Oleh : Danni Fellipe Bukitz, SST,M.Si
Hidup
kita sebagai alumni penuh dengan segala kesibukan (hectic). Kita sadari atau
tidak, skedul kerja harian kita telah menyita banyak waktu, sehingga
waktu-waktu istirahat kitapun kadang-kadang terasa sangat sedikit, dan kita
dikejar jadwal pekerjaan maupun pelayanan yang harus kita lakukan. Beberapa hal
berikut akan membuktikan hidup kita hectic :
·
Apakah anda jenuh
untuk pergi bekerja?
·
Apakah anda mengalami
rasa letih dan kurang bersemangat dalam bekerja?
·
Apakah
hubungan-hubungan anda menegang karena stress?
·
Apakah anda berharap
bisa masuk ke Rumah sakit, hanya supaya bisa tidur?
Ketika
kita merasa jenuh dengan pekerjaan kita, malas bekerja di hari Senin “I hate Monday”, relasi kita dengan keluarga,
teman-teman menjadi terganggu karena kita stress dengan pekerjaan, bahkan ingin
bisa berbaring di rumah sakit hanya untuk bisa tidur dengan tenang. Jika kita
menjawab Ya untuk salah satu atau beberapa pertanyaan tersebut, berarti kita
sudah memiliki hidup yang hectic. Faktanya
memang hidup kita sedemikian hectic. Kita terbiasa dengan multi tasking,
mengerjakan beberpa hal sekalgus, belajar sambil memegang ponsel dan mengecek sosmed atau email. Padahal manusia
tidak dilahirkan untuk multi tasking, kita seharusnya fokus mengerjakan satu
hal dan tidak mengerjakan beberapa hal dalam waktu bersamaan. 98 perssen
manusia tidak dapat melakukan multi tasking dengan efektif.
Jika
kita selalu melakukan multi tasking, hal-hal yang terjadi adalah : IQ akan
berkurang 10 poin, waktu untuk bisa tidur pulas berkurang 10 poin, dan menjadi 2x lebih buruk ketika seseorang
juga merokok, dan produktifitas akan berkurang 40 %. Sebagai contoh, dalam perjalanan kita ke kantor, akan
ada banyak hal yang mengganggu konsentrasi kita, misalnya lalulintas yang
ruwet, hal-hal yang kita lihat di jalan, dll. Richard tiheme mengatakan “Ketika kita mengerjakan dua hal
secara bersamaan, maka sesungguhnya kita telah mengalihkan sekitar tiga puluh
persen perhatian kita dari tugas utama “.
Ini akan mengakibatkan over loaded
syndrome, seperti sebuah truk pengangkut yang kelebihan muatan dan
terguling di jalan. Karena terlalu banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan
setiap hari, membuat kita mengalami overloaded
syndrome.
Karena
itu kita membutuhkan margin. Margin adalah ruang yang dulu pernah ada diantara
beban kita dan batas-batas kita. Margin adalah ruang diantara vitalitas dan
keletihan Margin adalah situasi yang bertolak belakang dengan kelebihan beban,
dan karenanya itu merupakan pencegahan terhadap kondisi yang menjengkelkan .
kita harus mengetahui batasan kemampuan kita melakukan sesuatu sehingga tidak
memaksakan diri mengerjakan hal-hal yang sudah melebihi batas kemampuan kita.
Richard Swenson mengatakan “Margin is the space between our load and our
limits” (Margin adalah ruang diantara beban dan batasan kita). Ketika margin
kita turun, tingkat stress kita meningkat, dan relasi kita menurun. Ketika
margin kita naik, tingkat stress kita menurun dan relasi kita meningkat.
“Busyness is not a synonym of Kingdom work-it is only busyness. All activities
need to be assessed to their spiritual authenticity”- Richard Swenson. Artinya
hidup yang sibuk bukanlah sinonim dari lingkup pekerjaan, itu hanyalah sebuah
kesibukan. Setiap aktivitas kita harus dinilai dari kehidupan spiritual kita yang otentik.
Christian
World View menggambarkan alkitab dengan 4 fase : penciptaan, Kejatuhan manusia
dalam dosa, penebusan dan pembaharuan.
Alkitab,
sebuah drama 4 babak:
•
Babak 1: Creation – Allah mendirikan KerajaanNya
•
Babak 2: Fall – Pemberontakan dalam Kerajaan itu
•
Babak 3: Redemption dimulai – Sang Raja memilih Israel
ü Redemption dituntaskan – Sang Raja sendiri datang
ü Redemption diberitakan – Memperluas Kerajaan itu
•
Babak 4: Glorious Pembaharuan– Kembalinya Sang Raja
Alkitab
berisi 6 fase yaitu :
Masnusia
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, kemudian manusia melakukan dosa, ada
janji penebusan, Kristus menebus dengan kematianNya di kayu salib, manusia
ditebus, dan dihasilkan manusia yang sudah dibaharui.
Kita
harus FOKUS ( Follow One Course Until Succesfull) dengan cara :
- Do one Thing
well (lakukan satu hal dengan baik)
- Our brains
weren’t built to multitask (otak kita tidak didesain untuk multi tasking)
- Our brains are
designed to focus on one thing at a time, and bombarding them with
information only slows them down (Otak kita didesain untuk focus pada satu
hal pada satu waktu, dan jika kita memasukkan semua informasi, hanya akan
membuatnya bekerja lebih lambat)
Ketika
Tuhan Yesus yang berkunjung kerumah Maria dan Marta (Luk 10:39-40) dengan para
murid, membuat banyak tamu dirumah Marta, dan Marta sibuk mempersiapkan segala
sesuatu untuk menjamu tamu, sedangkan Maria duduk dekat kaki Tuhan Yesus
mendengar Ia berbicara. Hal itu mengganggu Marta dan bertanya “Tuhan tidakkah
Engkau perduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah
dia membantu aku” (ayat 40). Marta bukan hanya terganggu dengan Maria, tetapi
juga marah kepada Tuhan Yesus karena tidak menegur Maria. Maria melakukan itu
bukan karena ia malas atau tidak perduli, tetapi karena ia melakukan satu hal
yang perlu (fokus) dan telah memilih bagian yang terbaik, yaitu mendengar Tuhan
Yesus berbicara (ayat 42). Teguran Tuhan kepada Marta adalah ia kuatir dan
menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu hal yang pemting
yaitu mendengarkan Ia berbicara. Hidup kita seharusnya member i ruang bagi kebenaran Allah, firman
Allah yang menjadi penerang dalam hidup.
“Superaciality
is the course of our age. The doctrine of instant satisfaction is a primary
spiritual problem. The desperate need today is not for a greater number of
intelligent people or gifted people , but dor deep people”—RichardJ.J.Foster. Hidup
kita bertujuan untuk memuliakan Tuhan . Pusat hidup kita bukan diri ataupun
dunia namun Tuhan . Kebutuhan zaman ini adalah Relasi bersama Tuhan. “Your
relationship with God is more important than any you’ll ever have, because you
know for sure, that’s a relationship that will last forever”. Karena itu
penting untuk tetap menjaga persekutuan pribadi kita dengan Tuhan, tetap tekun
dalam KTB, belajar kebenaran firman Allah lewat persekutuan bersama, yang akan
menolong kita memiliki relasi yang baik
dengan Allah. “When we understand our relationship with God, we also understand
our relationship to one another”- Dallin H.Oaks.
SOLIDEO GLORIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar