Rabu, 15 Juni 2016

Partisipasi Politik Orang Kristen (Suara Anak Bangsa)

Oleh : Drs.Tiopan Manihuruk, MTh


Setelah penciptaan, Allah memberikan mandat kepada manusia  Kej.1:28 – be cultivated Mandat itu untuk mengeksplorasi bukan mengeksploitasi bumi demi kesejahteraan manusia dan mengelola bumi untuk menjadikannya ‘sorga’ bukan neraka. Demi realisasi mandat tersebut, Allah memberikan seorang penolong bagi manusia (Kej.2:18). Terbentuknya keluarga adalah menghadirkan shalom Allah, kita hadir di tempat kerja juga dalam rangka menghadirkan shalom Allah.Kejatuhan membuat manusia absurd melihat dan menyikapi mandat tersebut dan mereka hidup untuk diri sendiri, bahkan cenderung merusak, tidak mengerti kehendak Allah. Banyak organisasi yang menyuarakan ekologi karena mereka humanis dan akan berbeda jika kita yang melindungi alam karena mengerti mandat Allah. Penebusan dalam Kristus memulihkan manusia sehingga dapat kembali melihat dan mengerjakan mandat ilahi (Ef.2: 10)

Mandat Allah menjawab zaman: Musa dipanggil Tuhan untuk pembebasan Israel dari perbudakan di Mesir (Kel.2-4),Yosua melanjutkan atau menuntaskan kepemimpinan Musa hingga Israel tiba di tanah Kanaan, Yusuf (dipakai Allah untuk memelihara Israel pada masa paceklik), Daniel, Nehemia dipanggil Tuhan untuk berkarya, Yeremia, Yesaya menyuarakan sabda Allah  ketika Israel di pembuangan Babel.

Yesus & Kerajaan Allah (Lk.4:18-19), Ia menyampaikan kabar baik kepada orang miskin ,Bagi bagi orang tawanan,penglihatan bagi yang buta, membebaskan orang tertindas, memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Bagi orang yang miskin rohani kabarkan firman Tuhan, jika ia butuh makanan/pakaian, berikan apa yang mereka perlu. Orang yang tertawan karena dosa, beritakan firman Tuhan, orang yang ditawan haknya/gajinya, perjuangkan haknya.

Yesus dan Politik.Ada 3 lapisan masyarakat pada masa Yesus, yaitu: Saduki kelas sosial atas yang kaya tapi minoritas(pengambil keputusan terpenting di Israel),  Farisi kelas menengah, bersahabat, berwatak urban dan sebagaian berjiwa revolusioner, Am Haaretz (Essena), kelas bawah dari kaum tani, buruh kasar, lumpen proletaria.Kepada kaum Essena Yesus memberikan perhatian-Nya dan merekalah lebih mendukung atau mengikuti Dia .Kekejaman Imperium Romawi mendorong Farisi mendukung aliansi kekuatan antar kelas bawah perkotaan dan kelas bawah pedesaan yang melahirkan kelompok Zealots yang kemudian mencetuskan pemberontakan massa Karena penindasan Imperium Romawi yang semakin keras maka seiring waktu dan secara psikologis menyebabkan lahirnya gerakan ke arah mesianik, yang merindukan datangnya seorang juruselamat (Mesias). Yesus datang menghadirkan Kerajaan Allah dan Dia sendirilah Sang Raja (Zak. 9: 9) dan para pengikut-Nya menyebut Dia sebagai Raja Israel (Yoh. 12: 13).Itulah sebabnya para pemimpin Romawi menganggap Yesus sebagai ancaman dan di bawah kekuasaan politik Pontius Pilatus Dia dihukum mati . Penguasa Romawi salah karena Yesus tidak akan pernah mendirikan kerajaan-Nya di dunia ini (Yoh. 18: 36) dan Yesus mengajarkan agar orang Yahudi taat kepada kekaisaran Romawi (Mt. 22: 15-21).Yesus adalah tokoh spiritual sekaligus tokoh politik yang tanpa kekerasan. Yesus mengajarkan ketaatan atau ketundukan pada pemerintah meskipun pemerintah itu sendiri penindas atau zalim. Oleh karena Yesus tidak berorientasi pada kekuasaan, Dia tidak pernah mendorong pengikut-Nya menggulirkan revolusi sosial .Visi politik Yesus adalah secara damai dan ini kemudian dilanjutkan oleh para Rasul (Rom. 13: 1-7; 1 Ptr. 2: 13-17;  1 Tim. 2: 2; Tit. 3: 1)

Apa essensi Politik?Kekuasaan (power) di mana dengan memegang kekuasaan maka pelbagai kepentingan menjadi mudah. Kekuasaan berarti kemampuan memengaruhi pihak lain agar mengikuti apa yang kita kehendaki).Dengan prinsip ini (kata Rudolf Otto) maka kekuasaan itu memiliki dua wajah: memesona dan mengerikan (tremendum et fascinatum) – antara dicinta dan ditabukan/dibenci. Politik berkaitan erat dengan pembuatan kebijakan (policy making) yang menyangkut hidup orang banyak (public).Karena itu politik selalu berhubungan dengan pemerintahan (polity) atau mencakup negara dan warga negara.  Dalam Politik berlaku: ‘who gets what, when and how?’ (Harold Laswell, 1972)Dengan prinsip ini politik dapat diartikan sebagai ‘the art of possibilities’.Sejatinya tujuan politik adalah common atau public good atau kebaikan bersama atau publik (Badiou & Norberto Bobbio)

Politik Kepemimpinan Otentik.Politik selalu tampil dengan dua wajah yang paradoksal: Epifani ketulusan dan ekspressi buruk rupa; Lambang akal waras dan pantulan sesat pikir.Tarik menarik diantara keduanya menjadi narasi sepanjang sejarah dan fenomena kedua yang acapkali tampil ke muka. Demokrasi sebagai jangkar utama politik yang dianggap merepresentasikan kehendak publik menyelenggarakan pemilu .Pemilu dapat dianggap jadi pintu masuknya wakil rakyat yang dapat mengubah kemustahilan menjadi kemungkinan, mentransformasikan angan-angan khalayak menjadi realita, mengejawantahkan mimpi kebangsaan menjadi bagian dari sejarah keseharian –istilah Bung Karno: Revolusi yang belum selesai . Pemilu melahirkan keterwakilan bukan saja secara fisik, tetapi lebih daripada itu ada visi yang jelas akan masa depan bangsa .Alan Badiou: Dengan kepercayaan (fidelity), pilihan (choice), dan menggerakkan perubahan (change)
3 alasan (minimal) adanya Pemilu :
  • Pemilu menyediakan kesempatan bagi rakyat untuk mengeja-wantahkan mandat institusional langsung. Mandat dengan kedaulatan rakyat penting dalam demokrasi modern, karena demokrasi yang tidak melibatkan rakyat hanyalah sebuah oligarkhi
  • Pemilu membuka kesempatan bagi perubahan politik secara damai melalui proses sirkulasi elite dan atau peneguhan komitmen politik baru. Kemungkinan menghadirkan muka atau kebijakan politik baru melalui pemilu adalah mekanisme membuat perubahan politik tanpa revolusi
  • Pemilu memberi kesempatan kepada rakyat menjadi penentu atas kontestasi, kompetisi dan rivalitas politik serta pilihan nilai yang menentukan nasib mereka hingga pemilu berikutnya. Melalui pemilu rakyat ditempatkan sebagai penentu berbagai pilihan prioritas dan cara terbaik mencapai tujuan kolektif. Pada sisi lain pemilu juga dikaitkan sebagai pendidikan dan komunikasi politik , tapi sayangnya kampanye menjadikan ideology tanpa makna, dan kampanye hanya dijadikan ajang pencitraan.
Substansi Pemilu 2014. Tahun 1999: Mengembalikan kedaulatan rakyat dengan menumbangkan Orde Baru dan militerisme, tahun 2004: Demokrasi yang lebih baik dengan parpol yang dibedakan dari simbol ideologis dan aliran, yaitu nasionalis dan agamis – pilpres I secara langsung , tahun2009: Sama seperti tahun 2004 - simbol ideologis dijual tanpa mencapai tujuan kolektif bangsa. Tema dan simbol ideologis dipermainkan untuk tujuan politik sesaat. Cita-cita reformasi gagal?Pemilu 2014 pemilihan tanda gambar Parpol disandingkan dengan pemilihan caleg dengan suara mayoritas. Ideologi parpol ‘digeser’ oleh kemampuan pencitraan dan daya jual serta money-politic .Pertarungan kaum idealis-nasionalis yang humanis dengan kaum oportunis, fundamentalisme agamis dan politisi sisa penguasa masa lalu dan politisi kotor .Politisasi agama dan simbolnya yang bermuara pada desakralisasi.Tumbangnya partai agamis Kristen yang sebenarnya bukan representasi umat (PDS, PDKB dll).Kepentingan bangsa dikalahkan oleh kehausan akan kekuasaan. Koalisi bukan didasarkan pada visi kebangsaan dan kesejahteraan rakyat, melainkan sebuah pertarungan para elit yang rakus akan kekuasaan dan uang serta demi hegemoni sebuah kelompok atau aliran. Dikotomi antara nasionalis (presiden dan wakil presiden harus kombinasi sipil dan militer) dengan agamis (moderat-fundamentalis).Trend pengusaha jadi penguasa .Ruang pluralisme yang digeser kaum fundamentalis. Lahirnya politisi karbitan dan aji mumpung. Rumah demokrasi akan diisi oleh orang yang tidak tepat (koruptor, preman, kroni, pengusaha dan politisi kotor).

Realita Perpolitikan Indonesia :Kontrak politik didasarkan pada koalisi transaksional bukan dengan platform partai dan agenda negara. Bukankah kepentingan elit politik dan parpol menggeser kepentingan bangsa? Sikap seperti ini akan melahirkan penguasa yang gastrosophic, yang hanya mampu mementingkan diri sendiri demi kelestarian kekuasaan. Selain pemerintahan yang gastrosophic, penguasa yang jahat dan memeras rakyat melalui korupsi juga menjadi pemerintah yang kleptokrasi di mana berpura-pura baik tetapi sebenarnya menyengsarakan rakyatnya. Memang harus diakui bahwa politik adalah seni segala kemungkinan (the art of possibilities).Ideologi bukan lagi menjadi rujukan untuk menciptakan ikatan politik. Ideologi politik dapat diubah sesaat untuk memenuhi kepentingan hasrat. Ideologi sebagai gagasan ideal yang hendak diperjuangankan secara konsisten hanya bernasib bagaikan pakaian yang bisa dipertukarkan sesuai dengan kebutuhan pentas kekuasaan. Ideologi telah sirna karena ideologi tidak lebih hanya berkedudukan sebagai label dagangan politik dalam slogan kampanye dan iklan politik untuk meraih simpati rakyat.Politisi Indonesia lebih bersifat opurtunis yang dibungkus dengan ideologi dan cita-cita. Itulah sebabnya lahir ambiguitas dalam kekuasaan politik. Ketika hasrat berkuasa menguasai sehingga merampok ideologi dan cita-cita politik, peluang yang senantiasa terbuka adalah sebentuk opurtunisme yang mendorong elite politik menjadi perampok kekuasaan.Sosok perampok kekuasaan selalu berhitung dengan realitas di sekitarnya (yang mengitarinya) bukan berjuang dengan memuliakan idealitas yang diyakininya. Maka hal yang wajar terjadi adalah realpolitik membinasakan ideal politik dengan pragmatisme sesaat. Real  politik hanya berhitung pada kekuasaan yang ingin didapatkan sambil dengan aneka tipu daya mematikan idealitas, moralitas, dan prinsip-prinsip humanitas. Sikap seperti ini erat dengan filsafat politik yaitu realisme politik. Kekuasaan dan bahkan menjadi keharusan untuk dijadikan sebagai tujuan utama tindakan politik. Memburu kekuasaan dengan realpolitik telah menjadi nyata bahkan  menjadi banalitas yang dapat mereduksi prinsip etika politik dengan kekerasan dan kebohongan. Koalisi yang sejati hanya akan dilandasi oleh kesesuaian ideologi, visi, misi dan program politik.Jika dengan dasar ini maka dapat disebut koalisi strategis dan para pemilih masih tetap percaya bahwa kekuasaan sebagai organum salutis, sarana keselamatan. Memburu kekuasaan dengan realpolitik telah menjadi nyata bahkan  menjadi banalitas yang dapat mereduksi prinsip etika politik dengan kekerasan dan kebohongan.


Koalisi yang sejati hanya akan dilandasi oleh kesesuaian ideologi, visi, misi dan program politik. Jika dengan dasar ini maka dapat disebut koalisi strategis dan para pemilih masih tetap percaya bahwa kekuasaan sebagai organum salutis, sarana keselamatan. Pada tataran permukaan, politik adalah perebutan kekuasaan, maka ideologi tetap merupakan faktor penjamin komitmen yang menyatukan berbagai partai politik yang berbeda. Koalisi tanpa visi yang berdasarkan kepentingan atau kenikmatan sesaat (epithumia) yang pragmatis hanya akan melahirkan pelacuran politik. 

Perebutan kekuasaan akan menjadi sebuah perselingkuhan saat kepentingan rakyat direduksi menjadi sekedar urusan elit membagi jatah kekuasaan. Maka ketika rakyat tidak mampu menagih janji pasca pemilu, demokrasi akan kehilangan rohnya. Takhta dicari dan diabdi sedangkan rakyat dibiarkan merana. Koalisi dagang sapi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan hanya akan memberikan keuntungan bagi oligarkhi (elit) politik dan mengabaikan kepentingan rakyat, meskipun koalisi ‘digagasi’ selalu atas nama kesejahteraan rakyat.Koalisi ini juga akan mahal harganya karena ancaman mosi tidak percaya di DPR apabila tuntutan mereka yang begitu besar tidak dipatuhi oleh pemerintah, sehingga rentan terhadap praktik politik black-mail (pemerasan). Ketika hal-hal di atas terjadi bukankah banyak orang menjadi masa bodoh, apatis dan hanya mementingkan diri dan kelompoknya? Sebagian anak-anak bangsa mulai merasa apatis dan frustrasi.

Wajah Parlemen Indonesia : Slogan tanpa karya – pembuat dan pengingkar janji. Ramah dan jadi ‘sahabat’ hanya sebelum pemilu, Di DPR mewakili rakyat atau partai? –recalling,Gaji besar + fasilitas mewah, tetapi tidur dan ngobrol tanpa peduli rakyat, Nuansa dan kepentingan politik lebih besar daripada kepentingan rakyat – produk UU & fit and proper test, kebijakan yang dihasilkan oleh parlemen akan menguntungkan mereka.Posisi di parlemen lebih sarat dengan peluang memperkaya diri.Plesiran (bersama keluarga) dengan dalih studi banding atas biaya negara dengan layanan kelas utama. Tingkat kehadiran yang rendah. Gratifikasi dan servis dalam kunker padahal spj sdh diterima. Makelar proyek & pemeras BUMN?

Jenis Parpol Pemilu 2014 : wawasan kebangsaan/nasionalis (PDI-P dan Golkar) dengan semua pecahannya (HANURA, GERINDRA, PKPI). Aliran sosialisme demokrasi: PD, NASDEM, aliran pemikiran politik Islam :P3, PKB, PBB, PAN, PKS, aliran pemikiran politik Kristen  (album kenangan).

Rakyat dan Pemilu 2014 : rakyat APES? - apatis, pesimis dan skeptis, dieksploitasi dan menjadi korban pembodohan dan pembohongan dengan money-politics, janji dan ‘bius’ politik?GOLPUT? – Sejelek apapun partai dan calegnya (DPR, DPRD dan DPD), tetapi keputusan mereka membuat UU dan semua warga negara wajib mematuhi. Kita ikut menentukan mereka yang akan menentukan arah bangsa ini. Minus malum, memilih yang terbaik dari semua yang jelek/buruk. Apa yg dijual parpol dan caleg? Programnya abstrak, penuh dengan nyanyian lama atau kenangan tanpa kenyataan (tidak ada langkah konkrit) – slogan tanpa karya, tebar pesona dengan pencitraan diri yang narsis tanpa karya nyata (track-record yang tidak jelas), penggunaan black-campaign dengan mencari kelemahan pihak lain, bukan menjual program dan kelebihannya.


Partisipasi Politik Umat Allah : yang tidak berpolitik akan menjadi korban politik atau diperalat oleh kepentingan politik orang lain, kita bukan penonton yang budiman, melainkan pemain yang elegan, membangun bangsa adalah tugas dan panggilan semua umat Allah untuk menghadirkan shalom di bumi Indonesia. Apa yang dapat kita lakukan? Berdoa bagi bangsa (1 Tim.2: 1-4; 2 Taw.7:14), terlibat dengan: sosialisasi pemilu dan parpol agar rakyat mengenal partai dengan benar (visi, misi dan tujuan serta kualitas calegnya)-pemilih cerdas, mendorong masyarakat agar tidak apatis atau pesimis dengan pemilu, penyaluran aspirasi dengan mengenali  parpol (plat-form/landasan perjuangan, jenis perahu dan awaknya yang akan ditumpangi) – tidak beli kucing dalam karung. Pilih caleg yang capable, acceptable dan accountable. Sadarilah : Setiap keputusan/pilihan hari ini akan menentukan arah dan gerak bangsa ke depan. DPR dan DPD serta DPRD adalah decision-maker untuk bangsa. Keputusan mereka menentukan arah bangsa hari esok, mempertahankan NKRI berdasarkan UUD’45 dan Pancasila adalah sesuatu yang mutlak‘Fanatisme buta’ bukanlah cara berfikir  yang tepat. Primordialisme dalam menentukan pilihan hanya akan tepat jika hal tersebut tidak mengusik kebangsaan secara nasional. Peran yang lain: beri pendidikan politik kepada rakyat agar mereka tidak tergiring kepada kepentingan sesaat, bangun prinsip nasionalisme dalam masyarakat yang pluralis, ikut menjaga kelangsungan Pemilu yang aman, jujur dan adil, menjadi relawan pemantau Pemilu.

Jumat, 03 Juni 2016

PROFESIONALISME

Oleh : Martogi Siahaan, SP


Roma 11 :36 “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia dan oleh Dia dan kepada Dia : Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya”. Apapun yang kita kerjakan adalah dari Allah oleh Allah dan kepada Allah. Seorang profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa sesuai peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya melaksanakan Juklak dan Juknis yang dibebankan kepada dia. (wikipedia). Profesional : A person who is expert at his or her work. Pandangan umum menganggap seorang yang cakap dalam pekerjaan disebut professional, sedangkan yang tidak cakap disebut amatir.

Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", yang dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen".Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, tenaga pendidik.Amatir (amateur (perancis), "kekasih") umumnya dianggap sebagai seseorang yang melakukan pekerjaan, penelitian, atau bergiat di bidang nonprofesional atau tidak dibayar. Amatir bisa juga berarti kegiatan yang dilakukan atas dasar kesenangan dan bukan untuk memperoleh nafkah(melakukannya karena cinta), misalnya orang yang bermain musik, melukis, menari, sepakbola sebagai kesenangan.Amatir seringkali memiliki pelatihan formal yang sedikit atau tidak ada dalam kegiatan mereka, dan banyak yang autodidak. (wikipedia). Kenapa kita bekerja? Untuk alasan yang tidak rohani kita katakana bekerja untuk mencari uang, berarti professional, tapi kalau kita melakukannya karena mandat Allah dan saya mengasihi Allah yang memberi mandat berarti kita amatir. Dengan melihat defenisi ini tetap menjadi perdebatan mana yang amatir, atau professional, sebagai contoh, seorang pendeta apakah ia seorang professional atau ia melakukannya karena mandat dan cinta pada Allah.

Professionalisme dan Karakter

Setelah memperoleh kemerdekaan, sebuah rapat diadakan untuk memilih jenderal pertama di angkatan bersenjata India, Jawahar Lal Nehru memimpin rapat itu. Seluruh tentra dan pemimpinnya berdiskusi menentukan siapa yang pantas untuk diberi tanggungjawab.

Di tengah-tengah diskusi itu Nehru berkata “Saya pikir kita harus menunjuk british officer sebagai jenderal India yang pertama. Semua orang setuju, karena jika Nehru yang memberi usul, mana mungkin mereka tidak setuju? Tapi salah satu tentra berkata “Saya punya usul pak” Kata Nehru “ya, silakan berbicara”. Dia berkata “Anda tahu pak, kami tidak punya pengalaman yang cukup untuk memimpin negara juga, jadi haruskah kita menunjuk british officer untuk menjadi PM pertama di India?”.Situasi tiba-tiba menjadi diam. Kemudian Nehru berkata “Apakah anda bersedia menjadi jenderal pertama di India?” Ia punya kesempatan emas untuk menerima tawaran itu, tapi ia menolak dan berkata “Pak kita memiliki seorang yang sangat bertalenta sebagai tentra, senior saya Letjend.Cariappa, yang paling pantas dari kami semua”

Tentra yang berani mengusulkan hal itu pada PM adalah Lt. General Nathu Singh Rathore, jenderal pertama di India.
Ini tentang professionalisme dan karakter!  Dianggap seorang professional adalah yang berani mengungkapkan pendapat tanpa menjadi seorang opurtunis (mencari kesempatan untuk mendapat sesuatu).Professionalism : A specific style of behavior in the   (semua orang yang tidak memenuhi standar  berarti tidak profesional)

Professional -> Professionalisme
Ciri-ciri seorang professional itu disebut profesionalisme. Yaitu orang yang menjaga image (Citra) skill yang dimiliki (ada orang yang cocok untuk tugas tertentu/kompeten dan amatir di bidang lain), memiliki penampilan yang mendukung (seorang ahli hukum menjadi aneh jika pakai jeans, seharusnya pakai jas). Sehingga supaya kita lebih professional kita harus upgrade keahlian kita, menjadi lebih handal (dari segi durasi, memegang teguh komitmen dan janji), kita harus dikenal sebagai orang yang jujur, dapat menyampaikan sesuatu dengan baik sehingga dapat dimengerti.

Professionalisme : lebih mengarah ke spirit, sikap, semangat, nilai,komitment  pada peningkatan kemampuan yang terus menerus,prinsip Nilai à Believe à Etos. Profesionalisme terbukti bukan hanya dari luar, tapi sampai kedalam spirit,semangat dan menunjukkan nilai-pnilai hidup dalam pekerjaan.William Perkins :”Setiap orang dapat melayani Tuhan di dalam setiap bentuk pekerjaannya, baik itu pekerjaan membersihkan rumah atau menjaga seekor domba.“

Profesionalisme Kristen berbicara tentang : Creation(penciptaan),Fall (kejatuhan),Redemption (penebusan).Orang Kristen adalah berada di dunia, tetapi bukan bagian dari dunia à adalah suatu hal yang pasti adanya ketegangan antara dunia dengan Kristen di dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk salah satunya didalam aspek pekerjaan dan dunia bisnis à termasuk dalam memandang ‘profesionalisme’.Ada ketegangan karena status kewarganegaraan rangkap kita sebagai warga negara dan warga kerajaan Allah, perbedaan intinya akan mendasari perbedaan diluar (memiliki nomena berbeda sehingga konsekuensinya juga berbeda). Ketegangan Konsekwensi Hidup Kristen :Orang Kristen justru dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia (Matius 5:13-14). Herman Bavinck : “kita diambil dari dunia ini untuk kemudian kita diutus kembali ke dunia”. Injil à orang-orang Kristen oleh karena didalam Kristus, diciptakan dan ditebus untuk menjadi alat Tuhan dalam menebus alam ciptaan ini untuk kembali memuliakan Tuhan.
Worldview.Penyebab : perbedaan nomena yang mendasari perbedaan fenomena tersebut, yaitu suatu perbedaan esensi yang mendasari segala tingkah laku, pikiran, serta cara memandang realita dunia ini à worldview.Dasar Profesionalisme Kristen:Efesus 6:5-8Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus,jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah,dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia.

 Pekerjaan dilakukan untuk Tuhan maka standarnya adalah standar Tuhan dan kita lakukan karena kehendak Tuhan(perintah). Atasan-atasan hanyalah alat Tuhan dan bukan semata-mata karena penilaian atasan maka saya professional, tapi karena saya mau menyenangkan Tuhan, menjadi sebuah ultimate motivasi. Melakukan tugas secara professional bukan semata-mata tuntutan atasan tapi karena perintah Allah. Pengaruh dari alkitab membuat negara-negara di Eropa bekerja untuk Tuhan, dibuktikan dengan semua transportasi yang berjalan tepat waktu. Karena kita bekerja untuk menyenangkan Tuhan kita berbeda dari dunia dari segi motivasinya , sekalipun sifat, kebiasaan dan kerja keras kita bisa sama dengan yang lain. Karena kita bekerja dari Dia, oleh Dia maka hasilnya juga harus diberikan untuk Allah. Ini menentukan bagaimana kita melihat people, materi dan produksi. Bagi dunia ini, kita adalah mesin, jika kita mencapai target maka kita dipandang baik, tapi bagi kita bekerja adalah untuk memuliakan Tuhan. Dulu keuntungan(profit) itu dianggap sarana untuk pekerjaan (alat digunakan untuk kembali pada Allah, kemuliaan dan hormat bagi Allah, sekarang, keuntungan itu menjadi tujuan, mencari materi demi materi. Jika kita tidak melakukan untuk Tuhan, kita kehilangan kemuliaanNya (esensi kekekalan). Yusup tahu bahwa ia adalah alat Tuhan untuk rencana bagi satu bangsa yang besar. “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan… yaitu memelihara hidup suatu bangsa yang besar’ (Kej 50:20). Yusuf tahu ia adalah alat Tuhan untuk rencana bagi satu bangsa yang besar sekalipun ia harus menderita pada awalnya.  Worldview Kristen:
  1. Kompherensif .Secara prinsip Alkitab kehidupan manusia, tidak dapat direduksi menjadi salah satu aspek :Doktrin Penciptaan, dalam Kejadian 1:1 bahwa Allah menciptakan sungguh amat baik.  Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya. Doktrin Kejatuhan: akibat kejatuhan, pekerjaan itu jadi rusak. Doktrin Penebusan, sejak dari permulaan, pekerjaan penebusan Allah tertuju pada pemulihan dan mengembalikan ciptaanNya yang baik. Totalitas otoritas Alkitab seharusnya menguasai setiap aspek dalam dunia ini demi kemuliaan Allah. Tuhan mencanangkan restorasi  melalui pekerjaan, sehingga pekerjaan kita juga adalah bagian yang kita persembahkan bagi puji-pujian dan kemuliaan dan hormat bagiNya. Abraham Kuyper: “There is not a square inch of the entire domain of human life of which Christ the Sovereign does not say, “That is mine!””
  2. Kovenantal .Allah sendiri yang mengikat janji dengan manusia, dan ikatan ini jugalah yang mendasari manusia bekerja. Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, Allah sendiri yang menugaskan
  3. Kommunal .Bisnis atau pekerjaan tidak pernah dikerjakan dengan semangat individu, tetapi secara komunal(bagi satu gereja, satu bangsa). Restorasi dari Tuhan secara garis besar tidaklah dilakukan melalui perorangan tetapi melalui komunitas,Israel atau Gereja.
  4. Kontinu .Akhir jaman Tuhan tidaklah menghancurkan dunia ciptaanNya yang dipandang dengan sungguh amat baik, seperti pandangan umum dispensasional. Tetapi Tuhan merestorasi ciptaanNya. Tugas kita adalah merawat alam, jika dunia pada akhirnya dihancurkan, berarti dosa itu efektif menggagalkan rencana Tuhan.
Arena kompetisi worldview kerajaan Allah dan kerajaan dunia.
      Profit .“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia; Bagi Dialah kemuliaan sampai selama – lamanya”. Dunia selalu fokus pada profit.
      People .Dunia : manusia dipandang sebagai suatu asset, berguna bagi perusahaan dan exist demi keuntungan perusahaan . Bagi Allah, manusia adalah objek kasih Allah
      Produksi .Manusia meng-eksploitasi semaksimal mungkin demi keuntungan diri dengan kepercayaan bahwa identitas diri ini semakin kuat, semakin berharga dengan memiliki sebanyak mungkin kekayaan yang dihasilkan oleh alam. Manusia tidak lagi diidentikan dengan kemanusiaannya, tetapi dari produktifitas.

Kisah di alkitab :

Yakub. Kej 31:40  Aku dimakan panas hari waktu siang dan kedinginan waktu malam, dan mataku jauh dari pada tertidur.Kej 31:41  ....dan engkau telah sepuluh kali mengubah upahku.Kej 31:42  .... kesengsaraanku dan jerih payahku ....Kej  31:42  Seandainya Allah ayahku, Allah Abraham dan Yang Disegani oleh Ishak tidak menyertai aku, tentulah engkau sekarang membiarkan aku pergi dengan tangan hampa; tetapi kesengsaraanku dan jerih payahku telah diperhatikan Allah dan Ia telah menjatuhkan putusan tadi malam”Kej 29:20  Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel.Yakub adalah seorang upahan di ladang mertuanya, dia benar-benar melakukan tugasnya walau mengalami penderitaan, eksploitasi gajinya diubah sampai 10 x, tapi ia melihat intervensi Allah dalam hidupnya, bahkan bekerja selama 7 tahun demi cintanya kepada Rahel pun dianggapnya seperti beberapa hari saja.

Yusuf. Kej 39:4  maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf Kej 39:6  Segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf, dan dengan bantuan Yusuf ia tidak usah lagi mengatur apa-apapun selain dari makanannya sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya. Kej 40:6-7  Ketika pada waktu pagi Yusuf datang kepada mereka, segera dilihatnya, bahwa mereka bersusah hati. Lalu ia bertanya kepada pegawai-pegawai istana Firaun yang ditahan bersama-sama dengan dia dalam rumah tuannya itu: "Mengapakah hari ini mukamu semuram itu?"Kej 39:2  Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya.Kej 39:21  Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu


Daniel.Dan 1:4  yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim. Dan 1:15  Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja.Dan 1:20  Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya.Dan 1:17  Kepada keempat orang muda itu Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat, sedang Daniel juga mempunyai pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi.Dunia bisa menilai danile sebagai orang yang cakap, berperawakan baik, tapi bagi Daniel apapun yang ia lakukan ada campur tangan Tuhan. “What is the achievement of man? At the end, the achievement of man is to glorify Thy name and enjoy Him forever”Apakah kita lebih mempermuliakan Tuhan atau tidak? Mempermuliakan Tuhan menjadi Christian hedonism kita, semakin menikmati Tuhan dalam kehidupan kita. 



Solideo Gloria 

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...