Jumat, 20 April 2018

TEOLOGIA SALIB

Oleh : Desmiyanti Tampubolon, STP




1 Kor 1:18-24
1 Kor. 1:18, “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka  yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.”  Pada masa itu, salib adalah hukuman yang dijatuhkan pemerintah Romawi jika ada masyarakat yang melakukan tindakan kejahatan atau pemberontakan kepada Romawi, dan salib adalah sebuah kengerian menjadi peringatan bagi setiap orang yang melihat, untuk tidak memberontak dan melawan Romawi.  Tetapi justru salib itu menjadi jalan penebusan bagi orang-orang yang mau menerima dan percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan jurusalamat. Paulus menekankan bahwa melalui jalan Salib, kutuk hukum Taurat atas manusia berdosa telah dilepaskan. Kutuk yang semula menjadi tanggungan manusia berdosa, telah digantikan oleh Yesus Kristus yang telah membuat diri-Nya menjadi ‘kutuk’ bagi manusia pendosa, sebagaimana diungkapkan : ”Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, seperti ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3,13)
Teologi Salib (bhs Latin : Theologia Crucis) adalah sebuah istilah yang digunakan oleh teolog Jerman : Dr. Marthin Luther untuk menunjuk pada keyakinan iman, bahwa salib merupakan sumber pengetahuan spiritual mengenai siapakah Allah dan bagaimana Ia melakukan penyelamatan atas ciptaan-Nya. Hanya saliblah yang menyatakan kegagalan manusia untuk mengerti kehendak Allah. Di saliblah seluruh umat manusia dipersatukan oleh Kristus melalui pertobatan (1 Kor. 12:13; Rom. 8:9). Dan hanya pada saliblah ada jaminan keselamatan yang dimeteraikan oleh Roh Kudus(Efs. 1:13-14).
Teologia Salib, kontras dengan Teologi Kemuliaan (Theologia Gloriae), yang menyoroti secara khusus kemampuan dan pertimbangan akal budi manusia.  Dr. Marthin Luther menggunakan istilah Theologia Crucis dalam pembelaannya tahun 1518, dimana ia mempertahankan doktrin / ajaran reformasi tentang kebejatan moral manusia (depravity of man) dan perhambaan manusia oleh dosa. Perbedaan mendasar antara teologi salib dan teologi kemuliaan  adalah kemampuan dan ketidak  mampuan manusia untuk menilai diri sendiri di hadapan Allah Yang Mahamulia. 
Teologia kemuliaan (theologia gloriae) melihat bahwa ada kebaikan dalam diri manusia, dan karena itu manusia dapat melakukan yang baik. Mereka pun berpendapat, bahwa sesudah kejatuhan dalam dosa, masih ada beberapa kemampuan manusia untuk memilih melakukan kebaikan.  Faktanya, manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Roma 3:10 “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak”. Kita semua hidup dalam dosa dan tidak mungkin menyelamatkan diri sendiri
Roma 6:23 “Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Tuhan kita “. Kita seharusnya dihukum mati sebagai hukuman dosa. Jika tidak, harus ada pengganti kita untuk menanggung hukuman itu, yang hidup bersih, tidak bersalahà Dialah Kristus. 1 Pet 1 :18-19 = “Sebab kamu tahu bahwa  kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas melainkan dengan darah yang mahal yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”

Salib Kristus adalah karunia atau anugerah yang diberikan Allah kepada kita dalam Kristus. Melalui Salib Kristus, kita dapat memahami dan mengalami pembebasan dari dosa, keiikutsertaan dalam kemenangan Kristus dan mendamaikan kita dengan Allah. ”...tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa” (Rom 6, 3-6).

Dalam kematian Yesus, dosa-dosa kita telah ditaklukkan. Dalam kebangkitan-Nya, dosa-dosa  kita diampuni dan dibebaskan dari cengkeraman kuasa dosa itu. Di dalam Salib, menjadi nyata betapa Allah dalam kasih-Nya yang tiada batas telah mengasihi dan menyelamatkan manusia dalam Yesus Putera-Nya. Salib menjadi simbolisasi pengorbanan yang tanpa batas, usaha dan perjuangan yang tidak kenal lelah. Yesus telah menjadi teladan bagi manusia dalam menghadapi penderitaan, tetapi di atas semua itu, Dia telah menyucikan manusia dari dosa dengan cara mati untuk dosa dan hidup untuk kebenaran

1.     Salib Sebagai Perdamaian
Manusia tidak sanggup memperdamaikan dirinya dengan Allah oleh karena kehidupan manusia selalu di dalam pekerjaan iblis (Kol. 1 : 21; Roma 8 : 7). Pada dasarnya bahwa Allah yang memperdamaikan dunia kepada dirinya sendiri (II Korint 5 : 19).
Dia tidak mengenal dosa menjadi sengsara bagi kita, sehingga kita memperoleh kebenaran Allah melalui Dia. Rom 5 :8-10 = “Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita oleh karena Kritus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa, lebih-lebih karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan. Sebab jikalau kita ketika masih seteru diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya lebih-lebih kita yang sekarang telah diperdamaikan pasti akan diselamatkan oleh hidupNya”.

2.     Salib Sebagai Pembenaran
Manusia yang jatuh didalam dosa (Kej 3:1-7) seharusnya akan jatuh ke dalam jurang kematian,  karena upah dosa itu adalah maut (Roma 6:23). akan tetapi Allah didalam janjiNya memberikan keselamatan atas manusia yang digenapi melalui Yesus Kristus melalui pembenaranNya melalui anugerah dan kasih Allah sendiri (Roma 3:24 “Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”)

3.    Salib Sebagai Penebusan
        Penebusan berarti adalah lepas dari belenggu,  bebas dari perhambaan, melunasi kembali apa yang telah dijual dengan barang atau uang tebusan. 1Kor 6:20 “Sebab kamu telah dibeli dan harganya lunas dibayar. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu”. Kol 1 :14 “Di  dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu penebusan dosa”

Teologia salib menekankan bahwa manusia tidak mampu melakukan kebenaran. Manusia tidak dapat menambahkan apapun kedalam kebenaran Allah yang dinyatakan pada pengorbanan Kristus-Yesus di salib. Manusia tidak mampu membenarkan dirinya sendiri, jikalau tidak ada yang membenarkannya. Dan, yang mampu membenarkan manusia hanyalah Allah yang telah mengerjakan segala sesuatu secara sempurna penuh di dalam dan melalui karya Kristus-Yesus.(Rom. 7:18-20)

Theologia Salib telah membungkam dan menghentikan semua dalih usaha pencapaian manusia demi kelayakan di hadapan Allah.Yesus menunjukkan kuasa ilahi-Nya dalam menaklukkan kematian dan semua kejahatan. Kesejatian hidup seorang hamba Tuhan adalah justru nampak dalam sikap pengabdian hidup, mereka bukan hanya bagi mereka yang menyenangkan hidup mereka namun kepada mereka juga yang menderita, yang tersisihkan, dan dimarginalkan. Karena itu sebagai orang-orang yang sudah mengalami penebusan Kristus,kita harus menunjukkan kasih kita kepada karayawan/bawahan kita di kantor/pekerjaan kita, tidak menyepelekan mereka bahkan memperjuangkan mereka jika hak-hak mereka diabaikan.Jikalau kita melakukan demikian maka kita sedang mendemonstrasikan kuasa Yesus Kristus, yang sudah memberikan teladan sepanjang inkarnasi diri-Nya, khususnya ketika Dia tergantung di kayu salib.Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:27),

Kita tidak boleh menggunakan kekuasaan secara manipulatif melainkan karena  cinta kasih. Kuasa yang dijalankan dalam proses kepemimpinan adalah kuasa yang bukan memanfaatkan situasi untuk memperkaya diri, melainkan kuasa yang dipakai agar mereka yang terpinggirkan dapat didengar.Kuasa yang kita miliki, dipakai untuk memulihkan dan membangun  kesejahteraan kehidupan bersama dan bukan memenjarakan sesama dalam keinginan dan kemauan dibalik simbol-simbol klaim kebenaran.

Teologia salib adalah teologia yang membebaskan dan memulihkan sesama. Teologia salib memberikan inspirasi dalam perjuangan keadilan untuk berani berkata dengan jujur apa yang seharusnya, tidak membalikkan suatu realita menjadi suatu kepalsuan. Teologia salib memberikan kepada kita suatu keberanian dan kerangka berpikir yang jelas untuk selalu berpegang pada kebenaran dan tidak takut untuk mengungkapkannya.

Orang percaya dipanggil untuk memberikan dirinya bagi sesamanya tanpa pamrih untuk menolong mereka, dan jika demikian maka orang percaya  menunjukkan identitasnya sebagai anak-anak Allah.Sebagai orang-orang percaya kita dipanggil untuk terlibat dalam pelayanan, menyuarakan kebenaran dan keadilan, menunjukkan sikap penuh kasih bagi sesama. Sebagai alumni, mari mengambil bagian dalam pelayanan, sebagai pemimpin kelompok kecil, rutin belajar firman Tuhan dalam KTB dan berani bermisi, bukan hanya melakukan aktifitas sehari-hari tanpa pernah terlibat melayani.

Makna Salib Kristus dalam hidup kita :
1.      Revolusi Pikiran
(Filipi 2:1-4). Kita harus menaruh pikiran yang menghargai orang lain, mengutamakan kepentingan orang lain, memiliki sikap rendah hati. Orang yang kurang rendah hati, mungkin adalah orang yang kurang yakin dengan identitas barunya dalam Kristus.

2.      Revolusi Tindakan.
Kita harus mempraktekkan iman kita. Memiliki persekutuan pribadi yang dekat dengan Allah, melayani sesama, menyediakan waktu menolong orang lain.

3.     Menjadi Seperti Yesus
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2Kor 5:17). Kita sebagai orang percaya adalah surat Kristus. Dimanapun kita berada,  orang banyak akan melihat karakter dan cara hidup kita. Apakah cocok antara kerajinan beribadah,aktifitas pelayanan,  dengan kelakuan hidup sehari hari atau tidak. Dimanapun kita berada/hadir, kemanapun kita pergi, kita adalah surat terbuka , sebab banyak orang akan menilai dan mungkin mempertanyakan iman kekristenan kita.
Ibrani 12, 2 menjelaskan: “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul Salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah”. Yesus pun setia menanggung penderitaan salib demi menebus dosa-dosa kita, karena itu kita juga harus setia  dalam seluruh hidup kita, mempertahankan hidup benar dengan mata yang selalu tertuju pada Dia yang adalah Tuhan dan juruslamat kita. 

SOLIDEO GLORIA.

Jumat, 06 April 2018

REMEMBER THE CROSS

Oleh : Pdt Kaleb Manurung, MTh



Bacaan Firman Tuhan: 1 Kor. 15: 17, 20, 32b
17 Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.
20 Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
32 … Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati”.



Pengantar Uraian
Bayangkanlah, Anda hadir di Golgota pada saat penyaliban Tuhan Yesus: Apa yang anda pikirkan dan rasakan saat melihat Yesus disalibkan di sana? Tentu ada berbagai jawaban. Namun ada satu jawaban: “Betapa besar Kasih-Nya kepada-ku, Dia rela menderita dan mati untuk menyelematkan aku”. Bagi orang yang baik, ada yang mau mati, tapi untuk orang-orang yang tidak benar siapa yang mau mati ? Apakah kita tergolong orang yang benar sehingga Yesus rela mati untuk kita? Tidak, kita diselamatkan bukan karena kita baik, bukan karena kita pantas dikasihani  tapi karena anugrah dan kasih Allah semata-mata.
Seringkali ketika kita berbicara Jumat Agung  dan paskah seolah-olah ada pemisahan. Jumat agung itu berarti kematian atau pengorbanan Tuhan Yesus Krisus dan Paskah berarti kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.seolah-olah Jumat Agung dan Paskah terpisah, padahal paskah berarti kematian dan kebangkitan. Kalau tidak ada kematian, tidak ada kebangkitan.  Jika Yesus tidak mati, maka Dia tidak mungkin bangkit, dan Dia tidak akan bangkit tanpa kematian. Tanpa kebangkitan Yesus, maka sia-sialah kepercayaan kita. Keduanya tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu paket: “Kematian dan kebangkitan”. Dan itulah sebenarnya yang disebut “PASKAH” (dalam PL)=PESAKH atinya LEWAT= SELAMAT. Mengapa “lewat”= “selamat, karena ada tanda darah dari korban anak domba. Seperti pada peristiwa matinya anak sulung di Mesir, sebagai tulah yang kesepuluh. Setiap rumah yang ada tanda darah anak domba di pintu rumahnya, maka tidak akan ada kematian , dan malaikat maut  lewat (Pesakh), artinya selamat. Sama dengan Paskah yang kita rayakan sekarang, ada kematian dan darah Yesus sebagai tanda membayar dosa kita, dan kita selamat.
Apakah maknanya bagiku, jika aku mengingat “Salib-Nya” (kematian-Nya) dan kebangkitan-Nya?
1.      Pengorbanan-Nya sudah sempurna. Keselamatan yang direncakan oleh Allah, sudah diwujudkan, tersedia dan ditawarkan.
Apa artinya bagiku jika Dia mati dan bangkit?  Dia adalah korban pengganti (vicarious atonement). Kristus mati untuk mengantikan aku orang yang berdosa, agar aku tidak mati, melainkan beroleh selamat. Hukuman yang ditimpakan kepada Yesus seharusnya aku yang menerimanya.  Bagaimanapun banyaknya dosa yang kita lakukan,  Yesus rela menderita untuk kita.
Ada tiga jenis kematian di kayu salib:
2.        Die in sin (mati di dalam dosa), penjahat yang disebelah kiri Tuhan Yesus).
3.        Die for sin (Tuhan Yesus mati untuk orang berdosa)
4.        Die to sin (mati terhadap dosa), penjahat yang disebelah kanan Tuhan Yesus).
Tuhan Yesus mati dan bangkit, maut (kematian) telah ditelan dalam kemenangan-Nya, band. 1 Kor 15: 54-56. Dia mati dan bangkit “agar aku tidak mati dalam dosa” (not die in sin). Mati dan bangkit untuk hidup kekal. Tujuan hidup ku. Meskipun tubuh jasmani kita satu saat akan mati, tapi kita akan bangkit dalam tubuh kekekalan.Jika dia tidak memiliki keyakinan akan surga dan hidup yang kekal, yaitu melalui kebangkitan Kristus, maka tidak ada gunanya percaya.  Tetapi karena ada kebangkitan, maka kematian jasmani bukanlah akhir kehidupan. Bersama-sama semua orang yang percaya, kita akhirnya akan dibangkitkan pada saat kedatangan Yesus yang kedua kali. Banyak orang Kristen yang tidak tahu dengan jelas apakah nanti akan ke surga atau tidak? Orang yang tidak memiliki tujuan hidup yang jelas, tidak akan pernah sampai ke tujuan. Bagi orang yang sungguh-sungguh percaya, memiliki tujuan hidup yang jelas dan pasti tiba di tujuan. Orang yang sudah mengalami karya penyelamatan Yesus, dia tidak akan mati didalam dosa
            Apakah artinya “kematian=maut” telah ditelan oleh kemenangan Kritus?:
·         Mana yang lebih besar seratus juta atau yang tidak terbatas. Yang tidak terbatas pasti yang paling besar. Kuasa salib dan kebangkitan-Nya adalah kuasa kemenangan yang tidak terbatas. Kemenangan Tuhan Yesus lebih dari segalanya, tidak ada batasnya. KasihNya tidak ada batasnya, segala-galanya, sehingga kasihNya tidak menghitung berapa banyakpun dosa kita, dan dosa kita ditelan oleh kasihNya.
·         Jika cahaya terang telah datang, gelap lenyap (ditelan), sehingga kegelapan tidak ada lagi (lenyap). Kuasa kegelapan tidak dapat bertahan terhadap Kuasa Terang. Tidak ada daya keghelapan itu untuk bertahan, kegelapan ditelan oleh terang.

Implikasi Etis: Kerelaan untuk memikul salib, berarti “Kerelaan untuk menderita oleh karena melakukan yang benar” (kehendak Allah), band. Fil. 1: 29; Mat. 10: 38;1Pet. 4: 13
Bagi orang percaya: Menderita oleh karena Kristus bararti “mati terhadap dosa dan hidup untuk Allah”, band. Rom. 6: 2-6; 1Pet. 4: 1; Rom. 14: 7-9.  Mengingat salib berarti kita harus rela mati bagi dosa  dan hidup bagi Allah.  Dalam Roma 6:2-6, tidak berarti kita bebas hidup dalam dosa supaya anugrah itu semakin melimpah. Tidak mungkin kita hidup untuk Tuhan jika kita tidak mati terhadap dosa.   Didalam pekerjaan, ada banyak godaan untuk hidup kompromi dengan dosa, tapi kita memilih untuk hidup benar karena tidak ingin menyakiti hati Tuhan. Inilah Tujuan penyelamatan Allah, dan inlah yang kita hidupi dalam proses sebagai orang yang sudah diselamatkan. Berarti:“Belajar mati terhadap dosa” (die to sin).  “Siapa yang tidak menyangkal dirinya dan memikul salib, tidak layak bagiKu.Tuhan tidak pernah memberi salib yang tidak bisa kita pikul. Jika kita rela memikul salib, maka salib yang berat pun tidak akan terasa berat bagi kita. Rahasianya adalah rela, memikul salib itu tunduk. Memikul salib itu harus dengan menundukkan kepala. Band. “Not I but Christ” (Gal. 2: 20).Ketika kita menundukkan diri  I itu menjadi C (Christ). Kita harus belajar mengatakan tidak kepada dosa dan hidup untuk Tuhan
2.      Sumber pengampunan telah tersedia bagiku.
Korban untuk penghapus dosa berulangkali dilakukan oleh Imam Besar (didalam PL)di tempat yang mahasuci di Bait Allah.  Hanya satu orang Imam besar yang dapat masuk ke tempat mahasuci, dan imam besar itu membawa korban binatang untuk menghapus dosa umat dan dosanya sendiri. Tetapi Yesus sebagai Imam Basar mempersembahkan diri-Nya sendiri satu kali untuk selamanya (Ibr. 7: 27; Ibr. 9: 12). Berarti pengampunan dosa sudah tersedia. Apa yang Yesus lakukan 200 tahun lalu tetap berlaku, relevan hingga saat ini.
Pada saat kematian Tuhan Yesus di kayu salib, tabir di Bait Allah terbelah dua dari atas ke bawah (Mat. 27: 51), bahwa Allah yang melakukannya bukan dari manusia kepada Allah. Berarti setiap orang bisa bertemu dengan Allah, tanpa pengantara, (Imamat yang rajani), band. 1 Pet. 2: 9) . Meskipun kita sudah mengalami pengampunan dosa, (keselamatan) dan sedang belajar mati terhadap dosa (die to sin), dan kita tidak hidup dalam dosa lagi, namun masih ada kemungkinan bagi kita jatuh ke dalam dosa, karena masih ada tabiat keberdosaan.
 Maka kita membutuhkan “pengampunan” melalui “pertobatan” sehari-hari, band. 1Yoh. 1: 8-9. Setiap kali kita berdosa, kita harus meminta pengampunan dari Allah, karena dosa bisa menghambat pertumbuhan, dan pengampunan akan menguduskan kita di hadapan Allah. Allah sudah mengampuni setiap kali kita mengaku dosa kita. Keyakinan kita akan pengampunan dosa menentukan pertumbuhan secara rohani.
Implikasi etis: Kita memperoleh kekuatan untuk mengampuni. Tidak ada lagi sikap, perkataan, cacian, hinaan dan perbuatan kekejian yang tidak dilakukan orang kepada Tuhan Yesus, namun Dia tidak marah, sakit hati, dendam melainkan “mengampuni” (Luk.23: 34), band. Mat 6: 14-15 “kita diampuni untuk mengampuni, tidak mengampuni, tidak diampuni”. Mengapa sulit mengampuni? Kecenderungan kita adalah membalas orang yang melakukan kejahatan. Tapi salib Kristus membuat kita mampu mengampuni. Dosa menjadi penghalang yang besar di dalam mengalami pertumbuhan rohani kita. Kita diampuni untuk mengampuni. Marilah kita mengampuni lebih sungguh.
3.      Kemenangan atas kuasa iblis dan dosa.
Kematian dan kebangkitan Kristus telah melepaskan kita dari kuasa dosa dan kegelapan, dan memindahkan kita kedalam kuasa terang-Nya, (Kol 1: 13). Maka kita hidup di dalam terang dan kita hidup sebagai anak-anak terang, yang menghasilkan buah-buah kehidupan yang baik (Ef. 5: 8-9 “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan kebenaran dan keadilan”. Terang itu memberitahukan apa yang harus kita lakukan bahkan kemampuan untuk melakukannya.Kematian dan kebangkitan Kristus memberikan, menciptakan hidup yang baru, yang menghasilkan buah-buah kehidupan yang baru, (Rom. 6: 4-5). Hidup adalah perjuangan (dalam pergumulan). Kemenangan kuasa kebangkitan Kristus atas dosa dan kuasa kegelapan menjadi kemenangan orang yang percaya. Kemenangan sudah tersedia bagi kita.
Implikasi etis: Kita harus berperang untuk menjadi pemenang. Karena tidak ada kemenangan tanpa berperang. Yesus berdoa sampai meneteskan darah, perjuangan yang luar biasa dan Dia menang. KebangkitanNya memberikan kebvangkitan pada kita.  Bagaimana supaya kita menang? Berperang dengan mata yang tertuju kepada Yesus (Ibr. 12: 2-3) Mengandalkan kemenangan Yesus atas dosa, atas kematian yang kekal, kita juga berjuang untuk setia hingga memperoleh mahkota kehidupan. Kita juga dapat menang dengan memakai senjata kebaikan, (Rom. 12: 17, 21). Marilah kita menjadi the winner.
4.      Kita harus memberitakan kasih Allah yang sudah menyelamatkan kita.
Keselamatan adalah bersifat “universal” artinya, disediakan, ditawarkan dan cukup untuk semua orang (Yoh. 3: 16), namun hanya dialami oleh barang siapa yang percaya dan menerimanya. Allah menghendaki semua orang diselamatkan supaya setiap orang berbalik dari dosanya. Allah memang mengasihi manusia tetapi bukan semua diselamatkan karena manusia memiliki kebebasan  untuk menerima atau menolak, keselamatan di tawarkan untuk semua dan cukup untuk semua, tetapi dialami oleh orang yang menerimanya. Allah menciptakan mansuia dengan free will (kehendak bebas). Kebebasan yang kita miliki adalah bebas melakukan kehendak Allah, bukan karena terpaksa, di dalam kebebasan ada ketaatan, dalam ketaatan ada kebebasan. Bagaimana orang dapat percaya, kalau tidak mendengar, bagaimana mereka mendengar, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? (Rom. 10: 13-15)
Implikasi etis: Bagi yang sudah mengalami kasih Allah yang menyelamatkan, sifat keuniversalan itu akan menjadi dorongan untuk memberitakannya, band Mat. 28: 18-19. Kasih yang untuk semua, mendorong kita untuk meberitakan berita keselamatan bagi setiap orang.
Kualitas kasih kita kepada Allah menentukan kualitas kasih kita kepada sesama manusia dan sesama ciptaan. Kasih sebagai dasar dan dorongan untuk kita memberitakan-Nya. Marilah kita menjadi orang percaya yang “care dan share”, bukan orang percaya yang egois. Orang yang sudah diselamatkan, pasti akan memberitakan, jika dia tidak bisa menginjili, dia adalah orang yang harus menjadi sasaran dari pemberitaan keselamatan.
Penutup dan refleksi
Jika aku mengingat salibnya, maka aku berkata:Tuhan Yesus sudah menjadikan aku segalanya bagi-Nya dan memberikan segalanya bagiku untuk hidup kini dan hidup yang akan datang.Bagaimanakah sikapku?  Aku menjadikan Dia yang pertama dan yang terutama dalam hidupku, karena Dia adalah segalanya bagiku. Maknanya adalah Yesus trelah menjadikan aku segalanya, pengorbanan yang tidak akan dilakukan orang lain bagiku, Ia memberi jaminan hidup untuk yang kekal, apalagi hal-hal yang sementara, pasti Ia sanggup menyediakan. 

Selamat Paskah,.. 

SOLIDEO GLORIA

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...