Hendry Nouwen seorang penkhotbah yang terkenal, di tahun 41 tahun
pelayanannya barulah ia mengalami aapa artinya spritualitas. Apa yang dialami
selama 40 th? Ia seorang pengkhotbah yg sangat banyak diundang berkhotbah. Ia
merasakan bahwa dalam kesibukan pelayanannya justru ia kehilangan Tuhan. Dalam
konseling dan pelayananya kelihatan ia sangat baik, tetapi ia mengalami
kekeringan. Ia sampai pada titik, dimana ia bertanya apa yang sebenarnya ia
cari. Ia memutuskan untuk tinggal
dipanti anak-anak cacat untuk melayani disana. Di tempat itu ia banyak menulis
buku-buku tentang spiritualitas. Ketika ia hidup di antara anak-anak cacat
itulah ia merasakan dan menikmati spiritualitas dengan Tuhan.
·
Apa itu Spiritualitas?
J.H.
Gondowijoyo mengatakan dalam bukunya Membangun Keintiman dengan Bapa: ”Hakikat kehidupan rohani kekristenan (spiritualitas) yang sejati adalah perjumpaan – pertemuan,
yaitu berjumpa dengan Bapa, berjumpa dengan Yesus dan berjumpa dengan Roh
Kudus; Perjumpaan itu terjadi lewat hubungan (relasi).” Jadi spritualitas itu adalah perjumpaan, relasi
antara kita orang-orang yang telah percaya kepada Kristus dengan Allah
tritunggal. Sama seperti ketika kita memiliki relasi dengan seseorang karena
kita sering bertemu.
Vaughan
Roberrts mengatakan : “semua orang Kristen adalah makhluk spiritual karena
seperti yang dikatakan Paulus bahwa if anyone does not have the Spirit of
Christ, they do not belong to Christ (Rom 8:9). Artinya bicara soal spiritul
berarti bicara relasi/hubungan seseorang dengan Roh Kudus yang dianugerahkan
Bapa dalam diri orang percaya, sehingga melaluiNya orang percaya dapat
berinteraksi dengan Allah Tritunggal.”
Peter
Scazzero dalam bukunya Emotionally Healthy Spirituality mengatakan
bahwa:”Spiritual itu tidak bicara tentang pengetahuan tentang Allah, terlibat
dalam pelayanan dan aktifitas kristiani; tetapi bicara bagaimana pengaruh Kristus
dalam batin/jiwa seseorang.”
Spiritualitas bukan berbicara tentang apa yang kita ketahui tentang Tuhan, apa
yang kita lakukan dalam pelayanan, hal-hal rohani yang kita lakukan, tetapi
spiritualitas berbicara tentang pengaruh Kristus dalam batin atau jiwa
seseorang. Sehingga perlu kita renungkan “Seberapa besar pengaruh Yesus didalam
hidup kita?”
Dari Artikel di internet disebutkan
bahwa :
Spiritual
berasal dari kata spirit + ual , spirit mengandung arti semangat, kehidupan,
pengaruh, antusiasme; spiritus adalah bahan bakar dari alkohol. Spirit itu
mahluk, sesuatu yang hidup dan dapat diajak komunikasi. Sehingga interaksi
dengan spirit yang hidup itulah yang disebut sebagai Spiritual.” Jika kita memiliki spiritual yang baik, berarti ada
gairah, ada bahan bakar yang membakar
semangat kita,
Kesimpulan
:
Bicara
soal spiritual seharusnya bukan suatu yang ribet atau kompleksitas....tetapi
bicara soal interaksi, komunikasi, gairah yang dinikmati antara dirinya dengan
Tuhan. Bukan bicara tentang tingkah laku dan pikiran... tetapi jiwa/batin yang
menikmati kehadiran Allah dalam hidupnya. Ada ikatan emosi, relasi antara kita dengan Tuhan.
Sekalipun spiritualitas bukan sesuatu yang kompleks
tetapi juga sesuatu yang sulit untuk dilihat atau dialami terus menerus.
Spiritualitas kita adalah sebuah komunikasi dengan Tuhan, bahkan lewat lagu
yang kita nyanyikan dan ekspresikan, hati dan pikiran kita menyatu dengan lagu
yang kita nyanyikan. Coba kita pikirkan apakah dalam 24 jam sehari, kita dapat
merasakan dan mengalami kehadiran Allah. Di kantor atau tempat kerja, apakah
kita bertemu dengan Tuhan dalam pekerjaan kita? Bagaimana kita sebagai orang
yang sudah sungguh-sungguh hidup dalam
Tuhan dapat menjadi garam dan terang bagi dunia, jika kitapun tidak/kurang
mengalami kehadiran Allah dalam hidup kita sehari-hari?
Mari kita membaca dari Lukas 10:38-42
Di ayat 38 “Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumah nya” yang menerima Yesus adalah Marta, bukan Maria.
Di ayat 39-10 ada paradoks, Maria duduk di kaki Yesus
dan mendengarkan Yesus, sementara Marta memilih untuk menyediakan semuanya dan
tidak bersama Yesus, padahal yang menerima Yesus adalah Marta (ay 38) . Dalam
NIV disebutkan “but Martha was distracted by all the preparation that have to
be made”. Maria menikmati persekutuan dan pengajaran Yesus (ada relasi), tetapi
Marta terdistraksi oleh persiapan-persiapan untuk melayani Yesus.ayat 40-42
kita melihat apa sebenarnya yang diinginkan oleh Yesus.
Ayat 40 "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku
membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Yesus
menjawab “Marta, Marta, engkau
kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang
terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." Marta mengira Yesus akan mendukungnya tetapi Yesus
menginginkan apa yang dilakukan Maria, yaitu duduk bersama dengan Yesus,
menikmati persekutuaan dengan Dia.
·
Ada 2 Point yang
ditekankan dalam perikop ini :
1.
Ternyata Yesus menginginkan
relasi, komunikasi, interaksi, kedekatan emosional yang terbangun. Yang mana
relasi itu membentuk sebuah ikatan yang menggairahkan dan menghidupkan kita;
semangat yang beda dalam hidup kita. Yesus
menginginkan setiap orang mengalami relasi, keintiman dengan Tuhan. Kita perlu
menemukan momentum-momentum untuk terus
merasakan kedekatan dengan Tuhan, di tengah-tengah kesibukan kerja atau
pelayanan kita. Kita harus datang kepada Tuhan, menanti dalam diam pertolongan
Tuhan
Henry Nouwen mengatakan “Tanpa memiliki kesendirian dengan
Tuhan sangatlah tidak mungkin untuk hidup dalam suatu kehidupan yang rohani.
Kesendirian berarti memberi tempat bagi Allah berbicara kepada kita”. Kita
perlu memberi waktu untuk berdiam diri di hadapan Tuhan
2.
Kekuatiran dan menyusahkan diri
dengan banyak perkara menjadi hambatan untuk membangun relasi dengan Allah.
Martha terdistraksi dengan persiapan-persiapan melayani Yesus. Ingin menjadi
tuan rumah yang baik bagi Yesus dan murid-muridNya, ngin supaya tidak ada yang
tidak beres.... menggeser fokus Martha dari Yesus kepada perkara yang bukan utama.
Martha ingin memberi pelayanan yang baik bagi Yesus
dan murid-muridNya, tetapi hal itu menggeser fokus Martha pada pengajaran
Yesus. Apa hal-hal yang bisa menggeser perjumpaan kita dengan Tuhan? Apakah kekuatiran, karir, penghasilan,
kesehatan, keluarga? Hal-hal itu harus diatasi, supaya kita dapat kembali bisa
menjaga relasi yang dekat dengan Allah. Kita juga masih bisa disibukkan oleh
perkara-perkara yang akan membuat kita sulit memberi prioritas untuk berjumpa
dengan Tuhan. Kita harus menyediakan waktu untuk Tuhan. Spiritualitas berbicara
tentang keseluruhan hidup kita, bukan hanya persekutuan pribadi 15-30 menit
setiap hari.
·
5 Point Membangun Spiritual
1. Turning to-the Longing to see God’s face. Kita membuka perasaan-perasaan sedih kita supaya
kita dapat berjumpa dengan Allah. Ketika kita mengalihkan perasaan sedih,
negative yang sedang kita alami, di saat itulah kita bertemu dengan Allah.
2. Stopping-the Turning point to Silence. Mengambil waktu istirahat beberapa menit/hari, per
minggu, per bulan, per tahun. Dan dalam refleksi ini kita mengingat kembali apa
yang terjadi dalam hidup kita, melatih untuk mendengarkan apa yang Allah ingin katakan kepada kita. Jika
ada waktu untuk bisa ret-ret pribadi adalah hal yang baik.
3. Turning to-Meditation of Scripture.
Membaca satu bagian firman Tuhan dan merenungkannya secara pribadi. Dapat
divariasikan dengan membacanya di ruangan terbuka.
4. Turning to-Examining my heart.
Menguji apa yang menjadi motivasi kita melayani atau melakukan sesuatu. Apakah
motivasi nya murni atau ada maksud-maksud lain dibaliknya.
5. Turn to-Holines. Kita
harus membangun kekudusan hidup. Jika kita tetap hidup didalam dosa, kita akan
tertutup untuk menikmati kehadiran Tuhan dalam hidup kita (1 Kor 5:9)
Dimanakah posisi spiritualitas kita sebagai alumni
yang sudah hidup didalam kasih Tuhan? Apakah kita merasa lebih dekat dengan
Tuhan ketika kita baru bertumbuh? Seharusnya semakin dewasa iman kita,
kedekatan kita kepada Tuhan akan makin meningkat. Tidak ada kata terlambat
untuk membangun spiritualitas yang benar. Mari membangun spiritualitas yang
benar pada Allah, makin menikmati Tuhan menyatakan kasihNya, damaiNya, diriNya
kepada kita. Kiranya hal itu menjadi motivasi bagi kita untuk tidak semakin
disibukkan oleh aktifitas-aktifitas kita tetapi kita makin menjalin relasi yang
dekat dengan Tuhan.
SOLIDEO GLORIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar