Jumat, 22 Juni 2018

HECTIC


Oleh : Danni Fellipe Bukitz, SST,M.Si






Hidup kita sebagai alumni penuh dengan segala kesibukan (hectic). Kita sadari atau tidak, skedul kerja harian kita telah menyita banyak waktu, sehingga waktu-waktu istirahat kitapun kadang-kadang terasa sangat sedikit, dan kita dikejar jadwal pekerjaan maupun pelayanan yang harus kita lakukan. Beberapa hal berikut akan membuktikan hidup kita hectic :
·         Apakah anda jenuh untuk pergi bekerja?
·         Apakah anda mengalami rasa letih dan kurang bersemangat dalam bekerja?
·         Apakah hubungan-hubungan anda menegang karena stress?
·         Apakah anda berharap bisa masuk ke Rumah sakit, hanya supaya bisa tidur?
Ketika kita merasa jenuh dengan pekerjaan kita, malas bekerja di hari Senin  “I hate Monday”, relasi kita dengan keluarga, teman-teman menjadi terganggu karena kita stress dengan pekerjaan, bahkan ingin bisa berbaring di rumah sakit hanya untuk bisa tidur dengan tenang. Jika kita menjawab Ya untuk salah satu atau beberapa pertanyaan tersebut, berarti kita sudah memiliki hidup yang hectic. Faktanya  memang hidup kita sedemikian hectic. Kita terbiasa dengan multi tasking, mengerjakan beberpa hal sekalgus, belajar sambil memegang ponsel dan  mengecek sosmed atau email. Padahal manusia tidak dilahirkan untuk multi tasking, kita seharusnya fokus mengerjakan satu hal dan tidak mengerjakan beberapa hal dalam waktu bersamaan. 98 perssen manusia tidak dapat melakukan multi tasking dengan efektif.
Jika kita selalu melakukan multi tasking, hal-hal yang terjadi adalah : IQ akan berkurang 10 poin, waktu untuk bisa tidur pulas berkurang 10 poin,  dan menjadi 2x lebih buruk ketika seseorang juga merokok, dan produktifitas akan berkurang 40 %. Sebagai  contoh, dalam perjalanan kita ke kantor, akan ada banyak hal yang mengganggu konsentrasi kita, misalnya lalulintas yang ruwet, hal-hal yang kita lihat di jalan, dll. Richard tiheme  mengatakan “Ketika kita mengerjakan dua hal secara bersamaan, maka sesungguhnya kita telah mengalihkan sekitar tiga puluh persen perhatian kita dari tugas utama “.  Ini akan mengakibatkan over loaded syndrome, seperti sebuah truk pengangkut yang kelebihan muatan dan terguling di jalan. Karena terlalu banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan setiap hari, membuat kita mengalami overloaded syndrome.
Karena itu kita membutuhkan margin. Margin adalah ruang yang dulu pernah ada diantara beban kita dan batas-batas kita. Margin adalah ruang diantara vitalitas dan keletihan Margin adalah situasi yang bertolak belakang dengan kelebihan beban, dan karenanya itu merupakan pencegahan terhadap kondisi yang menjengkelkan . kita harus mengetahui batasan kemampuan kita melakukan sesuatu sehingga tidak memaksakan diri mengerjakan hal-hal yang sudah melebihi batas kemampuan kita. Richard Swenson mengatakan “Margin is the space between our load and our limits” (Margin adalah ruang diantara beban dan batasan kita). Ketika margin kita turun, tingkat stress kita meningkat, dan relasi kita menurun. Ketika margin kita naik, tingkat stress kita menurun dan relasi kita meningkat. “Busyness is not a synonym of Kingdom work-it is only busyness. All activities need to be assessed to their spiritual authenticity”- Richard Swenson. Artinya hidup yang sibuk bukanlah sinonim dari lingkup pekerjaan, itu hanyalah sebuah kesibukan. Setiap aktivitas kita harus dinilai dari  kehidupan spiritual kita yang otentik.

Christian World View menggambarkan alkitab dengan 4 fase : penciptaan, Kejatuhan manusia dalam dosa, penebusan dan pembaharuan.
Alkitab, sebuah drama 4 babak:
         Babak 1: Creation – Allah mendirikan KerajaanNya
         Babak 2: Fall – Pemberontakan dalam Kerajaan itu
         Babak 3: Redemption dimulai – Sang Raja memilih Israel
ü    Redemption dituntaskan – Sang Raja sendiri datang
ü    Redemption diberitakan – Memperluas Kerajaan itu
         Babak 4: Glorious Pembaharuan– Kembalinya Sang Raja
Alkitab berisi 6 fase yaitu :
Masnusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, kemudian manusia melakukan dosa, ada janji penebusan, Kristus menebus dengan kematianNya di kayu salib, manusia ditebus, dan dihasilkan manusia yang sudah dibaharui.
Kita harus FOKUS ( Follow One Course Until Succesfull) dengan cara :
  • Do one Thing well (lakukan satu hal dengan baik)
  • Our brains weren’t built to multitask (otak kita tidak didesain untuk multi tasking)
  • Our brains are designed to focus on one thing at a time, and bombarding them with information only slows them down  (Otak kita didesain untuk focus pada satu hal pada satu waktu, dan jika kita memasukkan semua informasi, hanya akan membuatnya bekerja lebih lambat)
Ketika Tuhan Yesus yang berkunjung kerumah Maria dan Marta (Luk 10:39-40) dengan para murid, membuat banyak tamu dirumah Marta, dan Marta sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menjamu tamu, sedangkan Maria duduk dekat kaki Tuhan Yesus mendengar Ia berbicara. Hal itu mengganggu Marta dan bertanya “Tuhan tidakkah Engkau perduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku” (ayat 40). Marta bukan hanya terganggu dengan Maria, tetapi juga marah kepada Tuhan Yesus karena tidak menegur Maria. Maria melakukan itu bukan karena ia malas atau tidak perduli, tetapi karena ia melakukan satu hal yang perlu (fokus) dan telah memilih bagian yang terbaik, yaitu mendengar Tuhan Yesus berbicara (ayat 42). Teguran Tuhan kepada Marta adalah ia kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu hal yang pemting yaitu mendengarkan Ia berbicara. Hidup kita seharusnya  member i ruang bagi kebenaran Allah, firman Allah yang menjadi penerang dalam hidup.
“Superaciality is the course of our age. The doctrine of instant satisfaction is a primary spiritual problem. The desperate need today is not for a greater number of intelligent people or gifted people , but dor deep people”—RichardJ.J.Foster. Hidup kita bertujuan untuk memuliakan Tuhan . Pusat hidup kita bukan diri ataupun dunia namun Tuhan . Kebutuhan zaman ini adalah Relasi bersama Tuhan. “Your relationship with God is more important than any you’ll ever have, because you know for sure, that’s a relationship that will last forever”. Karena itu penting untuk tetap menjaga persekutuan pribadi kita dengan Tuhan, tetap tekun dalam KTB, belajar kebenaran firman Allah lewat persekutuan bersama, yang akan menolong kita  memiliki relasi yang baik dengan Allah. “When we understand our relationship with God, we also understand our relationship to one another”- Dallin H.Oaks. 



SOLIDEO GLORIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...