Mazmur 103
:1-5
Mari membaca dari Mazmur
103:1-5..Mazmur ini dapat dibagi 3
bagian yaitu :ay 1-5 (inti dari Mazmur
itu), ay 6-19 (dasar untuk bersyukur kepada Allah, apa karya Allah dalam hidup Daud, ayat 20-22a
(ajakan/dorongan baik para malaikat, orang lain untuk sama-sama memuji Tuhan)
dan diakhiri dengan pernyataan Pujilah Tuhan hai jiwaku dalam ayat 22b. jika
kita perhatikan ayat 1-2 bersifat personal artinya berbicara kepada dirinya dan
sebuah pemahaman jika orang tidak bisa memuji Tuhan tidak akan mungkin dia dapat mengajak orang lain untuk
bersyukur memuji Tuhan. Ketika Daud
berkata supaya dirinya memuji Allah , barulah ia mampu mengajak orang-orang
untuk bersama-sama memuji Allah (ayat 20-22). Setelah pemujian personal, maka
lahirlah pemujian koektif artinya mampu mengajak orang lain bersyukur,
berterimakasih kepada Tuhan.
Ayat 1 adalah sikap/cara
pemujian yang benar, maka ia berkata “Pujilah Tuhan hai jiwaku” yang
diseebut self talk (pembicaraan terhadap
diri sendiri), dorongan kepada diri sendiri, karena orang dapat mengatakan mari memuji Tuhan
tetapi belum tentu ia sendiri juga hatinya memuji Tuhan. Daud tidak mau
terjebak dalam hal itu, karena itu ia berkata “Pujilah Tuhan hai jiwaku”.
Dalam ayat 2 ia berkata
“pujilah Tuhan hai segenap batinku”
terjemahan lain mengatakan the most being (my inner heart) artinya
bagian batinku yang paling dalam, bahwa pemujian kepada Allah itu tidak sekedar
muncul dari perkataan tetapi pemujian
yang dikatakan Daud sebagai ucapan syukur itu adalah dari bagian diriku
yang paling dalam. Orang bisa saja “bersyukur” tetapi belum tentu lahir dari
segenap hati, karena itulah Israel ditegur oleh Tuhan dalam Matius 15:8-9
“Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh daripadaKu,
percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan adalah
perintah manusia”. Yesus menegur orang Israel percuma mereka beribadah karena
yang mereka lakukan adalah tradisi, adat istiadat, kebiasaan manusia. Hari ini kita diajak kembali supaya kita
bernyanyi memuji Tuhan itu haruslah
lahir dari segenap hati kita dari bagian hati kita yang paling dalam, bukan
sekedar ungkapan kosong yang tanpa makna.sehingga ketika kita bersyukur, kita
bisa meneteskan airmata tanda sukacita. Ketika kita menyadari dan bersyukur
bagaimana Allah bekerja dalam dirinya maka mampu menaikkan syukur yang tulus.
Ada 3 hal yang mau kita pelajari dalam hal ini.
1. Ketika kita memuji Allah
penting ada ketulusan. Ketika memuji Allah harus lahir dari segenap hati.
Ada keseriusan memuji
Allah dan inilah pemujian yang berkenan kepada Allah. Karena itu penting
pemujian dengan ketukusan dan segenap hati supaya Allah dipuaskan dengan ucapan
syukur dan pengagungan yang kita sampaikan
2. Mengingat segala kebaikan
Tuhan.
Saat ini agak sulit orang
untuk bersyukur, lebih banyak orang mengeluh, dapat dilihat di media sosial
berapa banyak orang yang mengeluh dan bersyukur, lebih mudah menyampaikan
kemarahan, kekecewaaan, kegelisahan, kekhawatiran hidupnya sehingga sulit untuk
menaikkan pujian dan syukur kepada Allah. Salah satu persoalan utama ialah
ketika kita fokus kepada persoalan kita, fokus kepada penyakit kita, fokus
kepada pergumulan, tantangan di dunia
kerja, fokus kepada kesulitan-kesulitan
yang kita hadapi, fokus kepada apa yang belum kita miliki, fokus
kepada persoalan diri dan keluarga kita,
fokus pada persoalan yang menyakitkan bagi kita, fokus kepada penolakan orang
pada kita, fokus kepada kegagalan-kegagalan kita maka selama itulah kita pasti
tidak bisa bersyukur dengan tulus.
Bagaimana supaya kita bisa
beryukur? Mari kita perhatikan ayat 2b “dan janganlah lupakan segala
kebaikanNya”. Ketika orang lupa karya
Allah dalam dirinya, lupa akan kebaikan-kebaikan Allah dalam dirinya, maka
sulit sekali untuk bersyukur dengan tulus. Rahasianya adalah mari belajar fokus
menghitung kebaikan-kebaikan dan berkat Tuhan, jangan lebih berfokus pada apa
yang belum kita miliki, persoalan-persoalan kita. Ketika kita fokus kepada
pergumulan-pergumulan kita, malah itu melemahkan iman kita, membuat kita
menjadi khawatir, tertekan dan makin sedih, membuat kita tidak punya
pengharapan, kehilangan sukacita, membuat makin larut dalam kedukaan/kesedihan.
Tetapi ketika kita mengarahkan mata kita berfokus kepada karya Allah, fokus
pada kebaikan Allah pada saat itulah kita dapat berkata “Engkau sangat baik
bagiku ya Tuhan”. Inilah yang dialami oleh Daud sehingga dia mampu bersyukur.
Jika kita tetap fokus kepada tantangan, apa yang belum dicapai, penyakit yang
belum sembuh atau persoalan keluarga atau dukacita, maka kita akan kehilangan
damai, sukacita dan kita tidak mampu berterimakasih, bersyukur kepada Allah.
Maka Daud mengatakan “Jangan lupakan segala kebaikanNYa”. Persoalan kita adalah
kita kita lebih mudah mengingat persoalan dan kekurangan daripada kebaikan
Tuhan yang telah kita terima. Karena itu marilah kita belajar kembali untuk
bisa bersyukur dengan tulus, mengingat semua kebaikan Allah. Setiap kali kita
bersyukur sebelum tidur fokuslah kepada
kebaikan-kebaikan Allah, jangan berfokus pada persoalan-persoalan. Mari belajar menghitung semua
kebaikan-kebaikan/berkat-berkat Tuhan, pertolongan Tuhan, karya Tuhan didalam
hidup kita
3. Daud melihat semua
kebaikan Tuhan itu dalam ayat 3-4. “Dia yang mengampuni segala kesalahanmu yang
menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur,
yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, yang memberi kekuatan
baru pada masa mudamu (ay 5).
Daud dalam pergumulan yang
beratpun, mampu melihat karya Allah didalam hidupnya. Karena itu seberat apapun
pergumulan, tantangan, persoalan, kesulitan yang kita hadapi, mari kita mampu menghadapi dengan mata rohani
melihat karya Allah didalam hidup kita. Daud tidak berfokus pada posisi dan
harta yang dia raih. Ia bisa saja berkata “Engkau yang menempatkan aku menjadi
raja dan Engkau yang memberiku kekuasaan
besar di Israel”. Ia juga tidak berkata Allah telah memberinya harta yang
banyak, pengaruh yang luar biasa, Daud tidak fokus pada hal ini. Daud melihat
itu semua bukan sebagai main goal,
dan bukan melihatnya sebagai hal yang terpenting dalam hidupnya,tetapi hal yang
paling diingat Daud hal yang mendasar dalam dirinya yaitu yang dibutuhkan
setiap orang adalah pengampunan atas dosa dan kesalahan. Hal ini berelasi pada
dua hal : jika orang telah diampuni dosanya dengan pembenaran oleh Allah,
dimana pembenaran terjadi karena pengampunan dan dengan pengampunan ada
pembenaran dan dengan pembenaran ada rekonsiliasi dengan Allah, maka Daud
melihat ketika Allah mengampuni dosanya itu menyadarkan Daud bahwa yang paling
penting, yang paling mahal, paling utama didalam hidupnya telah diberikan oleh
Allah, itulah keselamatan jiwanya. Daud
tidak membanggakan jabatannya sebagai raja tetapi ia melihat hal yang lebih
penting yaitu rekonsiliasi dengan Allah, pengampunan kan dosa. Dilepaskan dari
lobang kubur identik dengan bahwa Daud telah mendapatkan yang terbaik,
terpenting, terbesar dalam hidupnya, itulah keselamatan jiwanya. Jika kita
mengacu ke perjanjian baru dalam Markus 8:36 “Apa gunanya seseorang memperoleh
seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya”, sehebat apapun kita jika kita
kehilangan jiwa, maka apapun tidak ada artinya. Daud melihat keselamatan
jiwanya lebih penting dari jabatan sebagai raja, ketenaran, kekuasaan dan harta
yang dia miliki. Daud tahu ketika ia mendapatkan pengampunan dosa dari Allah,
dilepaskan dari lobang kubur, itu artinya
- Dia telah mendapatkan
yang terpenting. Wajarlah Daud bersyukur dengan segenap jiwa dan batinnya
oleh karena yang terbaikpun sudah Tuhan berikan, apalagi yang lain.
Semuanya yang lain itu adalah berkat tambahan seperti jabatan raja, harta
yang AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua.
Bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kepada kita bersama-sama
dengan Dia?” Yesus saja AnakNya yang tunggal dikorbankan oleh Allah bagi
kita supaya kita selamat, bagaimana mungkin yang lain tidak diberi? Karena
itu Daud fokus bukan kepada hal yang lainnya. Daud bersyukur karena Allah
telah mengampuni dosa dan kesalahannya, membebaskannya dari lobang kubur,
itu jauh lebih penting/utama , yang lain akan mengikuti. Hal itu juga yang
Tuhan Yesus ajarkan dalam Matius 6 : 33 “Tetapi carilah dahulu kerajaan
Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”.
Mazmur 23 :6 “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur
hidupku, dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa”. Terlalu banyak alumni mengejar harta,
uang, jabatan akhirnya bisa melupakan Tuhan. Tetapi ingatlah Mazmur 23:6
ini, bukan kita yang mengejar berkat dan kebajikan, kesuksesan, tetapi itu
mengikuti kita. Ini berelasi dengan Matius 6 :33, semuanya yang lain akan
ditambahkan. Ada banyak alumni tidak punya waktu untuk KTB, melayani
karena terlalu banyak target untuk mendapatkan sesuatu. Kebajikan dan
kemurahan Allah bukan dikejar tetapi mengikuti kita seumur hidup dan
lahirlah komitmen Daud “dan aku akan diam di rumah Tuhan sepanjang masa”
. Penting untuk bersyukur karena
ketika kita lahir baru, yang terpenting dan terbaik telah kita terima dari
Allah, apalagi yang lain. Kita seringkali takut untuk tidak memiliki
sesuatu, jabatan dan harta hingga kebenaran dan kerajaan Allah kita
abaikan. Mari kita mengubah paradigma berpikir kita hari ini bahwa
kebajikan dan kemurahanlah yang mengikuti kita seumur hidup.
- “Dia yang mengampuni
segala kesalahanmu dan melapaskan dari lobang kubur, ketika dia mengklaim pengampunan itu
artinya Daud telah mengalami karya Allah yang terbesar yaitu persoalan dan
pergumulannya yang paling berat, komplek, telah diselesaikan oleh
Tuhan. Rom 6:23 “Sebab upah dosa
ialah maut tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus
Yesus, Tuhan kita”. Persoalan manusia terbesar adalah dosa dan akibatnya
yaitu maut, tidak bisa diselesaikan oleh manusia, tapi hanya bisa
diselesaikan tuntas oleh Allah. Maka ketika Daud berkata “Dia yang mengampuni segala kesalahanmu,
melepaskan dari lobang kubur yaitu maut” itu artinya persoalan kita yang
terbesar telah diselesaikan oleh Tuhan. Jika persoalan terbesar telah
Tuhan selesaikan, persoalan yang lain pasti juga akan Tuhan selesaikan.
Ini yang mendasari Paulus berkata dalam Fil 4:13 “Segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku”. Hal inilah yang membuat kita dapat bersyukur
kepada Allah. Meskipun persoalan
kita masih banyak, ingatlah persoalan kita yang terbesar telah diselesaikan oleh Allah, maka yang
lain hadapilah denga sukacita.
Jadi supaya kita mampu
bersyukur denga tulus pada Tuhan, mari berfokus pada dua hal ini : yang terbaik
pun sudah Tuhan berikan dan persoalan yang terbesar telah diselesaikan Tuhan,
yang lain akan kita hadapi bersama dengan Allah. Inilah yang membuat Daud bisa
memuji dengan syukur dan tulus kepada Allah. Ayat 4 “Dia yang memahkotai”
artinya sebuah penghormatan, penerimaan, Allah mempermuliakan dan Allah
menghormati Daud dan Daud melihatnya sebagai sebuah kebanggaan yang luar biasa
sehingga mampu bersyukur “Pujilah Tuhan hai segenap jiwaku, dan jangan lupakan
segala kebaikanNya” Daud merasa terhormat ketika dosanya diampuni, persoalannya
yang terbesar telah diselesaikan.
Setelah itu muncul
kekuatan baru di ayat 5 “Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan sehingga
masa mudamu menjadi baru seperti burung rajawali”. Hanya Allah yang bisa
melakukan seperti Maz 103:3, Allah memberikan yang terbaik, Allah menyelesaikan
yang terbesar, Hanya Allah yang bisa memuaskan hasrat kita. Maz 27 10
“Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku”. Kasih
Allah melebihi kasih orangtua kepada kita.
Yang membuat Daud bisa bersyukur kepada Allah karena Allah yang
memuaskan hasratnya dengan kebaikan, Allah tidak pernah mengecewakan, yang Ia
beri pasti baik, bahkan terbaik dalam hidup kita. Jika ada doa kita yang tidak
diberikan Tuhan justru karena Tuhan sayang kepada kita, karena Ia telah
menyediakan yang terbaik menurut Allah bagi kita.
Akibatnya dalam ayat 5b
“masa mudamu menjadi baru seperti burung rajawali” inilah kuasa dari thanks
giving to God, memberi kesegaran,
kekuatan baru, semangat baru. Karena
itu orang yang selalu bersyukur akan terlihat lebih muda wajahnya. Mari belajar
mengucap syukur seperti dalam 1 Tesalonika
5:18 “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki
Allah didalam Kristus Yesus bagi kamu”. Semakin kita bersyukur memberikan
kekuatan dan semangat baru. Yes 40;30-31”Orang-orang muda menjadi lelah dan
lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang
menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru, mereka seumpama rajawali yang
naik terbang dengan kekuatan sayapnya, mereka berlari dan tidak menjadi lesu,
mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”. Mari berhenti mengeluh, belajar untuk
bersyukur. Mari bersyukur untuk ulangtahun PAK yang ke 24 tahun, semua hal yang
Tuhan kerjakan , mari fokus pada kebaikan-kebaikan dan berkat Allah, jangan
fokus kepada yang lain.
SOLIDEO GLORIA