakukan dengan giat tapi tanpa pengenalan yang benar. Apakah etika hidup kita
sama dengan orang lain, Apakah etika hidup kita sama dengan orang lain, atau etika bisnis kita sama, yang membedakan
hanya kita saat teduh, kita tidak merokok, tidak minum alcohol dan kita membawa
alkitab.Kalau sama apa gunanya?
n
2 Kor.
3: 14-17 (..”tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari
ini, slubung itu masih tetap menyelubungi mereka..”)melakukan ibadah , rajin
baca firman tapi tidak mengerti seperti diselubungi, selubung itu akan
disingkapkan jika berbalik pada Tuhan.Berbalik pada Allah akan membuat religi
sejalan dengan religositas.