Jumat, 27 Juli 2018

Ayub III

Oleh : Ir. Indrawaty Sitepu, MA

Dinamika reaksi Ayub (Lanjutan)
1.      Amarah karena anak panah Allah (Ayub 6-7). Ayub mempertahankan diri- Ayub kecewa terhadap sahabat-sahabatnya- Ayub mengeluh
2.      Putus asa dihadapan kemahakuasaan Allah (Ayub 9-10). Ayub mengakui leadilan dan kekuasaan Allah-Bagaimana mungkin Ayub berhadapan dengan allah di pengadilan- Ayub dalam keputusasaannya- Ayub meyanggah tindakan Allah terhadapnya- Ayub rindu kematian
3.      Betapa dahsyat bila Allah tidak hadir, tapi juga bila Allah hadir (Ayub 12-14). Ayub mengakui hikmat dan kuasa Allah-Walaupun takut, Ayub memutuskan untuk mempertahankan kejujurannya-Ayub mengeluh atas kerapuhan manusia
4.      Harapan akan dibenarkan mulai tumbuh (Ayub16-17). Ayub menyebut sahabat-sahabatnya penghibur sialan. Ayub mengeluh terhadap Allah- Ayub memohon dengan harapan kepada saksi nya di surga-Ayub menanti-nantikan kematian
5.      Penebus itu hidup (Ayub 19). Kesabaran Ayub makin habis- Ayub merasa ditinggalkan allah-Ayub meminta sahabat-sahabatnya mengasihi dia- Ayub yakin akan penebusnya
6.      Masalah teodise-pengaturan dunia oleh Allah- Ayub mengkritik cara allah memerintah dunia (Ayub 21). Ayub mohon didengar-Ternyata orang jahat makmur- penjahat jarang jatuh, tapi semua akan mati- Argumentasi sahabat-sahabat Ayub itu tidak sesuai dengan pengalaman nyata
7.      Merindukan persekutuan dengan Allah (Ayub 23-24). Ayub merindukan persekutuan dengan Allah-Nampaknya Allah mustahil dihampiri-Mengapa Allah nampaknya tidak bertindak atas kejahatan manusia
Betapa pilunya ratapan Ayub dalam Ayub 23.3,8-9

Yang sangat Ayub takuti ialah, kalau-kalau Allah telah meninggalkan dia
Dalam kesunyian, kesendirian dan kesepiannya, ia menyangka bahwa Allah telah mengecewakan, melepaskan dan membiarkan dia. Bukan kehilangan anak-anak dan harta yang ia takuti.Allah tersembunyi bagi Ayub dan semua petaka yang menimpanya juga bagai misteri. Dalam keadaan seperti itulah Allah menjawab Ayub.

Allah menjawab Ayub
Pasal 40 ayat 1-9
Pada bagian ini Allah menjawab Ayub perihal Teodise-pengaturan Allah atas dunia. Ayub mengeluh tentang cara Allah memerintah dunia ini (Bd Ayub 21); orang-orang fasik dapaty hidup tenang dan tidak kehilangan apapun.Allah mengingatkan Ayub bahwa Ia tidak pernah berbuat tidak adil-walaupun keadaan kadang kelihatannya sangat bertentangan.
Allah adalah Allah Mahahikmat- alam mengingatkan kita, Ia mengurus alam dengan keteraturan. Allah Mahakuat- binatang2 raksasa mengingatkan kita (binatang-binatang tunduk pada Allah).Allah mahaadil- sebagimana yang sedang Allah katakan kepada Ayub. Allah mahatahu, Allah mahakuasa, Allah maha baik.
Dihadapan Allah yang bercitra demikian, tertutup semua logika manusiawi yang mempertentangkan salah satu sisi watak Allah dengan sisi lainnya. Dengan demikian kita mendapat gambaran tentang hakikat jati diri Allah, yang ditanganNya berada segala rahasia penderitaan dunia ini.

Sering dikatakan “Kalau Allah mahabaik seharusnyalah Ia meniadakan semua penderitaan. Kalau Allah mahatahu seharusnyalah Ia tahu semua penderitaan. Kalau Allah mahakuasa seharusnyalah Ia mampu melakukan apa saja yang Ia kehendaki “. Bukankah seharusnya Allah dapat mencegah semua penderitaan? Jika Alalah maha baik, seharusnya Ayub tak mungkin menderita. Dengan demikian tidak tepat menyatakan Allah mahabaik, mahatahu,mahakuasa. Allah tidak mungkin sekalian dan sekaligus berhikmat, berkekuatan dan adil. Tapi justru itulah yang sekarang sedang Ayub pelajari dari Allah.
Kalau kita katakan Allah mahahikmat, mahaadil tapi tidak mahakuat, atau mahahikmat, mahakuat tapi tidak mahaadil dan sebaliknya, maka dunia kita ini menjadi logis tapi bukan lagi dunia Allah yang hidup seperti yang diperlihatkan kepada Ayub dan kita bd Yes 55 ayat 9. Yang dipelajari Ayub tentang Allah ialah semua citra Allah itu menjadi satu. Ia maha baik, adil, tahu, kuasa.dunia ini milik Allah, kita tidak mampu memahamiNya, begitu besar kuasa Allah memelihara dunia ini.
Pascal mengatakannya dalam Pensees hlm 309,..Allah Abraham, Ishak, Yakub,…Allahku dan Allah anda bukan allah para filsuf dan para ahli. Allah bukan hanya dalam teori saja tapi kelihatan dari cara hidup. Pascal seperti Ayub, mempunyai pengalaman yang hidup tentang Allah yang hidup, yang memperkenalkan diriNya dalam suatu pertemuan.
Kitab Ayub tidak mengajak kita untuk tidak menggunakan daya nalar kita
Kitab ini mengingatkan kita, bahwa kita tidak akan dapat mengerti jalan-jalan Allah hanya dengan mengandalkan daya nalar kita. Allah yang hidup bukan dijadikan hanya sebatas pokok pembicaraan, melainkan untuk dijumpai dan dikenal. Allah harus dikenal dan dijumpai secara pribadi. Karena itu jika kita KTB, bukan semata-mata penyelesaian bahan PA tapi pencapaian profil. Apakah kita sudah menTuhankan Kristus dalam hidup kita sehari-hari?
Allah yang hidup bebas bertindak, dan kita harus mengakui bahwa kita tidak selalu memahami tindakanNya. Allah memperkenalkan diriNya bukan melalui batasan argumentasi dan kesimpulan logika. Allah memperkenalkan diriNya melalui kasih karunia, dalam suatu pertemuan pribadi yang menuntut jawaban pribadi.
Benarlah  bahwa Allah Ayub adalah Allah Abraham bukan allah para filsuf (spti Elihu) dan allah para ahli (spti Bildad). Ada banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab di dunia ini melainkan di surga dan banyak persoalan yang tak dapat dipecahkan oleh logika manusia. Mungkin saja ada pertanyan-pertanyaan yang kiota ajukan dan sampai kita meninggal, jawabnnya tidak kita temukan dan pahami.
Kitab Ayub memperkenalkan Allah yang hidup, Allah yang mengherankan,  God of surprise (judul buku GW Hughes) Allah yang tersembunyi, yang kehadiranNya kadang dinyatakan melalui kenyataan seolah-olah ia tidak hadir.

Ayub menjawab
Pasal 42 ayat 1-6
Ayub menjawab dengan rendah hati dan pasrah serta ikhlas. Ia diliputi oleh pengakuan dan keharuan akan kehadiran Allah dalam segenap keberadaannya dalam kasih karuniaNya. Sulit bagi Ayub untuk memahami, tapi pada akhirnya, ia mengakui Allah hadir dalam segala keberadaannya. “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”(Ayub 42:5). Ayub benar-benar mengenal Allah dan merespon dengan tepat. Bukan Allah yang berubah, tetapi Ayub . Allah bukan Allah yang asing. Tapi Allah dalam segala kemahakuasaanNya yanjg tidak sanggup dipahami oleh Ayub.

Pemulihan
Pasal 42 ayat 7-14
Kita kembali ke prosa yang agak mirip dengan pembukaan pasal 1 dan 2
Dari epilog ini paling tidak kita dapat belajar ada dua hal, yaitu
1.      Pengalaman Ayub akan kasih karuniaNya, ia wujudkan dengan doa bagi sahabat-sahabatnya
Kasih karunia Allah curahkan bagi Ayub, diwujudkan dengan doa Ayub bagi sahabat-sahabatnya, karena itu jalan pemulihan bagi sahabat-sahabatnya (Ayub 42:7-8). Alalh mengulang perkataanNya bahwa Ayub benar, ia berkata benar tentang Allah (42:7). Alalh memklumi kegalauan dinamika perjalanan hidup Ayub dan Ia hanya berkenan pada doa Ayub. Allah meniali Ayub benar dengan semua komentar-komentar yang sudah Ayub sampaikan. Alalh yang penuh kasih karunia itu menrima kritik Ayub, tantangannya. Dan kasih karunia Allah disalurkan Ayub dengan mendoakan sahabat-sahabatnya. Pengalaman kasih karunia yang kita alamipun seharusnya mengalir ke orang-orang di sekitar kita, bukan berhenti pada diri kita.
Peristiwa ini mengingatkan kita pada tema nabi Yesaya dalam nyanyian tentang Hamba Tuhan (Yes 42 ayat 1-4,49 ayat 1-6, 50 ayat 4-9 dan 52 ayat 13-53 ayat 12)
Sang hamba berdiri mewakili umat allah dihadapan Allah dengan membawa korban perdamaian, pengudusan dan persembahan serta memanjatkan doa untuk memohonkan rahmat dan kasih karunia Allah
2.      Ayub mengalami kasih karunia itu saat ini, di dunia ini
Dahulu pengharapan Ayub berpusat pada pembenaran setelah meninggal, di dunia yang lain pada masa yang akan datang, tetapi pada bagian ini pengalaman kasih karunia tersebut riil, kini di dunia ini bersama keluarga, kenalan yang dipulihkan dan juga kawanan ternak.
Kasih karunia Allah tercurah atas kita dalam realitas pengalaman kita sebagai manusia. Kasih Allah yang disana-di kalvari-di surga menemukan kita disini dan kini

Kesimpulan dan Refleksi
1.      Ada begitu banyak hal yang belum kita ketahui dibumi ini.
Dalam ketidaktahuan itu,dinamika hidup beriman bisa terjadi keraguan, kebingungan yang harus kita terima sebagai rahasia Allah. Ada bagian-bagian yang tetap menjadi rahasia Allah.  Mungkin ada banyak hal yang membuat kita juga bingung dan ragu, biarlah seperti itu, mungkin setelah di sorga, baru kita memahami. Belajar dari Ayub yang dituntun ke tujuan Allah yang tidak ia ketahui, kiranya Allah memperdalam iman kita, termasuk pada waktu kita tidak mengerti, bahkan sewaktu kita berada dalam kegelapan
2.      Berhati-hati dalam memberi bimbingan atau khotbah yang tidak pada tempatnya.
Sahabat Ayub jelas kurang peka  sewaktu mereka berusaha memaksa Ayub menerima dugaan dan teori mereka. Kita tidak akan dapat menolong orang kalau kita mendekati mereka berdasarkan praduga kita, ingat mendengar adalah kata kuncinya
3.      Hal-hal buruk dapat menimpa orang baik.Umat Tuhan, hamba Tuhan pun menderita.
Kita tidak boleh menilai rohani seseorang berdasarkan keadaannya atau kekayaannya. Jangan sekali-kali menyamakan berkat Allah dengan kehidupan yang mujur.
Berkat bisa saja diperoleh melalui penyakit atau keadaan yang menyimpang dari harapan. Sering kali permasalahan dan penderitaan membuat kita lebih dekat dengan Tuhan. Lebih mencari Dia. Jangan menghakimi orang yang kena petaka, penderitaan yang bertubi-tubi, banyak hal yang tidak kita ketahui, mungkin Allah sedang bekerja di dalamnya
4.      Pentingnya mengenal Allah dengan benar.
Allah Abraham, Ishak dan Yakub dan juga Allah Ayub. Melalui ketiga sahabat Ayub kita diingatkan harus berpegang pada apa yang allah katakan mengenai diriNya, agar kita jangan menyimpang dan mengikuti cara berpikir yang keliru
5.      Tabah dan tekun dalam kemalangan
Bd Yakobus 5 ayat 11, Kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub
Ayub  adalah orang yang mengindahkan suara hatinya, tidak tercemari oleh sekitarnya.
Kita pun perlu mengindahkan suara hati yang dipimpin Roh Kudus
6.      Ajaran tentang kasih karunia mengubah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan teodesi, dari suatu pencarian akan penyebab-penyebab pada masa lalu ke pengharapan akan penebusan pada masa yang akan datang karena diletakkan dalam hubungan yang lebih luas, lebih pribadi sehingga tidak perlu lagi dikemukakan. Setelah Allah menjelaskan, Ayub tidak bertanya lagi karena Ayub makin mengenal Allah, sehingga pertanyaan-pertanyaan itu tidak penting lagi.
7.      Banyak yang penting tapi yang terpenting yaitu berjalan bersama Allah dalam persekutuanNya, menikmati Dia dalam dunia milikNya.
Persekutuan dengan Allah adalah karunia Allah, yang dapat mendatangkan keuntungan dari penderitaan yang paling berat sekalipun  bd 2 Kor 12 ayat 7-10. Ingat : hal yang terpenting biasanya musuh dari hal-hal yang penting dan baik.

8.      Penderitaan pasti akan berakhir. Kapan? Kita tidak tahu
Tuhan pasti akan datang, dan ia akan mengubah luka kita menjadi peranti pemujaan kita (A Revelation Of Love ed by M. Glasscoe-Exeter, 1986)
Kepada kita tidak dijanjikan kebebasan dari penderitaan di dunia ini Bd  Yoh 16 ayat 33
Dan kepada kita tidak dibuka semua rahasia Allah
Tapi kepada kita semua dijanjikan kasih karunia dan pengharapan
1 Petrus 5 ayat 6-11



SOLIDEO GLORIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...