Jumat, 06 September 2019

THE GOOD AND BEAUTIFULL COMMUNITY

Oleh : Christian Tampubolon, SP



Salah satu keunikan orang Kristen adalah komunitas, seperti kelompok kecil. Yesus sendiri ketika memulai pelayananNya adalah dengan  membentuk komunitas, memanggil beberapa murid. Sebelum Yesus ditangkap, Ia berdoa yang sangat panjang seperti ditulis di kitab Yohanes.
Yohanes 17 : 20 -21 “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang- orang yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang mengutus Aku”.
TUHAN MENGINGINKAN KITA SATU
Yesus sangat serius mendoakan murid-muiridNya dan berdoa untuk kesatuan mereka bukan saja pada 12 muridNya tapi untuk semua orang yang percaya supaya satu, karena tantangan dunia begitu berat, tanpa komunitas, kita tidak akan mungkin bertahan. Jika kita ingin membangun pelayanan dengan baik, kita harus berkomunitas, seperti dalam 1 kelompok kecil, pelayanan
Paulus juga sangat serius meminta jemaatnya di Filipi untuk sehati sepikir. Filipi 4:2-4 ‘Eudia kunasehati dan Sintike kunasehati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan, bahkan kuminta kepadamu juga , Sunsugos, temanku yang setia : tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama- sama Klemens dan kawan- kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan”
Ini adalah bagian terakhir surat Paulus kepada Filipi yang pernah dilayaninya, Jemaat Filipi bukan jemaat yang besar tetapi jemaat Filipi sangat bertumbuh dan pernah mendukung Paulus secara materi. Tapi saat ini ada masalah yang serius dan Paulus meminta supya Eudia dan Sintike untuk sehati sepikir dan meminta Sunsugos untuk menengahi mereka. Mereka orang seperjuangan Paulus dalam pelayanan. Paulus meminta Sunsugos untuk medamaikan mereka.
Inilah yang terjadi dengan jemaat Filipi. Yang juga mungkin bagian dari kondisi banyak komunitas kita. KTB kita. Kepengurusan kita. Pelayanan kita. Ada banyak kita yang nampaknya masih tetap mengerjakan aktivitas pelayanan tetapi di dalamnya terdapat  perpecahan, terdapat hati- hati yang tidak berdamai.Mungkin saja pelayanan masih berjalan dan acara terlihat sangat baik tapi ada hati yang tidak berdamai didalamnya.
Filipi 2:1-2 “Jadi (NIV: If you have) karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini : hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih,satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari keuntungan sendiri atau puji- pujian yang sia- sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri ; dan janganlah tiap- tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”.
Jika kita memiliki Kristus, pasti karakter-karakter Kristus akan ada pada diri kita. Adalah hal yang sulit untuk mengutamkan kepentingan orang lain dan membuat menjadi nol diri kita. Mengapa sulit sehati sepikir? KITA MENGAKU MEMPUNYAI KRISTUS TETAPI TIDAK MEMILIKI KARAKTER KRISTUS ITU SENDIRI
Itu sebabnya Paulus menegaskan dalam Filipi 2:5 hendaklah kamu dalam hidupmu bersama memiliki pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus.  Pikiran dan perasaan Kristusà yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diriNya, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Jika kita harus berganti sepatu dengan orang lain yang berbeda ukuran dengan kaki kita, apakah kita siap?Ini adalah hal yang sulit, mungkin kita tidak bersedia berganti sepatu dengan orang lain. Jika kita yang hanya sekedar berganti sepatu orang lain saja tidak siap, bagaimana dengan Yesus yang mau hadir bagi manusia ? Turun ke dunia yang bobrok, berdosa dan menjijikkan ini? Yesus mau memakai sepatu manusia. Hidup seperti manusia. Tinggalkan sepatu “ sorgawi nya “ dan memakai sepatu “dunia.” Dia hadir bagi manusia. Dia merendahkan hatinya. Yang sering merusak persekutuan adalah ketidaksediaan kita memakai sepatu orang lain, mementingkan diri sendiri, mempertahankan ego kita. Dengan siapa kita bermasalah hari ini? Kita harus melepas sepatu kita dan mau masuk ke dalam kehidupan orang lain. Itulah dasar setiap persekutuan : Ketika kita mau mengosongkan diri kita masuk ke dalam hidup orang lain. Melihat dengan cara orang lain melihat. Masalah-masalah yang terjadi di komunitas kita seringkali masalah teknis, komunikasi. Persekutuan kita akan terasa indah ketika kita bersedia masuk kedalam hidup dan bukan karena job desk masing-masing
Tidak ada yang menjadi dasar setiap orang membangun komutas yang baik dan indah kalau bukan kasih Kristus. Kita harus memandang kepada salib.
·         Salib akan mematahkan ego kita.
·         Salib akan melembutkan hati kita yang keras menjadi lembut.
·         Salib akan menghibur hati kita yang pahit oleh karena kekesalan
·         Salib akan mendorong kita meninggalkan keegoan kita.
·         Salib harusnya mampu mengubah karakter- karakter keras kita. Salib bukanlah  sekedar syarat untuk engkau dan dapat surga. Tetapi salib itu menjadi dasar hidup di dunia
·         Salib menjadi fondasi untuk mengasihi, dasar untuk berkorban,
·         Kekuatan yang mampu mengubah hati.
Jika salib belum mampu mempengaruhi kita melakukan semua itu ,barangkali kita belum utuh memaknai salib itu sendiri.
Apa yang membuat kasih Yesus nyata adalah ketika Dia  hadir ke dunia untuk memperbaharui relasi yang rusak. Dia tidak memperbaikinya dari sorga. Tetapi hadir ke dunia. Yesus masuk ke dalam pergumulan manusia dan itu membuat kasihNya nyata. Ketika ada konflik dalam komunitas, kita harus berani masuk dan menyelesaikannya, jangan meninggalkan nkomunitas karena ada konflik didalamnya. Jangan kita meninggalkan komunitas karena kecewa, dan jangan menolak pelayananan karena kita tahu kita pernah mengalami masalah,
The good and the beautiful community
Saya mengajak kita menaruh pikiran dan perasaan yang ada di dalam Kristus. Hidup di dalam komunitas berarti kita bersedia hadir dan mau masuk ke dalam hidup dan pergumulan orang lain bahkan kepada mereka yang  kita merasa  bermasalah. Mereka yang tidak kita sukai atau yang tidak kita sukai. Pakai sepatu dia dan tinggalkan sepatu kita. Ini berarti kita bersedia mengosongkan diri kita dan tidak mempertahankan diri kita, prinsip kita, ego kita. Kita bersedia melepas sepatu kita dan memakai sepatu mereka. KARENA YESUS SUDAH MELAKUKANNYA BAGI KITA. Hadirlah di komunitas dan memakai sepatu orang lain. Kita harus kembali ke komunitas karena kita tidak akan sanggup hidup sendiri. Karena itu jangan bermain-main dalam komunitas, jangan meninggalkan komunitas kita.

SOLIDEO GLORIA


Jumat, 23 Agustus 2019

MANAGEMEN KONFLIKMANAGEMEN KONFLIK

Oleh : Zubel Sitorus, ST




Konflik adalah hal yang kita hadapi setiap hari. Karena itu belajar tentang manajemen konflik akan sangat menolong kita ketika menghadapi konflik dengan memiliki dasar-dasar ilmu, pemahaman dan jalan keluar. Jika kita tidak memiliki pemahaman, kita akan menyelesaikan konflik dengan perasaan dan emosi.  Ketika kita memahami manajemen konflik maka emosi kita akan terukur, bahkan emosi bisa diciptakan menjadi bagian/skenario untuk memenangkan konflik. Ada orang yang berbicara dengan tipe yang seolah-olah marah dengan situasi, tetapi ada orang lain yang menciptakan kemarahan, dan berbicara supaya orang lain marah. Jika dalam konflik terjadi dead lock, maka kita harus pikirkan strategi-strategi yang kreatif dan strategi yang tidak membuat pihak lain merasa kalah.

Apa arti konflik?
Konflik adalah kesalahpahaman, ketidakcocokan pengertian atau emosi antar individu atau antar kelompok yang mengarah kepada atau mengakibatkan timbulnya pertentangan dan permusuhan. Konflik terjadi pada 2 sisi, antar kelompok atau antar individu
A.     Beberapa faktor penyebab konflik :
1.       Lingkungan (Enviroment). Latar belakang seseorang bisa membedakan cara komunikasi, karena daerah tertentu ada yang yang  merasa kalimat tertentu terlalu kasar.
2.       Pribadi (Personal). cara berpikir, pribadi dan karakter yang berbeda, perbedaan generasi akan membedakan cara berpikir
3.       Komunikasi (Communication). Cara komunikasi erat kaitannya dengan 4 karakter (sanguin, kolerik, melankolik, plegmatik), seorang sanguin dapat dianggap oleh melankolik terlalu banyak berbicara. Ketika berkomunikasi bahasa tulisan dengan ponsel, akan diketahui kebiasaan seseorang dalam berkomunikasi, penggunaan bahasa dan emoticon  tertentu. Orang yang tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mungkin akan gagal di pekerjaan yang mengutamakan komunikasi seperti marketing, tetapi dia akan berhasil di bagian lain.
4.       Struktur (Structure). Posisi atasan terhadap bawahan dapat menjadi konflik, karena secara struktur atasan memberi perintah dan mengawasi bawahan..
B.     Pandangan Tentang Konflik :
1.       Pandangan Tradisional : Konflik bersifat merusak, oleh sebab itu segala jenis dan bentuk konflik  harus dihindari. Hal seperti ini membuat konflik tidak diselesaikan jika terjadi.
2.       Pandangan Hubungan Antar Manusia : konflik merupakan suatu  hal yang alami dan tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu, segala situasi  konflik harus dapat diterima dan dihadapi dengan baik. Setiap orang tidak akan dapat menghindari konflik karena itu hal yang lumrah.
3.       Pandangan Interaksionis : konflik adalah merupakan hal yang positif dan diperlukan dalam  rangka mencapai sasaran tujuan dengan efektif. Ada orang yang mahir menciptakan konflik supaya muncul pendapat yang pro dan kontra. Memberikan target pencapaian di pekerjaan dapat menciptakan konflik tapi juga dapat meningkatkan kinerja untuk mencapai target.
SKALA KONFLIK

Tanpa konflik, segala sesuatu akan berjalan lambat, ketidak sepakatan kecil akan mempertanyakan argumentasi dan menimbulkan perdebatan. Perdebatan yang makin tinggi bisa menjadi tindakan mengancam.
C.       Resolusi Konflik :
1.       Restrukturisasi : mengubah struktur organisasi dan mengatur arus komunikasi
2.       Pertemuan Kolaborasi : pertemuan tatap muka (face to face) yang bertujuan untuk memecahkan konfllik
3.       Reshape aspek-aspek : Mengubah aspek-aspek manusiawi melalui pelatihan dan konseling
4.       Negosiasi :  pertemuan tawar menawar
5.       Sasaran Subordinasi : menciptakan sasaran bersama yang  satu
6.       Mengubah Situasi Lingkungan :  mengurangi  tekanan dari lingkungan
7.       Wewenang Atasan : menggunakan wewenang formal organisasi
D.     Bagaimana  merangsang konflik?
Kadang kala konflik memang diperlukan, dan dapat merangsang melakukan tindakan dari hasil diskusi, bertukar ide-ide dan membawa kedua pihak menjadi lebih dekat.  
·         Komunikasi :menyebarkan informasi yang bertujuan untuk memancing atau menstimulasi. Ketika diinformasikan akan ada pengangkatan orang muda dalam satu posisi, maka tingkat persaingan kaum muda dan senior dapat meningkatkan kompetensi, masing-masing pihak akan menunjukkan kualitas mereka sebagai senior dan junior yang  dapat mengimbangi keahlian senior
·         Restrukturisasi :  mengubah aturan dan menambah ketergantungan
·         New Member recruit : merekrut anggota baru yang berasal dari luar circle yang  memiliki pemikiran yang berbeda
·         The Devil Advocate : mendengar  kritik dan ide-ide yang bertentangan dengan prinsipal atau keyakinan para anggota
E.      Strategi Mengatasi Konflik
·         Jika kepentingan orang lain dan diri sendiri tidak terlalu penting, lebih baik dihindari. Jika kepentingan diri sendiri rendah tapi penting bagi orang lain, kita mengalah.
·         Jika kepentingan diri sendiri sangat penting dan bagi orang lain tidak, maka kita harus perjuangkan, jangan dilepaskan.
·         Jika kepentingan untuk diri sendiri penting dan bagi orang lain tidak penting, biasanya pihak lain akan mengalah
·         Jika kepentingan diri sendiri dan orang lain sama-sama penting maka diambil langkah kompromi
·         Jika  kepentingan diri sendiri dan orang lain sama-sama sangat penting diambil langkah kolaborasi, bekerjasama untuk tujuan yang sama-sama penting.
Konflik dapat terjadi ketika orang-orang yang beda generasi bertemu. Orang-orang kelahiran 1960-1980 generasi X. Orang yang lahir tahun 1990 adalah generasi milenial. diatas tahun 2010 adalah generasi alfa. Jika generasi X bertemu generasi milenial di pekerjaan akan timbul konflik. Generasi milenial adalah generasi yang cenderung menikmati sesuatu tapi tetap harus diberi target, karena jika tidak, mereka akan bekerja dengan santai.. Langkahnya adalah dengan kolaborasi, tetap mengacu pada tujuan tapi bisa memahami sifat generasi mileniaL
Di Kisah Para Rasul 15:35-41, Paulus dan Barnabas menghadapi konflik, Barnabas ingin membawa Markus dan Paulus tidak setuju karena menganggap Markus tidak setia dalam pelayanan. Mereka akhirnya berpisah . Ketika berkonflik, mereka tidak merusak tujuan, tetap mengerjakan pelayanan.  Filipi 2:2 “Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini, hendaklah kamu sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan. Filipi 2:4 ”dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri tetapi kepentingan orang lain juga”.  Anak-anak Tuhan seharusnya memiliki pemahaman yang sangat baik tentang managemen konflik karena memiliki kasih dan pengampunan. Mengampuni sifatnya pribadi, kita mengampuni karena menyadari kesalahan kita, jika sama-sama mengampuni itu artinya kolaborasi.  Kita dapat mengatasi konflik dengan memiliki pemahaman managemen konflik dan saling mengampuni dengan penuh kasih. 


SOLIDEO GLORIA

Jumat, 19 Juli 2019

GOSPEL IN LIFE

Oleh : Ir.Indrawaty Sitepu MA




Roma 1:16-17Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis;”Orang benar akan hidup oleh iman.”
Ini adalah surat Paulus tentang keyakinannya yang begitu kokoh kepada Injil kerena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan orang yang percaya.
INJIL bukan hanya bagi orang-orang yang belum percaya (non-Christians) tetapi juga untuk orang percaya. Sebagai orang percaya kita perlu untuk terus mempelajari INJIL dan menerapkan INJIL tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari.
Karena sebagai orang percaya kita perlu untuk terus mempelajari Injil dan menerapkan Injil itu dalam hidup kita sehari-hari.
a.      What”s the gospel? Apa sebenarnya Injil?
Injil adalah Good news, . What is the Good News? The good news is Jesus. And the good news about Jesus which we announce is that He died for our sins and was raised from death. Good news itu adalah Yesus itu sendiri, Dia yang m,ati dan bangkit untuk kita.
Definisi Injil
Berita sukacita bahwa Allah melalui kematian dan kebangkitan Kristus memperbarui manusia berdosa dan seluruh ciptaan untuk diperdamaikan dengan Allah untuk dapat hidup bersama Allah dalam langit yang baru dan bumi yang baru.
b.      Apa bedanya Nasihat atau Berita?:
Injil adalah berita sukacita (good news), bukan nasihat sukacita (good advice), demikian Dr Martyn Lloyd-Jones menjelaskan keunikan Injil di tengah agama-agama dunia
Nasihat adalah himbauan agar kita melakukan sesuatu, dan sesuatu tersebut belum terjadi. Misalnya kita memberi nasihat supaya seseorang rajin melakukan saat teduh dan itu belum terjadi.
Berita adalah laporan sesuatu yang sudah terjadi, tidak ada yang kita perlu perbuat karena itu sudah dilakukan bagi kita – yang dituntut dari kita hanyalah respon kita terhadap berita tersebut. Karena itulah Injil adalah berita sukacita bukan nasihat sukacita.
Dr Llyod-Jones berkata bahwa setiap agama di dunia mengirimkan para penasihat kepada manusia. “Lakukan ini dan itu, bila engkau mau selamat. Ini hukummnya, aturannya, langkah-langkahnya. Selamatkankah dirimu dari dosa-dosamu”. Penasihat memberi nasihat supaya melakukan apa yang baik. Allah tidak mengirimkan penasihat, tetapi pemberita bahwa Kristus Yesus telah mati dan dibangkitkan untuk memperdamaikan kita  dengan Allah. ini adalah sesuatu yang sudah selesai/sudah terjadi.
Berita sukacita tersebut berkata, “Semua sudah dilakukan Kristus. Dosa, kematian, Setan telah dikalahkan! Beresponlah dengan sukacita, dan hiduplah sepadanan dengan rasa syukur-mu tersebut.” Karena hal itu sudah diselesaikan dan tidak ada kata mudah-mudahan tapi ada kepastian. Pemahaman ini seharusnya membuat hidup kita berbeda.
Jadi apa beda agama dengan Injil?
q  Agama adalah tentang DO (lakukan ini, lakukan itu), Injil adalah tentang DONE (sudah selesai, sudah selesai!).
q  Agama menimbulkan ketakutan dan ketidakpastian apakah yang kita akan lakukan cukup untuk menyelamatkan kita. Injil mendatangkan sukacita dan keyakinan bahwa Kristus sudah melakukan semua hal yang dibutuhkan untuk menyelamatkan kita.
Good advice : Hal-hal yang telah atau harus saya lakukan supaya saya selamat
Good news : Berita tentang karya YESUS bagi kita. Bukan tentang apa yang telah atau harus saya lakukan, tetapi tentang apa yang telah YESUS lakukan bagi saya.
The law says, ‘Do this,’ and it is never done. Grace says, ’Believe this’ and everything is already done. (Martin Luther).  Reformasi terjadi ketika INJIL kembali menjadi fokus utama dalam kehidupan umat ALLAH bukan yang lain.
c.      TATA BAHASA INJIL
Kita perlu belajar ap[akah kita sedang belajar tentang good news atu good advice. Kalau kita ingin hidup berpadanan dengan Injil, kita perlu memahami tata bahasa Injil. Yang penting adalah urutannya. Indikatif à Imperatif. Bukan sebaliknya
TATA BAHASA INJIL
iNDIKATIF
IMPERATIF
·      Fakta yang telah terjadi
·      Deklarasi Injil
·      Apa yang Kristus telah lakukan
·      “Being”-Siapa kita didalam Kristus
·           Perintah dan larangan
·           Kewajiban Injil
·           Apa yang perlu kita lakukan
·           “Becoming”-bagaimana kita diubah dalam  Kristus
Inilah pola yang muncul di seluruh Alkitab baik Perjanjian Lama dan Baru.


Berikut beberapa contoh dalam surat-surat Rasul Paulus:
Teks Alkitab
Indikatif Injil
Imperatif Injil
Roma 6:18-19

“Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran”(6:18)
“..Kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu  kepada pengudusan”(6:19)
Galatia 5:16,24
“Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (5:24)
“Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (5:16)

Dari Roma 6:18-19 dapat kita lihat,  indikatifnya adalah “karena kita sudah dimerdekakan, maka kita seyogyanya/sejatinya kita menjadi hamba-hamba kebenaran, jangan dibalik urutannya.
Teks Alkitab
Indikatif Injil
Imperatif Injil
Efesus 4:32

“…sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (4:32)
Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni” (4:32)
Titus 2:11-12

“Karena kasih karunia Allah yang menyalamatkan semua manusia sudah nyata” (2:11)”

“…Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi, dan supaya kita hidup bijaksana, adil, dan beribadah dalam dunia sekarang ini” (2:12)
Dari Efesus 4:32: Imperatifnya kita bisa saling mengampuni dan ramah kepada orang lain karena Allah telah mengampuni kita, jika tidak, kita tidak akan sanggup mengampuni orang lain.
Dari Titus 2;11-12 , Kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi karena kita sudah diselamatkan, kalau kita belum diselamatkan, kita tidak akan bisa meninggalkan keduniawian.
Ketidakpahaman tentang tata bahasa ini menyebabkan orang Kristen jatuh kepada dua kesalahan fatal, Legalisme (gila hukum :harus melakukan ini dan itui) dan Antinomianisme (anti-hukum)
, Hasil gambar untuk legalism antinomian
d.      Menekankan Imperatif , Mengabaikan Indikatif = LEGALISME
Gereja-gereja  terjebak di dalam legalisme bila indikatif Injil tidak ditekankan. Kita memikul kembali kuk hukum demi menyenangkan Allah, padahal Allah telah sepenuhnya mengasihi kita saat Ia mengutus Anak-Nya untuk mati menerima murka-Nya atas dosa menggantikan kita. Saat Indikatif ditekankan, ketaatan kita menjadi sukacita.  Kita begitu mudah mengampuni orang lain karena telah mengalami pengampunan Allah. Orang yang sulit mengampuni orang lain, jangan-jangan tidak mengalami pengampunan dari Allah. Kita juga bisa terjebak dalam hal ini, karena itu kita harus terus menerapkan Injil dalam hidup kita. Indikatif kita harus jelas dan diikuti dengan imperatifnya.
Tentu kita tidak akan pernah dapat menyenangkan Allah dengan hukum, karena kita tidak akan pernah mampu taat hukum 100%. Hukum menyatakan dosa dalam hati kita, namun tak dapat menyingkirkan dosa tsb dan mentransformasi hati kita. Hukum menunjukkan seperti apa hidup yang kudus, namun tak dapat menguduskan kita  Orang legalisme bisa menjadi frustasi karena tidak pernah bisa melakukan hidup kudus karena mengabaikan indikatif dan menekankan imperatif.
e.      Menekankan Indikatif, Mengabaikan Imperatif = ANTINOMIANISME
Sebaliknya, bila imperatif Injil tidak diajarkan, kita akan jatuh ke dalam antinomianisme. Kita tidak akan pernah berusaha mematikan dosa, melawan si Jahat, karena kita pasif dan hanya menunggu Kristus yang melakukannya bagi kita. Inilah akar dari pemahaman yang salah akan pemahaman ‘mengusir roh malas, roh cabul, dst. dari diri kita’) tanpa kita perlu bertobat, berubah, dan berjuang. Yang malas bukan rohnya tapi diri sendiri yang malas, yang berpikir cabul dan yang bertobat harus dirinya bukan roh itu. Orang antinomianisme ini merasa tidak perlu berjuang dan berusaha melakukan yang baik, tidak perlu bertobat, dan orang yang legalisme mati-matian berjuang untuk hidup kudus, kedua hal ini sama-sama salah.
The Gospel centered life
f.        MATEMATIKA TEOLOGIS
Di dalam buku True Devotion: In Search of Authentic Spirituality, penulis Allan Chapple mengatakan bahwa kerohanian yang sejati adalah kerohanian yang berpusatkan pada Yesus Kristus.
Salah satu cara untuk menguji apa yang menjadi pusat kerohanian kita adalah dengan mengingat dua hukum Matematika Teologis:
a.      Hukum pertama: Setiap kali anda menambah, anda sebetulnya mengurangi.
b.      Hukum kedua: Apa yang anda tambahkan, itu yang sebetulnya anda sembah
ad.a.Hukum pertama: Setiap kali anda menambah, anda sebetulnya mengurangi
Apa pun yang kita tambahkan pada pribadi maupun karya Kristus, sebetulnya mengurangi kebenaran tentang diri-Nya. Waktu kita berpikir bahwa kita perlu Yesus PLUS perbuatan baik atau status moral atau apa pun kontribusi dari pihak kita. Bukannya mendapatkan Yesus,tapi kita akhirnya mempunyai Yesus yang bukan lagi segala-galanya bagi kita—Ia tidak lagi cukup. Christ alone is no longer enough!
Mari kita belajar dari jemaat di Kolose. Jemaat di Kolose mengalami masalah yang sama. Bukannya mereka tidak lagi percaya pada Yesus, tapi mereka tidak lagi percaya hanya kepada Yesus. Mereka mulai terbuai oleh beragam pengajaran dan aturan yang akhirnya menjadi lebih memikat daripada kemuliaan dan keindahan Yesus.yesus hanya menjadi salah satu. Setiap kali kita menambah, kita mengurangi kemuliaaan Yesus. Jangan Yesus plus perbuatan baik, persembahan paling banyak, Hanya Yesus saja.
ad.b.Hukum kedua: Apa yang anda tambahkan, itu yang sebetulnya anda sembah.
Kita bisa mengikrarkan pengakuan iman, janji keanggotaan, lagu pujian, atau bahkan mengkhotbahkan bahwa Yesus itu cukup—tetapi kenyataannya adalah: apa pun yang kita tambahkan selain Yesus Kristus, itulah yang sebetulnya menjadi Tuhan dan Juruselamat kita. Kita bisa saja mengajarkan bahwa Yesus saja cukup, Yesus satu-satunya, tapi apakah benar demikian? Bagaimana Injil itu menyatu dalam hidup kita, bukan hanya di mulut, bukan cuma sebuah keyakinan, di pikiran kita sebagai doktrin yang dipegang, tapi menjadi nyata mendarat dalam hidup kita, mengubah pikiran,hati, sikap, tindakan, keputusan-keputusan kita.  
Inilah yang menjadi masalah di gereja-gereja di Galatia. Ada orang-orang ‘Kristen’ Yahudi yang mengajarkan bahwa mereka perlu disunat barulah mereka selamat. Perhatikan bahwa pengajar-pengajar ini tidak menyangkali  bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat—setidaknya tidak secara verbal. Mereka tetap mengakui Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat tetapi mereka menambahkannya dengan sunat.
Tetapi hukum kedua ini mengatakan bahwa akhirnya yang mereka ajarkan adalah sunatlah Tuhan dan Juruselamat kita yang sesungguhnya. Tidak heran Paulus menekankan di pasal-pasal awal surat Galatia betapa pentingnya kita memahami pengajaran tentang pembenaran, adopsi sebagai anak-anak Allah, serta tinggalnya Roh Kudus di dalam diri kita—yang hanya diterima melalui iman di dalam Kristus. Tanpa pemnambahan apapun. Tanpa sadar yang ditambahkan itulah yang menjadi berhala. berhala-berhala modern pada awalnya baik tapi bisa menjadi berhala2 kita, misalnya kesuksesan, posisi, pasangan, yang jika tidak ditempatkan pada tempatnya itu menjadi berhala kita. Kita pada dasarnya adalah mahluk penyembah, pertanyaannya siapakah yang kita sembah? Apakah Yesus satu-satunya yang kita sembah atau ada yang kita tambahkan?
Kedua hukum Matematika Teologis ini seharusnya secara rutin menjadi refleksi sehari-hari kita, karena kita mudah sekali lupa akan siapa atau apa yang menjadi pusat kerohanian kita. Apakah kita sudah menambahkan sesuatu/seseorang yang tanpa sadar telah menjadi berhala saya? Apakah saya telah menambahkan sesuatu pada Yesus sehingga saya mengurangi kesempurnaan Yesus? Hal ini harus terus kita refleksikan. Kita mudah sekali lupa akan siapa kita atau siapa yang menjadi focus hidup kita? Karena itulah kita perlu tetap KTB, mengikuti ibadah. memiliki persekutuan yang tekun, supaya tidak beralih focus. Apalagi kalau fokus-fokus yang lain itu adalah yang baik, karena musuh yang terbaik adalah yang baik bukan yang salah.
Dalam jangka panjang, INJIL menolong kita melihat segala sesuatu dengan sudut pandang baru yang segar. Melihatnya dengan cara pandang yang baru sehingga mempunyai sudut pandang yang segar
Apakah INJIL membentuk dan membaharui seluruh aspek hidup kita?Apakah Injil telah mengubah kita atau aktifitas saja yang berubah, memiliki aktifitas rohani tapi tidak mengubah hidup kita.
Kita bisa saja ditarik ke kiri atau ke kanan, yang benar adalah Gospel itu berada di tengah.
g.      RELIGION vs GOSPEL
·         Agama adalah tentang apa yang harus kami lakukan. Injil adalah apa yang Yesus Kristus sudah lakukan di atas kayu salib. Karena itu Injil adalah berita sukacita karena sudah dilakukan.
·         Agama berkata jika kami memaksa diri taat pada Allah, Dia akan mengasihi kami. Injil justru berkata karena Allah telah mengasihi kami dalam Yesus, kami dengan sukarela dan sukacita taat pada Allah. Indikatif nya Allah telah mengasihi kami, imperatifnya kami dengan sukacita dan sukarela taat kepada Allah. Jangan dibalik. kita terpaksa hidup taat supaya dikasihi Allah. Karena itu hdiup berintegritas, jujur dan bertanggung jawab tidak beban berat bagi kita, itu adalah gaya hidup orang yang sudah diselamatkan oleh Allah.
·         Agama berkata “lakukan ini dan lakukan itu, maka engkau  akan mendapat perkenan Allah. Injil berkata “Engkau tidak akan pernah mampu memperkenan Allah. Yesus sudah melakukannya di atas kayu salib, sehingga perkenan Allah turun atasmu. Agama mendorong kita melakukan apapun supaya dikasihi Allah, Injil tidak demikian, Allah sudah melakukannya dan kita diperkenan oleh Allah.
h.      SIKAP TERHADAP KESELAMATAN
Agama membuat kami terus bimbang dengan keselamatan jiwa kami, karena kami tidak pernah tahu, apakah perbuatan kami sudah cukup untuk memperkenan Allah. Injil membuat kami yakin atas keselamatan jiwa kami karena keselamatan tersebut tidak bersabdar pada perbuatan kami, tetapi pada karya Kristus diatas salib bagi kami, satu kali untuk selamanya. Hal ini seharusnya membuat kita bersyukur dan imperatifnya kita pasti berjuang, tidak mau mundur dan membagikan Injil itu kepada orang lain. Berapa orang yang kita temui di sekolah atau tempat kerja kita setiap hari? Betapa strategisnya kita untuk mendemonstrasikan Injil itu di tempat kerja kita sehari-sehari.
i.        SIKAP TERHADAP DIRI SENDIRI
Agama membuat kami jadi sombong (sebab kami merasa lebih bermoral dan lebih saleh dibanding orang lain) atau putus asa (sebab kami senantiasa masih jauh dari standar Allah). Injil membuat kami rendah hati (sebab karena dosa kami begitu jahat sampai Yesus harus mati bagi kami) dan bersukacita sebab Yesus rela mati bagi kami. Jangan menjadi sombong karena merasa rajin ikut ibadah, rajin KTB, banyak pelayanan dan membuat kita merasa l;ebih baiok dari orang lain atau kita menjadi putus asa karena merasa kita tidak bisa hidup sesuai standar Allah. Konsep Injil yang benar akan membuat hati rendah hati dan sukacita, tapi jika tidak kita bisa terjebak dalam kesombongan  atau putus asa.
Galatia 4:9  ”Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah ...”
Christian Assurance (“known by God”) The great and central basis of Christian assurance is not how much our hearts are set on God, but how unshakably His heart is set on us.
1 Korintus 4:3-4 “Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiri pun tidak kuhakimi. Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan”.
Bukan penilaian orang lain, Bukan penilaian diri sendiri ,Tapi penilaian Allah
SELF IMAGE
Since God knows me, and sees Christ when He looks at me, I don’t care what you think about me, and I don’t even care what I think.
Penerimaan diri kita dihadapan ALLAH tidak dimulai dari usaha kita sendiri atau penilaian orang lain tetapi penerimaan dari ALLAH.
j.        SIKAP TERHADAP PENDERITAAN
Agama melihat penderitaan hidup sebagai hukuman dari Allah. Injil melihat penderitaan hidup sebagai bagian dari proses pembentukan karakter agar serupa dengan Yesus yang pernah menderita bagi kami. Karena itu jika kita melihat orang yang sakit adalah karena hukuman Allah itu adalah agama, sedangkan Injil memandang penderitaan sebagai bagian dari proses pembentukan karakter kita.
Roma 5
3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Penderitaan akan menghasilkan ketekunan. Bahkan penderitaan yang membuat kita terus bertumbuh. No crisis no grow
k.      SIKAP TERHADAP ORANG LAIN
Agama berkata bahwa dunia dipenuhi  dengan orang baik dan orang jahat.,Injil berkata bahwa dunia dipenuhi orang jahat yang belum bertobat dan orang jahat yang sudah bertobat kepada Yesus. Karena itu jangan merasa lebih baik dari orang lain yang belum bertobat, kita sama-sama orang berdosa dan kita perlu memberitakan Injil agar semua orang bertobat dari dosanya.
l.        SIKAP TERHADAP PELAYANAN
Agama mendatangkan rasa bersalah di hati kami, karena semakin keras kami berusaha memenuhi tuntutan Allah, semakin kami merasa tidak mampu. Injil mendatangkan rasa syukur di hati kami, karena kehidupan, kematian dan kebangkitan Kristus memampukan kami untuk memenuhi tuntutan Allah. Karena itu orang yang menghidup Injil dalam hidupnya menganggap pelayanan sebagai rasa syukur kepada Allah bukan sebagai beban.
ALLAH adalah FOKUS UTAMA dalam  PELAYANAN. Pelayanan adalah ANUGERAH ALLAH. Di mulai dari Allah, Allah yang memanggil kita terlibat dalam rencana agung-Nya bagi dunia ini. Pelayanan adalah respon kita atas anugerah Alah, bukan sebagai syarat agar kita mendapatkan Anugerah Allah.
m.   MOTIVASI dalam PELAYANAN
Apakah kita “Pelayan yang Memimpin atau Pemimpin yang Melayani “. Pemimpin pelayan bukan pemimpin yang melayani, namun pelayan yang memimpin
Ia bukan seorang pemimpin yang lalu merelakan diri untuk melayani orang lain. Namun ia pertama-tama adalah seorang pelayan, seorang hamba Allah yang lalu terpanggil untuk memimpin.
Galatia 5:13 “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih”.
·         Memimpin adalah melayani, namun melayani belum tentu memimpin.
·         Yang tidak mau melayani, tidak boleh dan tidak berhak memimpin.
·         Pemimpin adalah pelayan, namun pelayan belum tentu pemimpin.
·         Yang tidak rela menjadi pelayan,tidak layak menjadi pemimpin.
n.      KEBERHASILAN dalam  PELAYANAN
Yohanes 15:5 “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”
Yohanes 15:8 “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”
Keberhasilan kita dalam pelayanan dapat dilihat dari menghasilkan buah yang banyak.
Berbuah Banyak
      Buah dalam hidup kita secara pribadi (karakter yang semakin serupa Tuhan, buah Roh). Hidup kita semakin menunjukkan kasih, sukacita, kesabaran, kelemahlembutan dll,
      Buah dalam hidup orang lain (pertobatan, perubahan hidup, pelayanan). Buah dalam pelayanan kita adalah perubahan hidup dari orang-orang yang kita bina/layani.
      God is glorified not by praise and worship alone but by his followers also bearing much fruit for the advancement of his kingdom on earth. Here again, fruit bearing is evidence of being true believers, or being Jesus’ disciples.
      Dengan tinggal pada pokok anggurlah kita dapat berbuah banyak. Namun buah tersebut bukanlah semata-mata usaha kita, tapi dari Allah (pokok anggur, sumber segala sesuatu).Karena itu jika kita ingin berbuah banyak, tetaplah tinggal pada pokok anggur itu yaitu Tuhan.
Mari terus mempelajari dan menerapkan Injil dalam hdiup kita sehari-hari, Injil yang menyatu dalam sikap, pikiran, tindakan dan keputusan-keputusan kita.
SOLIDEO GLORIA

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...