Jumat, 24 Agustus 2018

SPIRITUAL CHECK UP

Oleh : Herlina Silitonga, STh, MA



Hendry Nouwen seorang penkhotbah yang terkenal, di tahun 41 tahun pelayanannya barulah ia mengalami aapa artinya spritualitas. Apa yang dialami selama 40 th? Ia seorang pengkhotbah yg sangat banyak diundang berkhotbah. Ia merasakan bahwa dalam kesibukan pelayanannya justru ia kehilangan Tuhan. Dalam konseling dan pelayananya kelihatan ia sangat baik, tetapi ia mengalami kekeringan. Ia sampai pada titik, dimana ia bertanya apa yang sebenarnya ia cari.  Ia memutuskan untuk tinggal dipanti anak-anak cacat untuk melayani disana. Di tempat itu ia banyak menulis buku-buku tentang spiritualitas. Ketika ia hidup di antara anak-anak cacat itulah ia merasakan dan menikmati spiritualitas dengan Tuhan.


·         Apa itu Spiritualitas?
          J.H. Gondowijoyo mengatakan dalam bukunya Membangun Keintiman dengan Bapa: ”Hakikat kehidupan rohani kekristenan (spiritualitas)  yang sejati adalah perjumpaan – pertemuan, yaitu berjumpa dengan Bapa, berjumpa dengan Yesus dan berjumpa dengan Roh Kudus; Perjumpaan itu terjadi lewat hubungan (relasi).” Jadi spritualitas itu adalah perjumpaan, relasi antara kita orang-orang yang telah percaya kepada Kristus dengan Allah tritunggal. Sama seperti ketika kita memiliki relasi dengan seseorang karena kita sering bertemu.

          Vaughan Roberrts mengatakan : “semua orang Kristen adalah makhluk spiritual karena seperti yang dikatakan Paulus bahwa if anyone does not have the Spirit of Christ, they do not belong to Christ (Rom 8:9). Artinya bicara soal spiritul berarti bicara relasi/hubungan seseorang dengan Roh Kudus yang dianugerahkan Bapa dalam diri orang percaya, sehingga melaluiNya orang percaya dapat berinteraksi dengan Allah Tritunggal.”

          Peter Scazzero dalam bukunya Emotionally Healthy Spirituality mengatakan bahwa:”Spiritual itu tidak bicara tentang pengetahuan tentang Allah, terlibat dalam pelayanan dan aktifitas kristiani; tetapi bicara bagaimana pengaruh Kristus dalam batin/jiwa seseorang.” Spiritualitas bukan berbicara tentang apa yang kita ketahui tentang Tuhan, apa yang kita lakukan dalam pelayanan, hal-hal rohani yang kita lakukan, tetapi spiritualitas berbicara tentang pengaruh Kristus dalam batin atau jiwa seseorang. Sehingga perlu kita renungkan “Seberapa besar pengaruh Yesus didalam hidup kita?”

          Dari Artikel di internet disebutkan bahwa :
          Spiritual berasal dari kata spirit + ual , spirit mengandung arti semangat, kehidupan, pengaruh, antusiasme; spiritus adalah bahan bakar dari alkohol. Spirit itu mahluk, sesuatu yang hidup dan dapat diajak komunikasi. Sehingga interaksi dengan spirit yang hidup itulah yang disebut sebagai Spiritual.” Jika kita memiliki spiritual yang baik, berarti ada gairah,  ada bahan bakar yang membakar semangat kita,

          Kesimpulan :
          Bicara soal spiritual seharusnya bukan suatu yang ribet atau kompleksitas....tetapi bicara soal interaksi, komunikasi, gairah yang dinikmati antara dirinya dengan Tuhan. Bukan bicara tentang tingkah laku dan pikiran... tetapi jiwa/batin yang menikmati kehadiran Allah dalam hidupnya. Ada ikatan emosi, relasi antara kita dengan Tuhan.
Sekalipun spiritualitas bukan sesuatu yang kompleks tetapi juga sesuatu yang sulit untuk dilihat atau dialami terus menerus. Spiritualitas kita adalah sebuah komunikasi dengan Tuhan, bahkan lewat lagu yang kita nyanyikan dan ekspresikan, hati dan pikiran kita menyatu dengan lagu yang kita nyanyikan. Coba kita pikirkan apakah dalam 24 jam sehari, kita dapat merasakan dan mengalami kehadiran Allah. Di kantor atau tempat kerja, apakah kita bertemu dengan Tuhan dalam pekerjaan kita? Bagaimana kita sebagai orang yang sudah  sungguh-sungguh hidup dalam Tuhan dapat menjadi garam dan terang bagi dunia, jika kitapun tidak/kurang mengalami kehadiran Allah dalam hidup kita sehari-hari?

Mari kita membaca dari Lukas 10:38-42
Di ayat 38 “Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumah nya yang menerima Yesus adalah Marta, bukan Maria.
Di ayat 39-10 ada paradoks, Maria duduk di kaki Yesus dan mendengarkan Yesus, sementara Marta memilih untuk menyediakan semuanya dan tidak bersama Yesus, padahal yang menerima Yesus adalah Marta (ay 38) . Dalam NIV disebutkan “but Martha was distracted by all the preparation that have to be made”. Maria menikmati persekutuan dan pengajaran Yesus (ada relasi), tetapi Marta terdistraksi oleh persiapan-persiapan untuk melayani Yesus.ayat 40-42 kita melihat apa sebenarnya yang diinginkan oleh Yesus.
Ayat 40 "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."  Tetapi Yesus menjawab “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." Marta mengira Yesus akan mendukungnya tetapi Yesus menginginkan apa yang dilakukan Maria, yaitu duduk bersama dengan Yesus, menikmati persekutuaan dengan Dia.

·         Ada 2 Point yang ditekankan dalam perikop ini :
1.   Ternyata Yesus menginginkan relasi, komunikasi, interaksi, kedekatan emosional yang terbangun. Yang mana relasi itu membentuk sebuah ikatan yang menggairahkan dan menghidupkan kita; semangat yang beda dalam hidup kita. Yesus menginginkan setiap orang mengalami relasi, keintiman dengan Tuhan. Kita perlu menemukan  momentum-momentum untuk terus merasakan kedekatan dengan Tuhan, di tengah-tengah kesibukan kerja atau pelayanan kita. Kita harus datang kepada Tuhan, menanti dalam diam pertolongan Tuhan
Henry Nouwen mengatakan “Tanpa memiliki kesendirian dengan Tuhan sangatlah tidak mungkin untuk hidup dalam suatu kehidupan yang rohani. Kesendirian berarti memberi tempat bagi Allah berbicara kepada kita”. Kita perlu memberi waktu untuk berdiam diri di hadapan Tuhan
2.   Kekuatiran dan menyusahkan diri dengan banyak perkara menjadi hambatan untuk membangun relasi dengan Allah. Martha terdistraksi dengan persiapan-persiapan melayani Yesus. Ingin menjadi tuan rumah yang baik bagi Yesus dan murid-muridNya, ngin supaya tidak ada yang tidak beres.... menggeser fokus Martha dari Yesus kepada perkara yang bukan utama.
Martha ingin memberi pelayanan yang baik bagi Yesus dan murid-muridNya, tetapi hal itu menggeser fokus Martha pada pengajaran Yesus. Apa hal-hal yang bisa menggeser perjumpaan  kita dengan Tuhan?  Apakah kekuatiran, karir, penghasilan, kesehatan, keluarga? Hal-hal itu harus diatasi, supaya kita dapat kembali bisa menjaga relasi yang dekat dengan Allah. Kita juga masih bisa disibukkan oleh perkara-perkara yang akan membuat kita sulit memberi prioritas untuk berjumpa dengan Tuhan. Kita harus menyediakan waktu untuk Tuhan. Spiritualitas berbicara tentang keseluruhan hidup kita, bukan hanya persekutuan pribadi 15-30 menit setiap hari.
·         5 Point Membangun Spiritual
1.   Turning to-the Longing to see God’s face. Kita membuka perasaan-perasaan sedih kita supaya kita dapat berjumpa dengan Allah. Ketika kita mengalihkan perasaan sedih, negative yang sedang kita alami, di saat itulah kita bertemu dengan Allah.
2.   Stopping-the Turning point to Silence. Mengambil waktu istirahat beberapa menit/hari, per minggu, per bulan, per tahun. Dan dalam refleksi ini kita mengingat kembali apa yang terjadi dalam hidup kita, melatih untuk mendengarkan apa  yang Allah ingin katakan kepada kita. Jika ada waktu untuk bisa ret-ret pribadi adalah hal yang baik.
3.   Turning to-Meditation of Scripture. Membaca satu bagian firman Tuhan dan merenungkannya secara pribadi. Dapat divariasikan dengan membacanya di ruangan terbuka.
4.   Turning to-Examining my heart. Menguji apa yang menjadi motivasi kita melayani atau melakukan sesuatu. Apakah motivasi nya murni atau ada maksud-maksud lain dibaliknya.
5.   Turn to-Holines. Kita harus membangun kekudusan hidup. Jika kita tetap hidup didalam dosa, kita akan tertutup untuk menikmati kehadiran Tuhan dalam hidup kita (1 Kor 5:9)
Dimanakah posisi spiritualitas kita sebagai alumni yang sudah hidup didalam kasih Tuhan? Apakah kita merasa lebih dekat dengan Tuhan ketika kita baru bertumbuh? Seharusnya semakin dewasa iman kita, kedekatan kita kepada Tuhan akan makin meningkat. Tidak ada kata terlambat untuk membangun spiritualitas yang benar. Mari membangun spiritualitas yang benar pada Allah, makin menikmati Tuhan menyatakan kasihNya, damaiNya, diriNya kepada kita. Kiranya hal itu menjadi motivasi bagi kita untuk tidak semakin disibukkan oleh aktifitas-aktifitas kita tetapi kita makin menjalin relasi yang dekat dengan Tuhan. 

SOLIDEO GLORIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...