Oleh :
Ir.Indrawaty Sitepu MA
Roma 1:16-17 “Sebab aku
mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah
yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,pertama-tama orang Yahudi, tetapi
juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari
iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis;”Orang benar akan hidup
oleh iman.”
Ini adalah surat Paulus
tentang keyakinannya yang begitu kokoh kepada Injil kerena Injil adalah
kekuatan Allah yang menyelamatkan orang yang percaya.
INJIL bukan hanya bagi orang-orang yang belum
percaya (non-Christians) tetapi juga untuk orang percaya. Sebagai orang
percaya kita perlu untuk terus mempelajari INJIL dan menerapkan INJIL
tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari.
Karena sebagai orang percaya kita perlu untuk terus
mempelajari Injil dan menerapkan Injil itu dalam hidup kita sehari-hari.
a.
What”s
the gospel? Apa sebenarnya Injil?
Injil
adalah Good news, . What is the
Good News? The good news is Jesus. And the good news about Jesus
which we announce is that He died for our sins and was raised from death. Good
news itu adalah Yesus itu sendiri, Dia yang m,ati dan bangkit untuk kita.
Definisi Injil
Berita sukacita bahwa Allah
melalui kematian dan kebangkitan Kristus memperbarui manusia berdosa dan
seluruh ciptaan untuk diperdamaikan dengan Allah untuk dapat hidup bersama
Allah dalam langit yang baru dan bumi yang baru.
b.
Apa bedanya Nasihat atau
Berita?:
Injil adalah berita
sukacita (good news), bukan nasihat sukacita (good advice), demikian Dr Martyn
Lloyd-Jones menjelaskan keunikan Injil di tengah agama-agama dunia
Nasihat adalah himbauan agar kita
melakukan sesuatu, dan sesuatu tersebut belum terjadi. Misalnya kita memberi
nasihat supaya seseorang rajin melakukan saat teduh dan itu belum terjadi.
Berita adalah laporan sesuatu yang
sudah terjadi, tidak ada yang kita perlu perbuat karena itu sudah dilakukan
bagi kita – yang dituntut dari kita hanyalah respon kita terhadap berita
tersebut. Karena itulah Injil adalah berita sukacita bukan nasihat sukacita.
Dr Llyod-Jones berkata
bahwa setiap agama di dunia mengirimkan para penasihat kepada
manusia. “Lakukan ini dan itu, bila engkau mau selamat. Ini hukummnya,
aturannya, langkah-langkahnya. Selamatkankah dirimu dari dosa-dosamu”. Penasihat memberi
nasihat supaya melakukan apa yang baik. Allah tidak mengirimkan penasihat, tetapi pemberita
bahwa Kristus Yesus telah mati dan dibangkitkan untuk memperdamaikan kita dengan Allah. ini adalah
sesuatu yang sudah selesai/sudah terjadi.
Berita sukacita tersebut
berkata, “Semua sudah dilakukan Kristus. Dosa, kematian, Setan telah
dikalahkan! Beresponlah dengan sukacita, dan hiduplah sepadanan dengan rasa
syukur-mu tersebut.” Karena hal itu sudah diselesaikan dan
tidak ada kata mudah-mudahan tapi ada kepastian. Pemahaman ini seharusnya
membuat hidup kita berbeda.
Jadi apa beda agama dengan
Injil?
q Agama adalah tentang DO (lakukan
ini, lakukan itu), Injil adalah tentang DONE (sudah selesai, sudah selesai!).
q Agama menimbulkan ketakutan
dan ketidakpastian apakah yang kita akan lakukan cukup untuk menyelamatkan
kita. Injil mendatangkan sukacita dan keyakinan bahwa Kristus sudah melakukan
semua hal yang dibutuhkan untuk menyelamatkan kita.
Good advice : Hal-hal
yang telah atau harus saya lakukan supaya saya selamat
Good news : Berita
tentang karya YESUS bagi kita. Bukan tentang apa yang telah atau harus saya
lakukan, tetapi tentang apa yang telah YESUS lakukan bagi saya.
The law says, ‘Do this,’ and it is never done.
Grace says, ’Believe this’ and everything is already done. (Martin Luther). Reformasi terjadi ketika INJIL kembali
menjadi fokus utama dalam kehidupan umat ALLAH bukan yang lain.
c.
TATA
BAHASA INJIL
Kita perlu belajar ap[akah
kita sedang belajar tentang good news atu good advice. Kalau kita ingin hidup
berpadanan dengan Injil, kita perlu memahami tata bahasa Injil. Yang penting
adalah urutannya. Indikatif à Imperatif. Bukan sebaliknya
TATA BAHASA INJIL
iNDIKATIF
|
IMPERATIF
|
· Fakta
yang telah terjadi
· Deklarasi
Injil
· Apa
yang Kristus telah lakukan
· “Being”-Siapa
kita didalam Kristus
|
·
Perintah dan larangan
·
Kewajiban Injil
·
Apa yang perlu kita lakukan
·
“Becoming”-bagaimana kita diubah dalam Kristus
|
Inilah pola yang muncul di
seluruh Alkitab baik Perjanjian Lama dan Baru.
Berikut beberapa contoh
dalam surat-surat Rasul Paulus:
Teks
Alkitab
|
Indikatif
Injil
|
Imperatif
Injil
|
Roma
6:18-19
|
“Kamu
telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran”(6:18)
|
“..Kamu
sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran
yang membawa kamu kepada
pengudusan”(6:19)
|
Galatia
5:16,24
|
“Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah
menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (5:24)
|
“Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti
keinginan daging” (5:16)
|
Dari Roma 6:18-19 dapat kita lihat, indikatifnya adalah “karena kita sudah
dimerdekakan, maka kita seyogyanya/sejatinya kita menjadi hamba-hamba
kebenaran, jangan dibalik urutannya.
Teks
Alkitab
|
Indikatif
Injil
|
Imperatif
Injil
|
Efesus 4:32
|
“…sebagaimana Allah di
dalam Kristus telah mengampuni kamu” (4:32)
|
“Tetapi hendaklah kamu
ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni”
(4:32)
|
Titus 2:11-12
|
“Karena kasih karunia Allah yang menyalamatkan semua
manusia sudah nyata” (2:11)”
|
“…Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan
dan keinginan-keinginan duniawi, dan supaya kita hidup bijaksana, adil, dan
beribadah dalam dunia sekarang ini” (2:12)
|
Dari Efesus 4:32: Imperatifnya kita bisa saling
mengampuni dan ramah kepada orang lain karena Allah telah mengampuni kita, jika
tidak, kita tidak akan sanggup mengampuni orang lain.
Dari Titus 2;11-12 , Kita meninggalkan kefasikan dan
keinginan-keinginan duniawi karena kita sudah diselamatkan, kalau kita belum
diselamatkan, kita tidak akan bisa meninggalkan keduniawian.
Ketidakpahaman tentang tata bahasa ini menyebabkan
orang Kristen jatuh kepada dua kesalahan fatal, Legalisme (gila hukum
:harus melakukan ini dan itui) dan Antinomianisme (anti-hukum)
,
d.
Menekankan Imperatif , Mengabaikan Indikatif = LEGALISME
Gereja-gereja
terjebak di dalam legalisme bila indikatif Injil tidak ditekankan. Kita
memikul kembali kuk hukum demi menyenangkan Allah, padahal Allah telah
sepenuhnya mengasihi kita saat Ia mengutus Anak-Nya untuk mati menerima
murka-Nya atas dosa menggantikan kita. Saat Indikatif ditekankan, ketaatan kita
menjadi sukacita. Kita begitu mudah
mengampuni orang lain karena telah mengalami pengampunan Allah. Orang yang
sulit mengampuni orang lain, jangan-jangan tidak mengalami pengampunan dari
Allah. Kita juga bisa terjebak dalam hal ini, karena itu kita harus terus
menerapkan Injil dalam hidup kita. Indikatif kita harus jelas dan diikuti
dengan imperatifnya.
Tentu kita tidak akan pernah dapat menyenangkan
Allah dengan hukum, karena kita tidak akan pernah mampu taat hukum 100%. Hukum menyatakan dosa dalam
hati kita, namun tak dapat menyingkirkan dosa tsb dan mentransformasi hati kita. Hukum menunjukkan seperti apa hidup yang kudus, namun
tak dapat menguduskan kita Orang
legalisme bisa menjadi frustasi karena tidak pernah bisa melakukan hidup kudus
karena mengabaikan indikatif dan menekankan imperatif.
e.
Menekankan Indikatif, Mengabaikan Imperatif = ANTINOMIANISME
Sebaliknya, bila imperatif
Injil tidak diajarkan, kita akan jatuh ke dalam antinomianisme. Kita tidak akan
pernah berusaha mematikan dosa, melawan si Jahat, karena kita pasif dan hanya
menunggu Kristus yang melakukannya bagi kita. Inilah akar dari pemahaman yang
salah akan pemahaman ‘mengusir roh malas, roh cabul, dst. dari diri kita’)
tanpa kita perlu bertobat, berubah, dan berjuang. Yang
malas bukan rohnya tapi diri sendiri yang malas, yang berpikir cabul dan yang
bertobat harus dirinya bukan roh itu. Orang antinomianisme ini merasa tidak
perlu berjuang dan berusaha melakukan yang baik, tidak perlu bertobat, dan
orang yang legalisme mati-matian berjuang untuk hidup kudus, kedua hal ini
sama-sama salah.
The Gospel centered life
f.
MATEMATIKA
TEOLOGIS
Di dalam buku True Devotion: In Search of
Authentic Spirituality, penulis Allan Chapple mengatakan bahwa kerohanian
yang sejati adalah kerohanian yang berpusatkan pada Yesus Kristus.
Salah satu cara untuk menguji apa yang menjadi
pusat kerohanian kita adalah dengan mengingat dua hukum Matematika Teologis:
a. Hukum pertama: Setiap kali anda menambah, anda sebetulnya
mengurangi.
b.
Hukum
kedua: Apa yang
anda tambahkan, itu yang sebetulnya anda sembah
ad.a.Hukum pertama: Setiap kali anda menambah, anda sebetulnya
mengurangi
Apa pun yang kita tambahkan pada pribadi maupun
karya Kristus, sebetulnya mengurangi kebenaran tentang diri-Nya. Waktu kita
berpikir bahwa kita perlu Yesus PLUS perbuatan baik atau status moral atau apa
pun kontribusi dari pihak kita. Bukannya mendapatkan Yesus,tapi kita akhirnya
mempunyai Yesus yang bukan lagi segala-galanya bagi kita—Ia tidak lagi cukup. Christ
alone is no longer enough!
Mari kita belajar dari
jemaat di Kolose. Jemaat di
Kolose mengalami masalah yang sama. Bukannya mereka tidak lagi percaya pada
Yesus, tapi mereka tidak lagi percaya hanya kepada Yesus. Mereka mulai
terbuai oleh beragam pengajaran dan aturan yang akhirnya menjadi lebih memikat
daripada kemuliaan dan keindahan Yesus.yesus hanya menjadi salah satu. Setiap
kali kita menambah, kita mengurangi kemuliaaan Yesus. Jangan Yesus plus
perbuatan baik, persembahan paling banyak, Hanya Yesus saja.
ad.b.Hukum kedua: Apa yang anda tambahkan, itu yang sebetulnya
anda sembah.
Kita bisa mengikrarkan pengakuan iman, janji
keanggotaan, lagu pujian, atau bahkan mengkhotbahkan bahwa Yesus itu
cukup—tetapi kenyataannya adalah: apa pun yang kita tambahkan selain Yesus
Kristus, itulah yang sebetulnya menjadi Tuhan dan Juruselamat kita. Kita bisa
saja mengajarkan bahwa Yesus saja cukup, Yesus satu-satunya, tapi apakah benar
demikian? Bagaimana Injil itu menyatu dalam hidup kita, bukan hanya di mulut,
bukan cuma sebuah keyakinan, di pikiran kita sebagai doktrin yang dipegang,
tapi menjadi nyata mendarat dalam hidup kita, mengubah pikiran,hati, sikap, tindakan,
keputusan-keputusan kita.
Inilah yang menjadi masalah di gereja-gereja di
Galatia. Ada orang-orang ‘Kristen’ Yahudi yang mengajarkan bahwa mereka perlu
disunat barulah mereka selamat. Perhatikan bahwa pengajar-pengajar ini tidak
menyangkali bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat—setidaknya tidak
secara verbal. Mereka tetap mengakui Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat tetapi
mereka menambahkannya dengan sunat.
Tetapi hukum kedua ini mengatakan bahwa akhirnya
yang mereka ajarkan adalah sunatlah Tuhan dan Juruselamat kita yang
sesungguhnya. Tidak heran Paulus menekankan di pasal-pasal awal surat Galatia
betapa pentingnya kita memahami pengajaran tentang pembenaran, adopsi sebagai
anak-anak Allah, serta tinggalnya Roh Kudus di dalam diri kita—yang hanya
diterima melalui iman di dalam Kristus. Tanpa pemnambahan apapun. Tanpa sadar
yang ditambahkan itulah yang menjadi berhala. berhala-berhala modern pada
awalnya baik tapi bisa menjadi berhala2 kita, misalnya kesuksesan, posisi,
pasangan, yang jika tidak ditempatkan pada tempatnya itu menjadi berhala kita.
Kita pada dasarnya adalah mahluk penyembah, pertanyaannya siapakah yang kita
sembah? Apakah Yesus satu-satunya yang kita sembah atau ada yang kita tambahkan?
Kedua hukum Matematika Teologis ini seharusnya
secara rutin menjadi refleksi sehari-hari kita, karena kita mudah sekali lupa
akan siapa atau apa yang menjadi pusat kerohanian kita. Apakah kita sudah
menambahkan sesuatu/seseorang yang tanpa sadar telah menjadi berhala saya?
Apakah saya telah menambahkan sesuatu pada Yesus sehingga saya mengurangi
kesempurnaan Yesus? Hal ini harus terus kita refleksikan. Kita mudah sekali
lupa akan siapa kita atau siapa yang menjadi focus hidup kita? Karena itulah
kita perlu tetap KTB, mengikuti ibadah. memiliki persekutuan yang tekun, supaya
tidak beralih focus. Apalagi kalau fokus-fokus yang lain itu adalah yang baik,
karena musuh yang terbaik adalah yang baik bukan yang salah.
Dalam jangka panjang, INJIL menolong kita melihat
segala sesuatu dengan sudut pandang baru yang segar. Melihatnya dengan cara
pandang yang baru sehingga mempunyai sudut pandang yang segar
Apakah INJIL membentuk dan membaharui seluruh aspek
hidup kita?Apakah Injil telah mengubah kita atau aktifitas saja yang berubah,
memiliki aktifitas rohani tapi tidak mengubah hidup kita.
Kita bisa saja ditarik ke kiri atau ke kanan, yang
benar adalah Gospel itu berada di tengah.
g.
RELIGION vs GOSPEL
·
Agama adalah tentang apa yang harus kami lakukan.
Injil adalah apa yang Yesus Kristus sudah lakukan di atas kayu salib. Karena
itu Injil adalah berita sukacita karena sudah dilakukan.
·
Agama berkata jika kami memaksa diri taat pada
Allah, Dia akan mengasihi kami. Injil justru berkata karena Allah telah
mengasihi kami dalam Yesus, kami dengan sukarela dan sukacita taat pada Allah.
Indikatif nya Allah telah mengasihi kami, imperatifnya kami dengan sukacita dan
sukarela taat kepada Allah. Jangan dibalik. kita terpaksa hidup taat supaya
dikasihi Allah. Karena itu hdiup berintegritas, jujur dan bertanggung jawab
tidak beban berat bagi kita, itu adalah gaya hidup orang yang sudah
diselamatkan oleh Allah.
·
Agama berkata “lakukan ini dan lakukan itu, maka
engkau akan mendapat perkenan Allah.
Injil berkata “Engkau tidak akan pernah mampu memperkenan Allah. Yesus sudah
melakukannya di atas kayu salib, sehingga perkenan Allah turun atasmu. Agama
mendorong kita melakukan apapun supaya dikasihi Allah, Injil tidak demikian,
Allah sudah melakukannya dan kita diperkenan oleh Allah.
h.
SIKAP
TERHADAP KESELAMATAN
Agama membuat kami terus bimbang dengan keselamatan
jiwa kami, karena kami tidak pernah tahu, apakah perbuatan kami sudah cukup
untuk memperkenan Allah. Injil membuat kami yakin atas keselamatan jiwa kami
karena keselamatan tersebut tidak bersabdar pada perbuatan kami, tetapi pada
karya Kristus diatas salib bagi kami, satu kali untuk selamanya. Hal ini
seharusnya membuat kita bersyukur dan imperatifnya kita pasti berjuang, tidak
mau mundur dan membagikan Injil itu kepada orang lain. Berapa orang yang kita
temui di sekolah atau tempat kerja kita setiap hari? Betapa strategisnya kita
untuk mendemonstrasikan Injil itu di tempat kerja kita sehari-sehari.
i.
SIKAP
TERHADAP DIRI SENDIRI
Agama membuat kami jadi sombong (sebab kami merasa
lebih bermoral dan lebih saleh dibanding orang lain) atau putus asa (sebab kami
senantiasa masih jauh dari standar Allah). Injil membuat kami rendah hati
(sebab karena dosa kami begitu jahat sampai Yesus harus mati bagi kami) dan
bersukacita sebab Yesus rela mati bagi kami. Jangan menjadi sombong karena
merasa rajin ikut ibadah, rajin KTB, banyak pelayanan dan membuat kita merasa
l;ebih baiok dari orang lain atau kita menjadi putus asa karena merasa kita
tidak bisa hidup sesuai standar Allah. Konsep Injil yang benar akan membuat
hati rendah hati dan sukacita, tapi jika tidak kita bisa terjebak dalam
kesombongan atau putus asa.
Galatia 4:9 ”Tetapi sekarang sesudah kamu
mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah ...”
Christian Assurance (“known by God”) The great and central basis of Christian assurance
is not how much our hearts are set on God, but how unshakably His
heart is set on us.
1 Korintus 4:3-4 “Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku
dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiri
pun tidak kuhakimi. Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan
karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan”.
Bukan penilaian orang lain, Bukan penilaian diri sendiri ,Tapi
penilaian Allah
SELF IMAGE
Since God knows me, and sees Christ when He looks
at me, I don’t care what you think about me, and I don’t even care what I
think.
Penerimaan diri kita dihadapan ALLAH tidak dimulai
dari usaha kita sendiri atau penilaian orang lain tetapi penerimaan dari ALLAH.
j.
SIKAP TERHADAP PENDERITAAN
Agama melihat penderitaan hidup sebagai hukuman
dari Allah. Injil melihat penderitaan hidup sebagai bagian dari proses
pembentukan karakter agar serupa dengan Yesus yang pernah menderita bagi kami.
Karena itu jika kita melihat orang yang sakit adalah karena hukuman Allah itu
adalah agama, sedangkan Injil memandang penderitaan sebagai bagian dari proses
pembentukan karakter kita.
Roma 5
3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan
kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 4
dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 5
Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di
dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Penderitaan akan menghasilkan ketekunan. Bahkan
penderitaan yang membuat kita terus bertumbuh. No crisis no grow
k.
SIKAP
TERHADAP ORANG LAIN
Agama berkata bahwa dunia dipenuhi dengan orang baik dan orang jahat.,Injil
berkata bahwa dunia dipenuhi orang jahat yang belum bertobat dan orang jahat
yang sudah bertobat kepada Yesus. Karena itu jangan merasa lebih baik dari
orang lain yang belum bertobat, kita sama-sama orang berdosa dan kita perlu
memberitakan Injil agar semua orang bertobat dari dosanya.
l.
SIKAP
TERHADAP PELAYANAN
Agama mendatangkan rasa bersalah di hati kami,
karena semakin keras kami berusaha memenuhi tuntutan Allah, semakin kami merasa
tidak mampu. Injil mendatangkan rasa syukur di hati kami, karena kehidupan,
kematian dan kebangkitan Kristus memampukan kami untuk memenuhi tuntutan Allah.
Karena itu orang yang menghidup Injil dalam hidupnya menganggap pelayanan
sebagai rasa syukur kepada Allah bukan sebagai beban.
ALLAH adalah FOKUS
UTAMA dalam PELAYANAN.
Pelayanan adalah ANUGERAH ALLAH. Di mulai dari Allah,
Allah yang memanggil kita terlibat dalam rencana agung-Nya bagi dunia ini. Pelayanan
adalah respon kita atas anugerah Alah, bukan sebagai syarat agar kita
mendapatkan Anugerah Allah.
m. MOTIVASI dalam PELAYANAN
Apakah kita “Pelayan
yang Memimpin atau Pemimpin yang Melayani “. Pemimpin pelayan bukan
pemimpin yang melayani, namun pelayan yang memimpin
Ia bukan seorang pemimpin
yang lalu merelakan diri untuk melayani orang lain. Namun ia pertama-tama
adalah seorang pelayan, seorang hamba Allah yang lalu terpanggil untuk
memimpin.
Galatia 5:13 “Saudara-saudara, memang
kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu
mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa,
melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih”.
·
Memimpin adalah
melayani, namun melayani belum tentu memimpin.
·
Yang tidak mau melayani, tidak boleh dan tidak berhak memimpin.
·
Pemimpin adalah
pelayan, namun pelayan belum tentu pemimpin.
·
Yang tidak rela menjadi pelayan,tidak layak menjadi pemimpin.
n. KEBERHASILAN dalam PELAYANAN
Yohanes 15:5 “Akulah pokok anggur dan
kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam
dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”
Yohanes 15:8 “Dalam hal inilah
Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu
adalah murid-murid-Ku.”
Keberhasilan kita dalam
pelayanan dapat dilihat dari menghasilkan buah yang banyak.
Berbuah Banyak
•
Buah dalam hidup kita secara pribadi (karakter yang
semakin serupa Tuhan, buah Roh). Hidup kita semakin menunjukkan kasih,
sukacita, kesabaran, kelemahlembutan dll,
•
Buah dalam hidup orang lain (pertobatan, perubahan
hidup, pelayanan). Buah dalam pelayanan kita adalah perubahan hidup dari
orang-orang yang kita bina/layani.
•
God is glorified not by praise and
worship alone but by his followers also bearing much fruit for
the advancement of his kingdom on earth. Here again, fruit bearing is
evidence of being true believers, or being Jesus’ disciples.
•
Dengan
tinggal pada pokok anggurlah kita dapat berbuah banyak. Namun buah tersebut
bukanlah semata-mata usaha kita, tapi dari Allah (pokok anggur, sumber segala
sesuatu).Karena itu jika kita ingin berbuah banyak, tetaplah tinggal pada pokok
anggur itu yaitu Tuhan.
Mari terus mempelajari
dan menerapkan Injil dalam hdiup kita sehari-hari, Injil yang menyatu dalam
sikap, pikiran, tindakan dan keputusan-keputusan kita.
SOLIDEO GLORIA