Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh
Pasal ini merupakan hikmat
ilahi tentang tujuan dan atau akhir hidup orang percaya dan orang fasik. Editor
kitab Mazmur menempatkan Mazmur ini pada permulaan Kitab ketiga (psl.73-89)
mirip dengan penempatan pasal 1 pada Kitab bagian pertama. Dalam pasal ini
dinyatakan masalah yang paling mengganggu orang yang setia dalam PL, yaitu
bagaimana orang fasik begitu makmur sementara orang yang taat sangat menderita.
Secara tematis pasal ini identik dengan pasal 49 dan 37. Pasal 73 dibagi menjadi 2 bagian (1-14 dan
15-28) di mana seluruhnya diframe secara jelas perbedaan antara ayat 1 dengan
27.Penulisnya adalah Asaf, salah satu pemimpin pujian dari kaum Lewi (lih.pasal
39, 42, 50) dan pasal 73 sebagai awal dari kitab yang ditulisnya (73-83)
termasuk psl.50.Mazmur yang ditulis Asaf didominasi tema tentang kekuasaan
Allah atas umat dan bangsa-bangsa.
Mazmur 73 terbagi 2 bagian:
ayat 1-14 dan ayat 15-28.Ayat1 - 14: Sebuah ujian iman yang sangat berat, yakni ditengah-tengah
banyaknya kesulitan yang dialami oleh orang percaya (setia) kepada Allah,
matanya tertuju kepada kemakmuran orang fasik.Ini adalah sebuah pergumulan
moralitas dengan keberhasilan materil. Ayat.1: Pemazmur tidak meragukan
kebaikan Allah bagi orang yang tulus dan bersih hatinya (pure heart).
Ayat ini menyatakan bahwa pada saat
menuliskan Mazmur ini tidak ada keraguan penulis terhadap Allah. Namun pemazmur
pernah ada waktu di mana dia mengalami perjalanan rohani yang fluktuatif. Kita
tidak pernah meragukan kasih, kebaikan Allah setahun ini tapi ada kalanya kita
lemah, terkadang kuat. Mari belajar dari Asaf dalam fluktuasi pemahamannya
terhadap Allah . Ayat 2-3:
Keadaan pemazmur. Dalam keadaan bahaya,
yakni hampir terpeleset dan tergelincir dari jalan kebenaran dan hidup yang
ilahi. Penyebabnya adalah karena pertama: cemburu kepada para pembual (the
arrogant), kita mungkin pernah
cemburu melihat teman kita karirnya lebih cepat naik, hidup lebih enak, dan
kedua: cemburu melihat kemujuran orang fasik. lih.37: 31. Inilah cara iblis yang bisa
membuat kita hancur
Apa yang
menjadi kemujuran orang fasik? (ayat 4-12) : tidak ada kesakitan (struggle),sehat dan
gemuk (healthy and strong) (ay.4),tidak mengalami kesusahan manusia pada
umumnya (free from the burdens common to man) (ay.5),tidak kena tulah
(ay.5)
Akibatnya
adalah: mereka menjadi
sombong dan keras (violence) (ay.6).‘berkalungkan’ sebuah
kebanggaan atau yang dibanggakan; ‘pakaian’
– selain bagian vital untuk tubuh tetapi diartikan sebagai sesuatu yang melekat
dengan diri mereka (jati diri). bd.Ams.1: 8-9; 3: 3, 21-22.Dari hati yang tidak
punya perasaan muncul pelanggaran; dan dari pikiran mereka lahir penipuan yang
tak terbatas. ‘from their callous hearts comes iniquity, the evil conceits
of their minds know no limits’ (ay.7).Menyindir orang benar dan
membicarakan pemerasan dengan tinggi hati (ay.8) – kejahatan bukan lagi sesuatu
yang memalukan (tersembunyi).Perkataan mereka penuh kesombongan – angkuh dan
melawan Allah serta membual di bumi (ay.9). Tidak ada sesuatupun baik di langit
maupun di bumi yang berada di luar jangkauan celaan mereka.Banyak orang yang
sudah percaya berpaling dan mengikuti mereka bagaikan air yang berlimpah-limpah
(ay.10).Mereka berkata bahwa Allah tidak tahu apa yang mereka lakukan dan Allah
tidak memiliki pengetahuan (ay. 11). Ayat.10-12 menimbulkan kebingungan bagi
Asaf.Hartanya semakin bertambah-tambah (menambah harta) dan senang selamanya –
‘always carefree, they increase in wealth’ (ay.12). Pertanyaan bagi kita
kenapa banyak alumni dari pelayanan banyak hilang setelah 5-10 tahun?Adakah
kemungkinan dari kecemburuan seperti ini? Bisa saja terjadi, jika mereka lebih
banyak bermain di grey area, sulit membedakan mana yang gelap dan putih. Mari
mengevaluasi diri kita apakah kita cemburu pada orang fasik yang kaya, sehat?
Hal ini dapat menimbulkan depresi dan mengalami kegundahan.
13-14: Depresi Asaf (ketika membandingkan
hidupnya dengan orang fasik) : merasa sia-sia mempertahankan hati yang bersih
dan membasuh tangan (ay.13) - meragukan kegunaan menjalani hidup yang tulus dan
suci,merasa kena tulah setiap hari dan kena hukuman setiap pagi (ay.14).
Kesetiaan moral yang tinggi nampaknya sia-sia dan tidak menguntungkan, karena
usaha untuk hidup benar tidak didukung dengan tanda perkenaan ilahi, sebaliknya
justru mengalami hajaran setiap hari. bd. Ams.3: 12; Ibr.12: 4-11. Rahasia
kegagalan Asaf ialah membandingkan dirinya dengan orang fasik, solusinya
:jangan pernah membandingkan diri kita dengan orang sekitar yang tidak beriman,
yang mungkin lebih mujur dari kita. Asaf merasa sia-sia hidup suci, karena
orang fasik lebih makmur, sehat, sementara orang taat tidak mengalami
pembaharuan,padahal di Ibrani dikatakan setiap anak dihajar oleh bapanya, kalau
tidak, ia menjadi anak gampang.
Asaf tidak berhenti sampai disitu, ada titik baliknya, inilah
pembaharuan, ayat 15-28:
- Sadari bahwa sesungguhnya hal tersebut (ay.2-3;
13-14) adalah berbahaya bukan hanya pada dirinya sendiri, melainkan juga
bagi keturunan orang percaya (ay. 15). Kenapa orang sulit dan tidak berani
untuyk setia dan rela menderita?Karena mereka kehilangan figur/teladan,
ketika melihat ada teladan yang berani taat,maka generasi berikut akan
berani juga untuk taat
- Pandang keberhasilan orang fasik dengan kacamata
ilahi barulah bisa mengerti akhir dan tujuan hidup mereka (ay.16-17).
- Perubahan paradigma berfikir dan nilai membuat
dia mampu melihat kefanaan hidup orang fasik (a) Allah menaruh
mereka di tempat yang licin (tidak tenang dan bahaya), (b) Allah
menjatuhkan mereka hingga hancur (ay.18), (c) Mereka akan binasa
dalam sekejap tanpa peringatan (ay.19), (d) Mereka hina (despised)
dipandang Allah (ay.20). Pertanyaannya, apakah ini bersifat presentis atau
eskatologis? Ya untuk keduanya, tapi dalam bentuk yang berbeda
Maka muncul pengakuan
Asaf (21-22), pemazmur menyadari kebodohannya:
merasa pahit dan sakit (ay.21), dan dungu serta bodoh seperti hewan di
dekat Allah (ay.22). Sadari posisi kita, betapa bodohnya kita di hadapan Allah. Meskipun pemazmur jatuh pada
kebodohan tersebut, Allah tidak membiarkan dia : Allah memegang tangan kanannya
(ay.23), Allah menuntun dengan nasehat-Nya (ay.24), Allah mengangkat dia kepada kemuliaan
(ay.24), inilah akhir dari sebuah petualangan hidup orang percaya. Pastilah
kita mengalami pertolongan Tuhan selama tahun 2013, fluktuatif sekali kerohanian
kita tahun ini, jatuh, bangkit lagi karena tangan Allah memegang tangan kita..
Ketika hal ini dilakukan Allah maka lahirlah sebuah komitmen yang tulus meskipun sebelumnya dia cemburu melihat
kemakmuran orang fasik: pertama, Allah sebagai satu-satunya yang dia miliki
(ay.25), kedua, Allah satu-satunya yang diinginkan di bumi (ay.25) – dampak
dari sebuah perubahan paradigma dan nilai hidup – reorientasi atau
restrukturisasi nilai dan ambisi hidup, ketiga, Komitmen (internal)
bahwa apapun yang terjadi, bagiannya (my portion) adalah Allah untuk
selama-lamanya (ay.26). Di akhir tahun ini mari bangkit dan katakana Allah lah
satu-satunya yang dimiliki dan diinginkan. Asaf memang seorang Lewi dan dia
tidak mendapat bagian apa-apa di Tanah Perjanjian selain bagian dari perpuluhan
umat yang dipersembahkan kepada Tuhan (Bil.18: 21-24; Ul.10: 9; 18: 1-2),
tetapi pada bagian ini dia lebih menekankannya lagi. Ini adalah sebuah perubahan yang sangat
radikal oleh karena pengenalan dan kedekatan dengan Allah. Alasan komitmen
pemazmur adalah bahwa orang yang jauh dari Allah dan yang berzinah (unfaithful)
akan dibinasakan/destroyed (ay.27).Keempat,,Komitmen (eksternal) (ay.28) yaitu : suka dekat dengan
Allah (it is good to be near God), menaruh tempat perlindungan pada
Allah,tujuannya: dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya (I will tell of all
your deeds) karena kemurahan Allah kepadanya (hanya orang yang
memilkipengalaman didalam Tuhan yang dapat menceritakan perbuatan-perbuatan
Allah. Mari akhiri tahun ini dengan kemenangan dari fluktuatif rohani, akhiri
dengan happy ending, ada sebuah kebangkitan rohani, komitmen internal dan
eksternal.
Solideo Gloria