Oleh : Dr. Ir. Surya Sembiring, MS
Mari kita membaca dari
kejadian 32 :7-8. Ketika Yakub tahu bahwa Esau akan datang, maka ia menjadi
takut dan sesak hati. Ada ketakutannya yang besar di ayat 11 “Lepaskanlah
kiranya aku dari tangan kakakku, dari tangan Esau, sebab aku takut kepadanya,
jangan-jangan ia datang membunuh aku”. Dalam keadaan takut ia mulai memikirkan
scenario/strategi bagaimana usaha menenangkan hati Esau. Di sisi lain ia tetap
cemas dan takut. Pada satu titik ketakutan, apa kita memilih bergumul berdoa
kepada Tuhan atau mementingkan pengalaman kita untuk menghadapinya? Yakub
memerintahkan budak-budaknya berjalan didepan dengan segala persembahan kambing
domba,lembu dan Yakub sendiri berjalan paling belakang, dengan harapan Esau
akan menerima persembahannya dan memaafkan Yakub (Kej 32:13-21). Tapi skenario
Yakub tidak juga dapat menenangkan dia, “lalu
tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai
fajar menyingsing” (kej 32:24). Strategi-strategi dan pertimbangan tidak
menyelesaikan pergumulannya, Yakub bergulat dengan malaikat sampai pagi.Ketika
malaikat meminta Yakub untuk membiarkannya pergi, Yakub berkata “Aku tidak akan
membiarkan engkau pergi jika engkau tidak memberkati aku”. Yakub akhirnya
diberi nama Israel.
Ketika Yakub bergumul
dengan malaikat Tuhan, ada perubahan yang terjadi, di Kej 33 :1-3, jika
sebelumnya Yakub berjalan di belakang dan budak-budak dengan segala persembahan
didepan, kini ia berjalan paling depan. Ia sujud didepan Esau dan meminta maaf.
Apakah kita menghadapi masalah-masalah di pekerjaan dengan menyerahkan
uang atau berdoa kepada Tuhan meminta
supaya Tuhan menjawab pergumulan kita?Perubahan kedua dari Yusuf di Kej 33:10
“..memang melihat mukamu adalah bagiku
serasa melihat wajah Allah dan engkaupun berkenan menyambut aku”. Yakub
serasa melihat wajah Allah pada Esau. Mari belajar relevansi kedekatan kita
pada Tuhan dengan kinerja kita masing-masing. Jika kita memiliki relasi yang
dekat dengan Allah adakah korelasinya dalam menghadapi pergumulan di
pekerjaan?Apakah sebagai pimpinan atau bawahan, wajah-wajah yang bagaimanakah
yang kita lihat dari teman-teman kerja kita atau satu tim kita? Apa seperti
Yakub yang melihat Esau seperti melihat wajah Allah? Sebagai alumni yang
dipenuhi Roh Kudus, mari melihat ada wajah Allah di karyawan/teman-teman kerja
kita. Apakah kita berangkat kerja dengan pergumulan yang berat, serasa terlalu
berat untuk berangkat kerja?
Bagaimana dampak doa
terhadap daya kita di pekerjaan, pada teman-teman kerja kita? Tidak seorangpun
dari kita yang kebal dengan pergumulan, tapi ketika kita mempunyai pergumulan,
bagaimana kita menghadapi pergumulan dalam keluarga, pelayanan, pekerjaan?
Ingat Yusuf masuk ke penjara bukan karena melakukan kesalahan.Yusuf sama-sama
dipenjara dengan juru minum dan juru roti, tapi Yusuf memandang masalahnya
dengan berbeda. Tuhan menyertai Yusuf (Kej 39:23). Memang tidak pernah
dituliskan Yusuf berseru kepada Tuhan, tapi ada pernyataan Yusuf bahwa Allah
yang menerangkan arti mimpi (Kej 39:8), Allah yang memberitahukan arti mimpi
(Kej 41:25), Allah yang menyingkapkan, Allah yang menolong, Allah yang
merencanakan. Yusuf mengerjakan bagiannya dengan baik sehingga ia alayak
dipercaya dan Tuhan memberkati Yusuf. Yusuf melihat juru roti dan juru minum
bersusah hati (Kej 40:6-7), dan ia bertanya mengapa mereka muram. Yusuf dapat
memilih untuk tidak perduli dengan masalah orang lain, mereka sama-sama
memiliki masalah tapi Yusuf mempunyai cara pandang yhang berbeda. Masihkah kita
punya kesempatan memperhatikan orang lain? Bukan hanya memperhatikan
teman-teman KTB kita, adek-adek kelompok kita, tapi juga perduli dengan teman
satu kerja yang memiliki masalah. Yusuf sama-sama dipenjara dengan juru roti
dan juru minum, tapi masalah itu tidak menguasainya. Ada 2 kemungkinan yang
kita lakukan ketika ada masalah : berdoa atau tidak mendoakannya. Atau
jangan-jangan kita merasa tidak ada gunanya berdoa. Bisa saja kita tidak
memiliki dana, tapi kita masih memiliki daya dan doa. Yusuf tidak memiliki
dana, tapi dia punya kasih yang dibagikannya pada juru roti dan juru minum.
Mungkin kita tidak mempunyai gaji yang berlebih, tapi kasih Kristus dapat kita
bagikan, kita punya daya dan doa, ini bisa kita lakukan. Apakah kita mendoakan
pimpinan kita, bawahan kita?
Ketika Firaun bermimpi,
tak seorangpun orang berilmu yang dapat menafsirkan mimpinya (Kej 41:8), dan
yang dapat menafsirkan mimpi Firaun adalah Allah orang Israel “Bukan
sekali-kali aku, melainkan Allah juga yang akan memberitakan kesejahteraan
kepada tuanku Firaun” (Kej 41:16) “Allah telah memperlihatkan kepada tuanku
Firaun apa yang hendak dilakukanNya” (Kej 41:28). Ketika ada masalah di
pekerjaan/keluarga, mari kita belajar bahwa Allah menempatkan kita untuk
menghadirkan shalom Allah. Apa yang dapat kita lakukan untuk bangsa kita? Raja
Nebukadnesar ketika bermimpi, hanya Daniel yang dapat menceritakan mimpinya dan
maksudnya. Ketika ada masalah yang tidak terpecahkan, Allah yang menjelaskan
mimpi itu di Kejadian dan Daniel. Mari belajar menjadi solusi bagi bangsa kita,
bagi tempat kita bekerja, karena kita tahu kepada siapa kita akan menyampaikan
semua masalah kita.
Mari kita belajar dari jemaat Korintus, bukan orang
kaya, mereka orang yang berkekurangan tapi dapat membantu jemaat di Yerusalem. “Selagi
dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan
meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi,
bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui
kemampuan mereka” (2 Kor 8:2-3). Mari belajar setia seperti jemaat
Korintus, yang miskin tapi bisa memberi, kaya dalam kemurahan. Mari gunakan
daya, doa dan dana kita dalam pekerjaan, pelayanan dan keluarga.
Solideo Gloria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar