Jumat, 20 Mei 2016

IMAN & ADAT

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh



Setiap manusia terdiri dari 3 insan : pertama kita adalah mahluk religius, apapun agamanya memiliki keyakinan akan adanya Tuhan, kedua kita adalah mahluk psikologis, memiliki perasaan, jiwa, ketiga kita adalah mahluk sosiologis, mahluk sosial, maka kita berelasi dengan siapapun, artinya nilai hidup kita juga ditentukan kalau kita berelasi dan berguna untuk orang lain. Hari ini kita akan berbicara bagaimana kita sebagai mahluk sosial yang harus bermasyarakat di lingkungan kita berada. Apa yang kita pahami tentang adat selama ini ? Richard Niebuhr: Cultutre is the total human activity and total result of the such activity….the works of man’s minds and hands  (budaya adalah totalitas kegiatan manusia, dampak dari semua tindakan manusia itu ..karya dari pemikiran manusia dan karya perbuatan manusia). Sungai adalah alam, terusan Suez adalah kebudayaan; hutan adalah alam, kebun sawit adalah kebudayaan;  tanah tandus adalah alam, sawah adalah kebudayaan. Gubuk yang pertama, api, alat-alat, nyanyian, tarian, musik, drama dst hasil pikiran dan tangan manusia adalah kebudayaan. Ini artinya adat tidak dapatdipisahkan dari kehidupan manusia. Semua ini merupakan penggenapan mandat budaya Allah kepada manusia (Kej. 1: 28 ).apa yang dikatakan pada bagian ini adalah implikasi mandat Allah pada manusia.

Adat istiadat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan manusia. Ada orang-orang yang menolak adat menerima ulos, dll digantikan dengan pemotongan kue pernikahan, dengan memberikan potongan kue kepada orangtua kedua mempelai, hal ini juga berarti adat, hanya diubah adatnya menjadi adat Eropa, dan tiap bangsa mempunyai adat sendiri. Adat adalah tatanan dalam masyarakat yang mengatur hubungan antara sesama manusia agar rukun dan harmonis. Contoh,adat pada suku Karo, menantu perempuan tidak boleh berbicara dengan mertua laki-laki,, adat suku Simalungun, menantu bisa dipanggil dengan namanya, sementara di suku Toba, menantu tidak boleh dipanggil namanya. Iman berelasi dengan keyakinan, adat dan kebudayaan berelasi soal tatakrama atau tradisi yang berlangsung sejak lama dan turun temurun yang menciptakan hubungan satu dengan yang lain menjadi harmonis. Jadi jika ada unsur keyakinan yang dilakukan dalam adat, itu bukan adat lagi tapi percampuran dengan animisme, dan dapat tercipta sinkretisme. Kalau membawa makanan kerumah mertua karena sudah lama tidak punya anak, ini salah, tapi jika membawa makanan kerumah mertua dalam suasana tahun baru, hal ini baik. Iman bersifat kultis dan magis, wahyu, vertikalistik, personal antara manusia dengan Penciptanya.Adat dan kebudayaan bersifat umum (komunal), horizontal (sesama manusia).Kalau bukan berelasi horizontal, itu bukan adat lagi, harus ditolak.

Iman bersifat mutlak, global(berlaku dimanapun), statis (tidak berubah), berdasarkan wahyu, relasi dengan ilahi dan kekekalan, tidak kelihatan wujudnya. Adat relatif, geografis (berlaku di daerah tertentu), temporer (bisa diringkas jika perlu), situasional (ada suku yang adatnya bisa dirubah, ada yang sangat kaku dan sulit diubah) dan kondisional, bersumber pada pandangan manusia (sesuai dengan kebiasaan di tempat tertentu), dinamis, dapat dilihat secara nyata dst. Jika dalam kehidupan tatakrama manusia ada unsur keyakinan di dalamnya, maka hal tersebut bukan lagi adat atau kebudayaan namun telah berubah menjadi sebuah keyakinan animisme (‘iman’) atau okkultisme. Jadi adat dengan keyakinan harus ditolak.

Sikap terhadap Adat

Antara menolak secara total Vs  menerima dengan membabi buta.Kelompok pertama melihat bahwa semua adat adalah pekerjaan setan dan tidak melihat unsur positif di dalamnya. Mereka sangat menentangnya dan beranggapan bahwa orang yang melakukannya terlibat dalam okkultisme. Tentu ini pandangan yang salah, karena banyak adat yang baik juga. Kelompok kedua berkata bahwa semua adat atau kebudayaan itu benar dan bahkan ada yang menempatkannya di atas Alkitab.Mari kita membaca dari Mrk. 7: 1-13 , disini orang-orang Farisi menanyakan pada Yesus kenapa murid-muridNya tidak membasuh tangan sebelum makan. Tujuan mereka menjumpai Yesus ‘to investigate the Galileans activities of Jesus’ (7: 1) lih. 3: 2.‘Ceremonial washing’ dalam hal membasuh tangan sebelum makan dan sekembali dari pasar, bagi Yahudi dianggap sebuah adat istiadat yang mengikat (7: 3), lih. ay. 5 bd. Yoh.2: 6; Mt. 15: 2. Tata karma/adat Yahudi, ada metode membasuh tangan, orang dari pasar bersentuhan dengan orang non Yahudi dianggap najis, sehingga mereka harus membasuh tangan supaya tahir/suci.

Farisi menentang tindakan murid-murid Tuhan Yesus yang mereka anggap melanggar hukum Taurat dan adat Yahudi (7: 5). Farisi & Ahli Taurat mengabaikan firman Allah demi adat istiadat (7: 6) – superioritas adat di atas Firman Tuhan – adat mendominasi dan menggeser FT. Hal ini bisa terjadi di kehidupan kita, demi acara adat, orang tidak pergi kegerja lagi, bahkan adat melebihi kegiatan rohani Matius 15:8-9 “bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. Percuma mereka beribadah kepada Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia”, disini adat mendominasi dan menggeser firman Tuhan . Yesus mengkontraskan adat Vs perintah Allah (7: 8) Perintah Allah ada dalam Kitab Suci dan bersifat mengikat dan wajib, sementara adat istiadat atau kebudayaan bersumber dari nenek moyang sehingga tidak mengikat dan tidak otoritatif.Jadi firman Tuhan mengikat dan wajib sementara adat tidak mengikat. Farisi dan ahli Taurat mengesampingkan perintah Allah demi adat istiadat (7: 9). Salah satu contohnya adalah dalam 7:10-13.Demi perpuluhan/persembahan, mereka mengabaikan tanggungjawab pada orangtua.  bd. Bil 30: 1-2 persembahan kurban dianggap wajib dan mengikat tetapi mengabaikan tanggungjawab kasih terhadap orangtua. Tuhan Allah tidak mau umat melaksanakan salah satu Taurat tetapi mengabaikan yang lain di mana demi adat Firman Tuhan dianggap tidak berlaku.

Yesus mengajarkan bahwa kesucian tidak lahir dari ritualitas, tetapi dari hati yang benar (suci) dan dalam hal yang sama kenajisan juga bukan muncul dari makanan atau minuman, tetapi dari hati yang jahat (7: 19-20).Apa yang keluar dari hati dan pemikiran itu jauh lebih penting daripada makanan . Fellowship with God is not interrupted by unclean hands or food, but by sin  (relasi dengan Allah tidak bisa diputuskan dengan tangan yang najis tapi karena dosa)(7: 21-23) I. L Nommensen membagi adat dalam 3 kategori: (1) Adat yang netral; (2) Adat yang bertentangan dengan Injil; (3) Adat yang sesuai dengan Injil.

Menurut Richard Niebuhr, ada 5 posisi Injil Kristus terhadap adat :
  1. Menentang: Christ againsts culture
Petobat baru diajarkan untuk menolak semua adat/kebudayaan karena dianggap semuanya bersifat kekafiran dan okkultisme (ini konsep yang salah). Dosa merajalela dalam semua kebudayaan sehingga harus diganti dengan kebudayaan/adat yang baru (Barat). Penolakan yang radikal tanpa memilah dan menyaring dengan FT (menganggap semua adat salah). Akibatnya, Injil tidak lagi kontekstual dan dapat bermuara pada penolakan akan Injil (jika sem ua adat ditolak, orangpun menolak Injil jika kita beritakan). Mencabut petobat baru dari akar tradisi/budayanya dan menggantikan dengan jubah baru (import).
  1. Akomodatif: Christ of Culture
Melihat ada keselarasan antara Injil dengan adat /kebudayaan.Injil berusaha menyesuaikan diri dengan adat atau kebudayaan setempat (selama tidak ada unsur animisme, kita bisa ikuti, ibadah tidak boleh menggunakan gondang, seruling, gitar, kecapi dan hanya boleh menggunakan keyboard/piano, tentu hal ini tidak tepat, karena natur kita menunjukkan akar budaya kita, penginjilan tidak identik dengan westernisasi). Yakin bahwa tidak semua kebudayaan/adat mengandung dosa. Mencintai Tuhan sekaligus mencintai kebudayaan yang benar (selama tidak ada animisme). Memandang adat dalam terang Kristus dan memandang Kristus dalam terang kebudayaan(kontekstualisasi) Sisi negatif dapat terjebak ke dalam sinkretisme jika adat dan Injil digabung tanpa seleksi Injil atas adat. Louis J. Luzbetak: Tugas gereja adalah membuat orang Afrika menjadi orang Kristen Afrika, orang Kristen Jepang, orang Kristen India, mereka bukan menjadi orang Kristen Amerika atau Eropah.
  1. Perpaduan: Christ above Culture
Dunia dan segala isinya dicipta dan diatur oleh Allah, karena itu semua adat/kebudayaan harus tunduk kepada Dia (semua yang bertentangan dengan firman Tuhan dibuang). Selain firman Tuhan sebagai standard benar tidaknya, otoritas Kristus juga berlaku dan melampaui adat. Ketundukan kepada Kristus melampaui ketundukan kepada adat dan kebudayaan, meskipun kandungan adat tersebut tidak bertentangan dengan FT. Injil melampaui kebudayaan (jika ada perayaan adat mengganggu hubungan kita dengan Tuhan harus disingkirkan, relasi dengan Kristus melampaui relasi dalam adat)
  1. Dualisme: Christ and Culture in Paradox.
Semua segi kebudayaan telah rusak dan buruk, bagaikan menara megah yang berdiri di atas tanah yang rapuh.Namun sebagai anak kebudayaan tidak dapat melepaskan diri atasnya.Manusia menjadi 2 warga, yaitu warga kerajaan Allah dan warga masyarakat, namun tidak ada pengaruh Kerajaan Allah dalam masyarakat (Ini pandangan yang salah). M. Luther: Semua orang Kristen harus menaati Allah dalam kedua kewargaan ini (sebagai warga kerajaan Allah kita harus tunduk kepada Allah tapi sebagai warga masyarakat mengikuti kebudayaan yang sesuai firman Tuhan).
  1. Pembaharuan: Christ the transformer of Culture.
Alam adalah ciptaan Allah, karena itu adat dan kebudayaan merupakan bagian dari rencana Allah (selama tidak ada unsur animisme). Dengan kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka manusia membutuhkan penebusan sama halnya dengan kebudayaan. Kebudayaan yang rusak harus ditebus ditransformasi sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan (Kristus sudah menenbus semua hal, sehingga kebudayaan dalam dosa juga harus ditebus). Biasanya resistensi akan muncul, tetapi upaya pembaharuan tetap dikerjakan (mungkin ada penolakan keluarga, tugas kita memberi pengertian yang benar).Kristus melalui pemberitaan Injil menjadi pemurni dan pembaharu kebudayaan untuk dialihkan bagi kemuliaan Allah. Pandangan ini dianut oleh Calvin, John Wesley dan Agustinus.

Beberapa penerapan dalam adat sehari-hari:
q  Jika ibadah penguburan atau pernikahan, sebaiknya tidak di hari Minggu, tapi jika di wilayah tertentu harus dilakukan di hari Minggu, supaya semua orang bisa datang, menjadi pengecualian
q  Penguburan saur  matua dapat dilakukan (jika tidak ada unsur okultisme sewaktu membawa pohon beringin, sanggar, yang dianggap memberi  kemakmuran, kesuburan, jika ada unsur keyakinan harus ditolak)
q  Hindari pernikahan yang tidak direstui keluarga (karena marga dll), karena kalau kita tidak diterima keluarga, akan sulit untuk melayani keluarga dan tidak maximal dalam hidup kita.
q  Pemindahan tulang belulang keluarga jika dilakukan untuk mempererat persatuan tentu baik, tapi jika pembangunan tugu menghabiskan dana besar sementara keturunannya kesulitan secara ekonomi, harus ditolak
q  Ziarah dan membersihkan kuburan keluarga baik untuk dilakukan, tapi jika berbicara dengan orang yang sudah meninggal, hal itu salah karena Pengkhotbah  12:7 “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya”.



Solideo Gloria 

Simplicity of Life : CONTENTMENT

Oleh : Ir. Simon Dertha, MT, IPu



Kisah yang ditulis oleh Tolstoy dalam bukunyam dia menulis ada seorang petani yang cukup kaya dan satu saat mendapat kesempatan yang sangat bagus,dengan 1000 rubel dia dapat memiliki tanah sebatas mana dia dapatjalani tanah tersebut. Hal ini sangat mendorong petani kaya ini,karena itu besoknya pagi-pagi benar dia berangkat dan pergi ke tempat itu dan mulai jalan, dia melangkah setapak demi setapak untuk mencapai luas yang sangat banyak untuk mendapat hasil yang sangat banyak.ketika dia melangkah, dia merasa luasnya masih terlalu sedikitm kemudian dia melangkah lagi dan dia masih berpikir “ini masih belum cukup bagi saya” dia melangkah lagi,sampai dia khirnya menyadari ada satu ketentuan bahwa dia harus kembali sebelum matahari terbenam m kalau matahari terbenam maka uang 1000 rubel dia tidak akan dapatkan dan tanah tidak akan dimiliki. Ketika ia sadar hari sudah menjelang sore dia balik lagi ke tempat ia mulai melangkah tadi pagi. Dia bergerak dengan cepat sekali, karena ia sadar jika terlambat, ia kehilangan 2 hal,uang 1000 rubel dan tanah yang cukup banyak. Semakin kuat ia melangkah, ia merasa semakin sulit untuk mencapai sebelum matahari terbenam. Begitu ia melangkah dengan cepat, jantungnya bekerja dengan luar biasa cepat, tapi ia berfikir harus mendapat tanah yang begitu luas yang aku perjuangkan hari ini.Akhirnya 2 menit sebelum mencapai garis finish itu dia jatuh dan meninggal. Ia tidak mendapatkan apapun dalam hidupnya. Ini ditulis tolstoi dalam bukunya “Seberapa Luas tanah yang dibutuhkan oleh manusia?” Dan Tolstoi mengatakan “hanya 1,8 meter dibutuhkan manusia untuk liang kuburnya, ia berjuang begitu luar biasa untuk mendapatkan semua itu”buku ini ditulis tahun 1886, dan persoalan ini masih terjadi di tengah-tengah kita. Persoalannya masih menjadi pergumulan hidup orang-orang percaya, dapat menjadi ambisi banyak orang, bahkan  saya melihat di tengah-tengah komunitas alumni Kristen yang sudah mengaku percaya kepada Kristus,konsep seperti petani ini masih hidup di tengah-tengah kita. Yang membuat orang seringkali kehilangan banyak hal dan tidak tahu lagi apa yang harus dia kerjakan. Simplicity sering didefensikan sebagai sederhana, tidak kompleks (uncomplicated), terbuka (uncompound); tidak bersalah(innocence); tidak bodoh (silliness);tidak berpura-pura; murni tidak palsu (clarity); Ini beberapa defenisi positif mengenai simplicity. (King James Version)

Beberapa tokoh-tokoh dunia memberikan pandangan mengenai simplicity dalam kalimat berikut:
“Jika kamu tidak mampu menjelaskan kepada anak umur 6 tahun, artinya kamu sendiri tidak memahaminya “(Albert Einstein).“Simplicity merupakan kecanggihan yang sempurna” (Leonardo da Vinci).“Kecerdasan dari manusia dapat dilihat dari kemampuannya untuk menjelaskan misteri sehingga anak kecil dapat memahaminya” (John H Taylor).“Ide yang sempurna adalah ide yang sederhana” (William Golding).Simplicity adalah keuntungan kompetitif.”Saya hanya punya tiga hal untuk diajarkan: kesederhanaan, kesabaran dan belas kasihan” (LA Tzu). Secara kamus, contentment ini diartikan merasa puas, merasa cukup. kondisi mental dan emosional yang terpuaskan. Dan kita merasa puas dengan apa yang kita miliki.Dipuaskan, menjadi kuat.

Apa Defenisi  Alkitab mengenai contentment?

Manusia sering sekali mengukur “kepuasan” dengan “apa yang dia punya” “apa statusnya” atau “kemana dia pergi”. Maka hidup sederhana membuat manusia kuatir, tidak puas.Ketika saya mempunyai barang yang mewah, saya merasa sudah puas.orang yang bekerja dengan level manajemen yang rendah merasa tidak puas, dia akan bekerja keras, karena dia merasa bahwa diakuinya dia hanya karena dia memiliki arti. Beberapa alumni merasa lebih puas jika bekerja sebagai PNS daripada bekerja di swasta.bukankah sering sekali didalam hidup kita pun, mengukur dengan apa yang kita punya, apa status kita, apa saya PNS atau tidak, apa saya manager atau tidak, apa saya sudah berumahtangga atau tidak. Dan inilah yang membuat manusia menjadi discontentment didalam hidupnya, dia kan terus berjuang untuk mendapat apa yang dia anggap sudah merupakan kepuasan didalam hidupnya. Kenyataannya dia tetap tidak akan merasa puas.

Matius 6:25 “Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah pula kuatir akan tubuhmu akan apa yang hendak kamu pakai.Bukankah hidup itu lebih penting dari makanan dan tubuh lebih penting dari pakaian”. Kata kuatir ini berhubungan sekali dengan kata contentment, ketidakpuasan, seringkali orang merasa tidak puas hingga dia kuatir dan akan lakukan apapun. Kenapa banyak alumni merninggalkan nilai-nilai yang dia yakini waktu dia mahasiswa, karena dia merasa tidak memiliki apapun kalau ia tidak mengikuti tawaran system yang ada di sekelilingnya. Tuhan Yesus telah melihat hal itu, sehingga Ia berkata “jangan kuatir akan apa yang hendak kamu makan”, kebutuhan pokok/sekunder seringkali membuat kita menjadi discontentment dalam hidup kita. Kita sering tidak puas karena kita kuatir akan banyak hal yang merupakan “bunga-bunga/asesoris” kehidupan.sekatrang ini sudah berubah, yang sebelumnya asesoris menjadi yang utama, yang utama sudah menjadi asesoris, semua menjadi terbalik kretika tidak lagi berada dalam kebenaran firman Tuhan.

Ketidak puasan sering sekali terjadi karena kita tidak dapat membedakan antara tujuan hidup, kebutuhan dan keinginan . Melihat orang lain memiliki alat komunikasi yang super canggih, bisa membuat kita tergoda untuk memilikinya, tapi kita perlu kita selidiki apakah itu kebutuhan kita. Seringkali apa yang kita butuhkan, bukan itu yang kita kejar, tapi apa yang kita inginkan.Setiap hari  keinginan it uterus bertambah dan menyetir hidup kita, mendorong kita ke arah yang semakin hari semakin stress.bisa saja kita punya uang untuk membeli barang-barang itu, tapi apakah itu kita butuhkan atau hanya sekedar memuaskan keinginan saja.ini yang membuat kita menjadi tidak puas, karena ukuran kepuasan kita ketika benda-benda itu kita meiliki. Karena itu Yesus ingin meluruskan kita tentang artinya kepuasan hidup.
Matius 6:32-33:” Semua itu dicari-cari bangsa bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang  di sorga tahu bahwa kamu membutuhkan itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.

Materi, jabatan, kekuasaan adalah semua yang dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Karena itu Yesus mengingatkan bahwa kita tidak sama dengan mereka. Dalam 1 Pet 2:9 “Kamulah bangsa yang terpilih” kita adalah bangsa yang berbeda, jadi kita tidak hidup dengan cara dan ukuran mereka. Yesus tahu kita membutuhkan hal itu, tapi carilah dahulu kerajaan Allah. Itu adalah suplemen (pelengkap) dari yang lainnya, tidak ada suplemen menjadi lebih penting, orang yang ingin sehat lebih mementingkan suplemen daripada gaya hidup sehat.sekarang semua sudah diputar oleh manusia, sebelumnya cari kerajaan Allah yang paling penting didaalam hidup ini sekarang ini menjadi suplemen, yang lebih utama adalah yang dicari-cari oleh dunia tadi.karena itulah terjadi pergulatan dalam hidup kita, kita merasa apa yang dimiliki orang lain itu harus saya miliki, padahal seharusnya mencari kerajaan Allah lah yang akan memberi janji akan ditambahkan kepada kita. Sebagai alumni yang sudah percaya pun , banyak yang membutuhkan penghormatan, pengakuan, mengaktualisasikan dirinya. Apakah Tuhan tidak melihat hal itu? Tuhan tahu kita butuh hal itu, karena itu Tuhan berkata semua itu akan didapatkan setelah kita mencari kerajaan Allah. Ketika kita bekerja dengan baik, kita tidak sedang mencari pengakuan dari orang lain, tapi bisa saja orang lain mengakui hal itu.

Ketidak puasan sering terjadi karena manusia tidak pernah merasa cukup dan tidak mengandalkan Allah.“Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah (content) dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman aku sama sekali tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata-kata” (Ibrani 13:5-6).Yesus yang dasyat itu apakah juga dapat dilihat dasyat juga didalam hidup kita?Apakah kehadiran kita memberi dampak yang besar di lingkungan kita, memberi sesuatu yang bermaknadi mana saya berada?Bayangkan sebagian besar waktu kita  ada di dunia profesi, tapi kita tidak melakukan apapun dan memiliki dampak apapun. “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah (content) dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman aku sama sekali tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” Ini janji Tuhan. Apapun yang kita hadapi tidak akan mempengaruhi kepuasan kita kalau kita mengandalkan Allah.Ketidakpuasan sering terjadi karena tidak mengandalkan Allah, kita seringkali membuat rencana dan Allah tinggal menyetujuinya saja. Ini membuat kita tidak puas. Kecukupan akan terjadi dalam hidup kita kalau kita mengandalkan Tuhan.

Kepuasan tidak tergantung kondisi/lingkungan, tetapi kehadiran Allah dalam semua situasi . Apa yang terjadi di sekeliling kita seharusnya tidak mempengaruhi kepuasan kita.Paulus memiliki gaya hidup “ultimate simplicity of life” (2 Korintus 11:23-28): sering di dalam penjara;didera diluar batas; kerap kali dalam bahaya maut; lima kali disesah orang jahudi;tiga kali kapal karam;terkatung-katung ditengah laut; aku lapar; aku dahaga, kerapkali berpuasa;kedinginginan tanpa pakaian; dll .Ini adalah kondisi yang menurut manusia, kondisi yang sangat tidak memuaskan/tidak menyenangkan. Tapi Paulus yang sama mengungkapkan dalam segala situasi yang penting adalah mencukupkan (content) diri dalam segala keadaan (Filipi 4:11-13)kepuasan kita ridak tergantung dari apakah kita susah atau senang, jalan buntu atau tidak, firman Tuhan berkata segala sesuatu bisa menjadi cukup kalau kita mengandalkan Allah dalm hidup kita. Paulus menyatakan hal ini berdasarkan pengalamannya, kesulitan yang dihadapi Paulus tidak membuat dia  kehilangan kepuasan dalam hidupnya.bahkan dalam Fil 4:4 dia berkata “bersukacitalah senantiasa, sekali lagi kukatakan bersukacitalah”. Jadi sukacita itu sifatnya bukan kondisional, tetapi keyakinan bahwa Allah mencukupkan dia.

Kepuasan itu terjadi ketika kita merasakan kasih setia Tuhan dalam hidup kita (Mas 90:14-17). Kepuasan tidak tergantung kepada jumlah,  tetapi ada takut akan Tuhan (Amsal 15:16-17) Kepuasan datang dari kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan bukan kepada materi (Yesaya 55:1-2). Ketidakpuasan terjadi karena kita mengikuti keinginan daging (Roma 8:5-6).

PROFIL PEMUDA YANG DISCONTENTMENT
Markus 10:17-23 menceritakan tentang,pemuda yang kaya, pengusaha,secara finasial bagus, Pemuda yang sudah menjadi pemimpin (Luk 18:18), pemimpin perusahaan, pemimpin sosial.Pemuda yang mempunyai moralitas yang baik dalam standard Jahudi, telah melakukan semua perintah Taurat. Ia melakukan taurat sejak masa mudanya, dan Tuhan Yesus tidak membantah dia tentang hal itu. Pemuda yang mengalami discontentment. Berlari-lari dalam kondisi tidak puas dan bertanya kepada Jesus.Ia masih mencari-cari Kristus seolah-olah ada yang kurang dari semua yang dia sudah miliki. Ia tidak puas dengan apa yang dia miliki.Dia adalah pemuda yang berhasil untuk ukuran dunia. Kekayaan, Status (pemimpin, pengusaha), moralitas tidak membawa orang kepada contentment.apakah kita orang yang sedang mencari kekayaan, status melalui kekuasaan, kepemimpinan, apakah kita orang yang sedang berjuang luar biasa untuk diakui sebagai orang yang baik, sopan, bermoral. Firman Tuhan hari ini berkata pemuda dengan kualitas seperti itupun tidak puas. Tuhan mengatakan juallah milikmu dan ikutlah Aku. Discontentment itu bisa berubah menjadi contentment kalau dia melakukan apa yang dikatakan Kristus. Tetapi orang muda ini kecewa dan dia meninggal Yesus. Pertanyaan pentingnya adalah nomor berapakah Yesus akan dia tempatkan dalam hidupnya?Dia tidak menempatkan Kristus sebagai yang utama dalam hidupnya, hartanya, miliknya, label-label yang dia miliki, tetap menjadi yang utama dalam hidupnya. Untuk bisa contentment, kita harus bertemu Kritus, menerima Kritus menjadikan Kristus terutama dan utama melebihi segalanya.Apakah pekerjaan kita tidak lagi membuat kita mampu mengutamakan Kristus? Kita sudah menegosiasikan nilai-nilai yang kita yakini ke dalam hidup kita. Kita sudah membagi “ini dunia kerja, ini dunia rohani” sehingga ini menjadi pergumulan antara keinginan daging dan keinginan roh dalam hidup kita, membuat kita mengalami discontentment dalam hidup kita.apakah nilai-nilai kebenaran masih nyata di pekerjaan kita? Ataukah kita sedang mencoba beradaptasi dengan system?Jangan-jangan kita sebagai alumni hidup di dua dunia “dunia pekerjaan” dan “dunia persekutuan” yang sangat berbeda, hal inilah yang membuat kita discontentment.memang kalau kita melakukan kebenaran di pekerjaan, pastilah ada konflik, ada pertentangan-pertentangan nilai yang terjadi, yang ujung-ujungnya adalah “pilih Kristus atau pilih pekerjaan”kenapa Yesus menyuruh pemuda itu menjual hartanya, karena Yesus melihat kalau kita tidak total memilih Yesus, kita tidak akan berhasil didalam dunia, tidak ada kepuasan yang terjadi/ jika kita ingin mengalami kepuasan/kecukupan didalam konteks Kristus, maka cukupkanlah Kristus didalam hidup kita, utamakanlah Kristus didalam hidup kita.Pemuda ini mengingatjkan kita semua, tidak ada pilihan lain, kalau kita ingin puas dalam  Kristus, cukuplah Kristus dalam hidup kita, yang lain hanyalah asesoris, asesoris  itupun Allah yang memberikan. Tuhan akan membuat kita berhasil jika kita mau setia pada Tuhan.sering kita memikirkan resiko jika kita taat, akan disingkirkan atasan , tidak mendapat pekerjaan, tetapi Tuhan sendiri berjanji akan menambah semua nya itu
Kesimpulan
  Contentment dimulai dengan mengenal tujuan hidup.  Filipi 3:10 “ Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitannya dan persekutuan dalam penderitaannya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya.
  Contentment kita berbeda dengan dunia ini. Adam dan hawa meningalkan contentment yang diberikan Allah: taman yang sempurna, pernikahan yang sempurna, relasi dengan Allah yang sempurna.
  Contentment harus membedakan apa yang dibutuhkan (needs) dan apa yang diinginkan (wants)
  Discontentment selalu dimulai merasa tidak cukup, tidak puas. Lihat kasus Adam dan Hawa (Kejadian 3:1-6)
  Discontentment akan membawa kepada ketamakan. Lukas 12:15 “berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seseorang berlimpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu.
  Contentment dapat mengakibatkan ketamakan, dan ketamkan dapat membawa kepada penyembahan berhala. (Keluaran 20:17)
  Contentment dipenuhi dengan meninggalkan segalanya demi Kristus. (Fil 3:8):”Bahkan segalanya kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Tuhanku  lebih mulia dari segalanya….
  Contentment membawa kita kepada nilai yang sangat besar (Mat 13:22)

            Jim Elliot:” Tidaklah bodoh orang yang melepaskan apa yang tidak dapat dia pertahankan, untuk mendapatkan apa yang tidak akan hilang”.



Solideo Gloria

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...