Jumat, 19 Juli 2019

GOSPEL IN LIFE

Oleh : Ir.Indrawaty Sitepu MA




Roma 1:16-17Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis;”Orang benar akan hidup oleh iman.”
Ini adalah surat Paulus tentang keyakinannya yang begitu kokoh kepada Injil kerena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan orang yang percaya.
INJIL bukan hanya bagi orang-orang yang belum percaya (non-Christians) tetapi juga untuk orang percaya. Sebagai orang percaya kita perlu untuk terus mempelajari INJIL dan menerapkan INJIL tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari.
Karena sebagai orang percaya kita perlu untuk terus mempelajari Injil dan menerapkan Injil itu dalam hidup kita sehari-hari.
a.      What”s the gospel? Apa sebenarnya Injil?
Injil adalah Good news, . What is the Good News? The good news is Jesus. And the good news about Jesus which we announce is that He died for our sins and was raised from death. Good news itu adalah Yesus itu sendiri, Dia yang m,ati dan bangkit untuk kita.
Definisi Injil
Berita sukacita bahwa Allah melalui kematian dan kebangkitan Kristus memperbarui manusia berdosa dan seluruh ciptaan untuk diperdamaikan dengan Allah untuk dapat hidup bersama Allah dalam langit yang baru dan bumi yang baru.
b.      Apa bedanya Nasihat atau Berita?:
Injil adalah berita sukacita (good news), bukan nasihat sukacita (good advice), demikian Dr Martyn Lloyd-Jones menjelaskan keunikan Injil di tengah agama-agama dunia
Nasihat adalah himbauan agar kita melakukan sesuatu, dan sesuatu tersebut belum terjadi. Misalnya kita memberi nasihat supaya seseorang rajin melakukan saat teduh dan itu belum terjadi.
Berita adalah laporan sesuatu yang sudah terjadi, tidak ada yang kita perlu perbuat karena itu sudah dilakukan bagi kita – yang dituntut dari kita hanyalah respon kita terhadap berita tersebut. Karena itulah Injil adalah berita sukacita bukan nasihat sukacita.
Dr Llyod-Jones berkata bahwa setiap agama di dunia mengirimkan para penasihat kepada manusia. “Lakukan ini dan itu, bila engkau mau selamat. Ini hukummnya, aturannya, langkah-langkahnya. Selamatkankah dirimu dari dosa-dosamu”. Penasihat memberi nasihat supaya melakukan apa yang baik. Allah tidak mengirimkan penasihat, tetapi pemberita bahwa Kristus Yesus telah mati dan dibangkitkan untuk memperdamaikan kita  dengan Allah. ini adalah sesuatu yang sudah selesai/sudah terjadi.
Berita sukacita tersebut berkata, “Semua sudah dilakukan Kristus. Dosa, kematian, Setan telah dikalahkan! Beresponlah dengan sukacita, dan hiduplah sepadanan dengan rasa syukur-mu tersebut.” Karena hal itu sudah diselesaikan dan tidak ada kata mudah-mudahan tapi ada kepastian. Pemahaman ini seharusnya membuat hidup kita berbeda.
Jadi apa beda agama dengan Injil?
q  Agama adalah tentang DO (lakukan ini, lakukan itu), Injil adalah tentang DONE (sudah selesai, sudah selesai!).
q  Agama menimbulkan ketakutan dan ketidakpastian apakah yang kita akan lakukan cukup untuk menyelamatkan kita. Injil mendatangkan sukacita dan keyakinan bahwa Kristus sudah melakukan semua hal yang dibutuhkan untuk menyelamatkan kita.
Good advice : Hal-hal yang telah atau harus saya lakukan supaya saya selamat
Good news : Berita tentang karya YESUS bagi kita. Bukan tentang apa yang telah atau harus saya lakukan, tetapi tentang apa yang telah YESUS lakukan bagi saya.
The law says, ‘Do this,’ and it is never done. Grace says, ’Believe this’ and everything is already done. (Martin Luther).  Reformasi terjadi ketika INJIL kembali menjadi fokus utama dalam kehidupan umat ALLAH bukan yang lain.
c.      TATA BAHASA INJIL
Kita perlu belajar ap[akah kita sedang belajar tentang good news atu good advice. Kalau kita ingin hidup berpadanan dengan Injil, kita perlu memahami tata bahasa Injil. Yang penting adalah urutannya. Indikatif à Imperatif. Bukan sebaliknya
TATA BAHASA INJIL
iNDIKATIF
IMPERATIF
·      Fakta yang telah terjadi
·      Deklarasi Injil
·      Apa yang Kristus telah lakukan
·      “Being”-Siapa kita didalam Kristus
·           Perintah dan larangan
·           Kewajiban Injil
·           Apa yang perlu kita lakukan
·           “Becoming”-bagaimana kita diubah dalam  Kristus
Inilah pola yang muncul di seluruh Alkitab baik Perjanjian Lama dan Baru.


Berikut beberapa contoh dalam surat-surat Rasul Paulus:
Teks Alkitab
Indikatif Injil
Imperatif Injil
Roma 6:18-19

“Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran”(6:18)
“..Kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu  kepada pengudusan”(6:19)
Galatia 5:16,24
“Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (5:24)
“Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (5:16)

Dari Roma 6:18-19 dapat kita lihat,  indikatifnya adalah “karena kita sudah dimerdekakan, maka kita seyogyanya/sejatinya kita menjadi hamba-hamba kebenaran, jangan dibalik urutannya.
Teks Alkitab
Indikatif Injil
Imperatif Injil
Efesus 4:32

“…sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (4:32)
Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni” (4:32)
Titus 2:11-12

“Karena kasih karunia Allah yang menyalamatkan semua manusia sudah nyata” (2:11)”

“…Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi, dan supaya kita hidup bijaksana, adil, dan beribadah dalam dunia sekarang ini” (2:12)
Dari Efesus 4:32: Imperatifnya kita bisa saling mengampuni dan ramah kepada orang lain karena Allah telah mengampuni kita, jika tidak, kita tidak akan sanggup mengampuni orang lain.
Dari Titus 2;11-12 , Kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi karena kita sudah diselamatkan, kalau kita belum diselamatkan, kita tidak akan bisa meninggalkan keduniawian.
Ketidakpahaman tentang tata bahasa ini menyebabkan orang Kristen jatuh kepada dua kesalahan fatal, Legalisme (gila hukum :harus melakukan ini dan itui) dan Antinomianisme (anti-hukum)
, Hasil gambar untuk legalism antinomian
d.      Menekankan Imperatif , Mengabaikan Indikatif = LEGALISME
Gereja-gereja  terjebak di dalam legalisme bila indikatif Injil tidak ditekankan. Kita memikul kembali kuk hukum demi menyenangkan Allah, padahal Allah telah sepenuhnya mengasihi kita saat Ia mengutus Anak-Nya untuk mati menerima murka-Nya atas dosa menggantikan kita. Saat Indikatif ditekankan, ketaatan kita menjadi sukacita.  Kita begitu mudah mengampuni orang lain karena telah mengalami pengampunan Allah. Orang yang sulit mengampuni orang lain, jangan-jangan tidak mengalami pengampunan dari Allah. Kita juga bisa terjebak dalam hal ini, karena itu kita harus terus menerapkan Injil dalam hidup kita. Indikatif kita harus jelas dan diikuti dengan imperatifnya.
Tentu kita tidak akan pernah dapat menyenangkan Allah dengan hukum, karena kita tidak akan pernah mampu taat hukum 100%. Hukum menyatakan dosa dalam hati kita, namun tak dapat menyingkirkan dosa tsb dan mentransformasi hati kita. Hukum menunjukkan seperti apa hidup yang kudus, namun tak dapat menguduskan kita  Orang legalisme bisa menjadi frustasi karena tidak pernah bisa melakukan hidup kudus karena mengabaikan indikatif dan menekankan imperatif.
e.      Menekankan Indikatif, Mengabaikan Imperatif = ANTINOMIANISME
Sebaliknya, bila imperatif Injil tidak diajarkan, kita akan jatuh ke dalam antinomianisme. Kita tidak akan pernah berusaha mematikan dosa, melawan si Jahat, karena kita pasif dan hanya menunggu Kristus yang melakukannya bagi kita. Inilah akar dari pemahaman yang salah akan pemahaman ‘mengusir roh malas, roh cabul, dst. dari diri kita’) tanpa kita perlu bertobat, berubah, dan berjuang. Yang malas bukan rohnya tapi diri sendiri yang malas, yang berpikir cabul dan yang bertobat harus dirinya bukan roh itu. Orang antinomianisme ini merasa tidak perlu berjuang dan berusaha melakukan yang baik, tidak perlu bertobat, dan orang yang legalisme mati-matian berjuang untuk hidup kudus, kedua hal ini sama-sama salah.
The Gospel centered life
f.        MATEMATIKA TEOLOGIS
Di dalam buku True Devotion: In Search of Authentic Spirituality, penulis Allan Chapple mengatakan bahwa kerohanian yang sejati adalah kerohanian yang berpusatkan pada Yesus Kristus.
Salah satu cara untuk menguji apa yang menjadi pusat kerohanian kita adalah dengan mengingat dua hukum Matematika Teologis:
a.      Hukum pertama: Setiap kali anda menambah, anda sebetulnya mengurangi.
b.      Hukum kedua: Apa yang anda tambahkan, itu yang sebetulnya anda sembah
ad.a.Hukum pertama: Setiap kali anda menambah, anda sebetulnya mengurangi
Apa pun yang kita tambahkan pada pribadi maupun karya Kristus, sebetulnya mengurangi kebenaran tentang diri-Nya. Waktu kita berpikir bahwa kita perlu Yesus PLUS perbuatan baik atau status moral atau apa pun kontribusi dari pihak kita. Bukannya mendapatkan Yesus,tapi kita akhirnya mempunyai Yesus yang bukan lagi segala-galanya bagi kita—Ia tidak lagi cukup. Christ alone is no longer enough!
Mari kita belajar dari jemaat di Kolose. Jemaat di Kolose mengalami masalah yang sama. Bukannya mereka tidak lagi percaya pada Yesus, tapi mereka tidak lagi percaya hanya kepada Yesus. Mereka mulai terbuai oleh beragam pengajaran dan aturan yang akhirnya menjadi lebih memikat daripada kemuliaan dan keindahan Yesus.yesus hanya menjadi salah satu. Setiap kali kita menambah, kita mengurangi kemuliaaan Yesus. Jangan Yesus plus perbuatan baik, persembahan paling banyak, Hanya Yesus saja.
ad.b.Hukum kedua: Apa yang anda tambahkan, itu yang sebetulnya anda sembah.
Kita bisa mengikrarkan pengakuan iman, janji keanggotaan, lagu pujian, atau bahkan mengkhotbahkan bahwa Yesus itu cukup—tetapi kenyataannya adalah: apa pun yang kita tambahkan selain Yesus Kristus, itulah yang sebetulnya menjadi Tuhan dan Juruselamat kita. Kita bisa saja mengajarkan bahwa Yesus saja cukup, Yesus satu-satunya, tapi apakah benar demikian? Bagaimana Injil itu menyatu dalam hidup kita, bukan hanya di mulut, bukan cuma sebuah keyakinan, di pikiran kita sebagai doktrin yang dipegang, tapi menjadi nyata mendarat dalam hidup kita, mengubah pikiran,hati, sikap, tindakan, keputusan-keputusan kita.  
Inilah yang menjadi masalah di gereja-gereja di Galatia. Ada orang-orang ‘Kristen’ Yahudi yang mengajarkan bahwa mereka perlu disunat barulah mereka selamat. Perhatikan bahwa pengajar-pengajar ini tidak menyangkali  bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat—setidaknya tidak secara verbal. Mereka tetap mengakui Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat tetapi mereka menambahkannya dengan sunat.
Tetapi hukum kedua ini mengatakan bahwa akhirnya yang mereka ajarkan adalah sunatlah Tuhan dan Juruselamat kita yang sesungguhnya. Tidak heran Paulus menekankan di pasal-pasal awal surat Galatia betapa pentingnya kita memahami pengajaran tentang pembenaran, adopsi sebagai anak-anak Allah, serta tinggalnya Roh Kudus di dalam diri kita—yang hanya diterima melalui iman di dalam Kristus. Tanpa pemnambahan apapun. Tanpa sadar yang ditambahkan itulah yang menjadi berhala. berhala-berhala modern pada awalnya baik tapi bisa menjadi berhala2 kita, misalnya kesuksesan, posisi, pasangan, yang jika tidak ditempatkan pada tempatnya itu menjadi berhala kita. Kita pada dasarnya adalah mahluk penyembah, pertanyaannya siapakah yang kita sembah? Apakah Yesus satu-satunya yang kita sembah atau ada yang kita tambahkan?
Kedua hukum Matematika Teologis ini seharusnya secara rutin menjadi refleksi sehari-hari kita, karena kita mudah sekali lupa akan siapa atau apa yang menjadi pusat kerohanian kita. Apakah kita sudah menambahkan sesuatu/seseorang yang tanpa sadar telah menjadi berhala saya? Apakah saya telah menambahkan sesuatu pada Yesus sehingga saya mengurangi kesempurnaan Yesus? Hal ini harus terus kita refleksikan. Kita mudah sekali lupa akan siapa kita atau siapa yang menjadi focus hidup kita? Karena itulah kita perlu tetap KTB, mengikuti ibadah. memiliki persekutuan yang tekun, supaya tidak beralih focus. Apalagi kalau fokus-fokus yang lain itu adalah yang baik, karena musuh yang terbaik adalah yang baik bukan yang salah.
Dalam jangka panjang, INJIL menolong kita melihat segala sesuatu dengan sudut pandang baru yang segar. Melihatnya dengan cara pandang yang baru sehingga mempunyai sudut pandang yang segar
Apakah INJIL membentuk dan membaharui seluruh aspek hidup kita?Apakah Injil telah mengubah kita atau aktifitas saja yang berubah, memiliki aktifitas rohani tapi tidak mengubah hidup kita.
Kita bisa saja ditarik ke kiri atau ke kanan, yang benar adalah Gospel itu berada di tengah.
g.      RELIGION vs GOSPEL
·         Agama adalah tentang apa yang harus kami lakukan. Injil adalah apa yang Yesus Kristus sudah lakukan di atas kayu salib. Karena itu Injil adalah berita sukacita karena sudah dilakukan.
·         Agama berkata jika kami memaksa diri taat pada Allah, Dia akan mengasihi kami. Injil justru berkata karena Allah telah mengasihi kami dalam Yesus, kami dengan sukarela dan sukacita taat pada Allah. Indikatif nya Allah telah mengasihi kami, imperatifnya kami dengan sukacita dan sukarela taat kepada Allah. Jangan dibalik. kita terpaksa hidup taat supaya dikasihi Allah. Karena itu hdiup berintegritas, jujur dan bertanggung jawab tidak beban berat bagi kita, itu adalah gaya hidup orang yang sudah diselamatkan oleh Allah.
·         Agama berkata “lakukan ini dan lakukan itu, maka engkau  akan mendapat perkenan Allah. Injil berkata “Engkau tidak akan pernah mampu memperkenan Allah. Yesus sudah melakukannya di atas kayu salib, sehingga perkenan Allah turun atasmu. Agama mendorong kita melakukan apapun supaya dikasihi Allah, Injil tidak demikian, Allah sudah melakukannya dan kita diperkenan oleh Allah.
h.      SIKAP TERHADAP KESELAMATAN
Agama membuat kami terus bimbang dengan keselamatan jiwa kami, karena kami tidak pernah tahu, apakah perbuatan kami sudah cukup untuk memperkenan Allah. Injil membuat kami yakin atas keselamatan jiwa kami karena keselamatan tersebut tidak bersabdar pada perbuatan kami, tetapi pada karya Kristus diatas salib bagi kami, satu kali untuk selamanya. Hal ini seharusnya membuat kita bersyukur dan imperatifnya kita pasti berjuang, tidak mau mundur dan membagikan Injil itu kepada orang lain. Berapa orang yang kita temui di sekolah atau tempat kerja kita setiap hari? Betapa strategisnya kita untuk mendemonstrasikan Injil itu di tempat kerja kita sehari-sehari.
i.        SIKAP TERHADAP DIRI SENDIRI
Agama membuat kami jadi sombong (sebab kami merasa lebih bermoral dan lebih saleh dibanding orang lain) atau putus asa (sebab kami senantiasa masih jauh dari standar Allah). Injil membuat kami rendah hati (sebab karena dosa kami begitu jahat sampai Yesus harus mati bagi kami) dan bersukacita sebab Yesus rela mati bagi kami. Jangan menjadi sombong karena merasa rajin ikut ibadah, rajin KTB, banyak pelayanan dan membuat kita merasa l;ebih baiok dari orang lain atau kita menjadi putus asa karena merasa kita tidak bisa hidup sesuai standar Allah. Konsep Injil yang benar akan membuat hati rendah hati dan sukacita, tapi jika tidak kita bisa terjebak dalam kesombongan  atau putus asa.
Galatia 4:9  ”Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah ...”
Christian Assurance (“known by God”) The great and central basis of Christian assurance is not how much our hearts are set on God, but how unshakably His heart is set on us.
1 Korintus 4:3-4 “Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiri pun tidak kuhakimi. Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan”.
Bukan penilaian orang lain, Bukan penilaian diri sendiri ,Tapi penilaian Allah
SELF IMAGE
Since God knows me, and sees Christ when He looks at me, I don’t care what you think about me, and I don’t even care what I think.
Penerimaan diri kita dihadapan ALLAH tidak dimulai dari usaha kita sendiri atau penilaian orang lain tetapi penerimaan dari ALLAH.
j.        SIKAP TERHADAP PENDERITAAN
Agama melihat penderitaan hidup sebagai hukuman dari Allah. Injil melihat penderitaan hidup sebagai bagian dari proses pembentukan karakter agar serupa dengan Yesus yang pernah menderita bagi kami. Karena itu jika kita melihat orang yang sakit adalah karena hukuman Allah itu adalah agama, sedangkan Injil memandang penderitaan sebagai bagian dari proses pembentukan karakter kita.
Roma 5
3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Penderitaan akan menghasilkan ketekunan. Bahkan penderitaan yang membuat kita terus bertumbuh. No crisis no grow
k.      SIKAP TERHADAP ORANG LAIN
Agama berkata bahwa dunia dipenuhi  dengan orang baik dan orang jahat.,Injil berkata bahwa dunia dipenuhi orang jahat yang belum bertobat dan orang jahat yang sudah bertobat kepada Yesus. Karena itu jangan merasa lebih baik dari orang lain yang belum bertobat, kita sama-sama orang berdosa dan kita perlu memberitakan Injil agar semua orang bertobat dari dosanya.
l.        SIKAP TERHADAP PELAYANAN
Agama mendatangkan rasa bersalah di hati kami, karena semakin keras kami berusaha memenuhi tuntutan Allah, semakin kami merasa tidak mampu. Injil mendatangkan rasa syukur di hati kami, karena kehidupan, kematian dan kebangkitan Kristus memampukan kami untuk memenuhi tuntutan Allah. Karena itu orang yang menghidup Injil dalam hidupnya menganggap pelayanan sebagai rasa syukur kepada Allah bukan sebagai beban.
ALLAH adalah FOKUS UTAMA dalam  PELAYANAN. Pelayanan adalah ANUGERAH ALLAH. Di mulai dari Allah, Allah yang memanggil kita terlibat dalam rencana agung-Nya bagi dunia ini. Pelayanan adalah respon kita atas anugerah Alah, bukan sebagai syarat agar kita mendapatkan Anugerah Allah.
m.   MOTIVASI dalam PELAYANAN
Apakah kita “Pelayan yang Memimpin atau Pemimpin yang Melayani “. Pemimpin pelayan bukan pemimpin yang melayani, namun pelayan yang memimpin
Ia bukan seorang pemimpin yang lalu merelakan diri untuk melayani orang lain. Namun ia pertama-tama adalah seorang pelayan, seorang hamba Allah yang lalu terpanggil untuk memimpin.
Galatia 5:13 “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih”.
·         Memimpin adalah melayani, namun melayani belum tentu memimpin.
·         Yang tidak mau melayani, tidak boleh dan tidak berhak memimpin.
·         Pemimpin adalah pelayan, namun pelayan belum tentu pemimpin.
·         Yang tidak rela menjadi pelayan,tidak layak menjadi pemimpin.
n.      KEBERHASILAN dalam  PELAYANAN
Yohanes 15:5 “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”
Yohanes 15:8 “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”
Keberhasilan kita dalam pelayanan dapat dilihat dari menghasilkan buah yang banyak.
Berbuah Banyak
      Buah dalam hidup kita secara pribadi (karakter yang semakin serupa Tuhan, buah Roh). Hidup kita semakin menunjukkan kasih, sukacita, kesabaran, kelemahlembutan dll,
      Buah dalam hidup orang lain (pertobatan, perubahan hidup, pelayanan). Buah dalam pelayanan kita adalah perubahan hidup dari orang-orang yang kita bina/layani.
      God is glorified not by praise and worship alone but by his followers also bearing much fruit for the advancement of his kingdom on earth. Here again, fruit bearing is evidence of being true believers, or being Jesus’ disciples.
      Dengan tinggal pada pokok anggurlah kita dapat berbuah banyak. Namun buah tersebut bukanlah semata-mata usaha kita, tapi dari Allah (pokok anggur, sumber segala sesuatu).Karena itu jika kita ingin berbuah banyak, tetaplah tinggal pada pokok anggur itu yaitu Tuhan.
Mari terus mempelajari dan menerapkan Injil dalam hdiup kita sehari-hari, Injil yang menyatu dalam sikap, pikiran, tindakan dan keputusan-keputusan kita.
SOLIDEO GLORIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...