Jumat, 05 Februari 2016

Single atau Menikah??

Oleh : Drs.Hasoloan Marpaung & Desmiyanti Tampubolon, STP 



Mari kita membaca dari 1 Korintus 7:8-9, 32-35

Berdasarkan survey menunjukkan ada beberapa sikap/respon orang yang masih melajang :

1. Hidup menutup diri, orang-orang dalam kondisi ini selalu murung, tidak bergairah dan penuh penyesalan, bahkan ada yang benar-benar menutup diri dan tidak menerima lagi ada seseorang untuk menjadi pasangan hidupnya.
2. Rapuh dan sensitif ,
3. Mementingkan diri sendiri
4. Pergumulan sehubungan dengan masalah sex
5. Kekuatiran akan masa depan, apalagi berbicara tentang masa tua
6. Merasa bersalah, bisa terjadi jika dulu memiliki standar yang terlalu tinggi dalam mencari pasangan hidup
7. Gelisah bila menghadapi pria/wanita
8. Menolak diri sendiri, perasaan ditolak karena penampilan yang kurang menarik hingga akhirnya menolak diri sendiri
9. Kesepian
10. Menerima status lajang sebagai pembentukan Allah untuk menjadi pria/wanita sejati.



Paulus menjawab pertanyaan orang Korintus tentang perkawinan, melajang dan perceraian Dalam 1Kor 7:7 dinyatakan alangkah baiknya jika semua orang seperti Paulus, yaitu tidak menikah, dengan alasan pada 1Kor 7:32-35: Pertama: Memusatkan diri pada Tuhan dan untuk fokus pada Tuhan , sehingga dapat melayani dengan maximal, Kedua: untuk melayani tanpa gangguan, dapat mengambil pelayanan dengan bebas tanpa harus terikat dengan urusan keluarga.



Hal ini tidak berarti ada larangan menikah, karena menikah adalah hal yang baik dan bukan pula lebih “rendah” posisinya dari mereka yang tidak menikah. Tetapi Jika harus melajang pun tetap harus memiliki alasan yang tepat .Dari Matius 19:11-12 ada beberapa alasan kenapa melajang, yaitu:
  • Ada orang yang tidak menikah karena kelainan tertentu (cacat sejak lahir)
  • Karena orang lain (mis.trauma, sakit hati, di istana zaman dulu pengurus istana raja dikebiri)
  • Karena kemauan sendiri (dalam karunia Tuhan memilih untuk sendiri)

Pada 1 Kor 7:8-9 dijelaskan tentang “kawin” dan “kawin lagi”, jadi jelas ada yang single karena melajang dan ada yang single karena sudah menjadi janda/duda (menjadi duda/janda karena kematian, jika bercerai bukan karena kematian, dia harus tetap hidup tanpa pasangannya atau berdamai dengan pasangannya (1 Kor 7:10-11). Bagi Paulus orang-orang seperti ini lebih baik tidak menikah, tetapi diingatkan lagi, hal ini tidak boleh dipaksakan, karena tidak ada nilainya dan yang muncul hanya kehangusan .Jika sampai sekarang masih melajang itu karena ketaatan, penyerahan diri dan kerajaan Allah.Melajang sendiri mempunyai tantangan tersendiri (1 Kor 7:2) yaitu bahaya percabulan, orang Korintus tinggal di sebuah kota yang banyak penyembahan berhala yang berhubungan dengan perzinahan, sehingga pernikahan pada zaman itu tidak dianggap sebagai hal yang kudus, karena banyak yang sudah menikah melakukan perzinahan dalam penyembahan berhala, dan menimbulkan pemikiran apakah jemaat lebih baik melajang.Melajang atau menikah punya tantangan dan pergumulan masing-masing.


Kenapa kita harus menikah nanti akan dijelaskan lebih lanjut.Jika kita yakin akan menikah, pertanyaan berikutnya adalah dengan siapa anda akan menikah? 2 Kor 6:14 “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap”. Semua orang percaya pastilah menginginkan pasangannya memiliki karakter kuat dan bertumbuh dalam Tuhan dan mengejar kekudusan. Tapi dalam masa menanti pasangan hidup yang sudah didalam Tuhan inilah banyak yang jatuh dengan pilihan yang salah. Pada kenyataannya, tidak sedikit yang menganggap memilih pasangan hidup sebagai perkara enteng “yah memang karakter dan kesalehan itu penting, tetapi kupikir pacarku juga cinta Tuhan…tentu dengan caranya sendiri”,”dia baik, rajin ke gereja, dia mendukung saya tetap melayani,dia tidak merokok” menjadi alasan klise ketika ditanya tentang kehidupan iman pacarnya, menghabiskan energi untuk menutup-nutupi ketiadaan iman dan kelemahan pacarnya supaya bisa diterima oleh teman- teman dan komunitasnya. Kelemahan para pria lebih terpikat pada wanita yang cantik, Amsal 31 sudah mengingatkan untuk memilih seorang istri yang lebih banyak bobot dalam perkara-perkara yang kekal (‘Istri yang cakap siapakah mendapatkannya? Ia lebih berharga dari permata’ Amsal 31:10). Faktanya tubuh perempuan mengalami perubahan lebih cepat daripada karakternya . Jika kita mendapatkan pasangan yang cantik/ganteng dan bertumbuh didalam Tuhanitu adalah sebuah berkat yang luar biasa, tetapi penampilan fisik jangan menjadi prioritas utama dalam memilih teman hidup.


Jika dia bukan jenis pria/wanita yang mendasarkan hidupnya pada misi kudus saat berpacaran, apa yang akan membuatnya mengejar kekudusan setelah resepsi pernikahan? Banyak yang dengan gampang menganggap bahwa nantinya pasangannya itu pasti bisa bertobat, bisa berubah lebih baik, bisa taat pada Tuhan, dan kenyataannya banyak terjadi kegagalan dan luka selama pernikahan itu. Pastikan anda mengenali calon pasangan anda dengan baik, sehingga tidak melangkah ke pernikahan dengan tergesa-gesa, orang yang berhikmat bersedia menunggu, sabar, memutuskan tanpa berpikir atau bertindak diatas dasar perasaan yang sedang berkobar-kobar memang menggoda tetapi bodoh (Amsal 29 :20 “Kau lihat orang yang cepat dengan kata-katanya, harapan lebih banyak bagi orang bebal daripada bagi orang itu” ). Memutuskan menikah dengan tergesa-gesa sama seperti memutuskan mendaki gunung Everest tanpa latihan, tanpa mempersiapkan perlengkapan apa yang perlu dibawa seperti berapa paku pemancang untuk mendaki, sepatu apa yang harus dipakai, berapa banyak jaket pelindung dan penutup kepala untuk menahan dinginnya gunung Everest.


Bagaimana mengisi masa penantian dengan bahagia dan penuh makna ?
  • Berdoa (Mat 7:7-11), jika kita yakin menikah mari mendoakannya dengan sungguh-sungguh
  • Tujuan seorang Kristen adalah menjadi serupa dengan Kristus
  • Matangkan pemahaman tentang pernikahan Kristen sesuai dengan rancangan Tuhan
  • Menjalin friendship, mengenal keunikan dan bergaul dengan lawan jenis secara positif
  • Terus belajar untuk peka akan kehendak Allah
  • Bertumbuh dan melayani tanpa gangguan
  • Atasi dorongan sexual dengan datang kepada Tuhan
  • Hadapi tuntutan keluarga dengan menunjukkan teladan , berikan penjelasan kepada keluarga supaya mereka mengerti konsep kita, jangan menghindarinya
  • Jadilah pria/wanita sejati bukan patung dingin
  • Trust and obey
Sekarang kita berbicara mengenai pernikahan, kita membaca dari Kejadian 1:26-28. “God blessed them and said to them , be fruitful and increase in number; fill the earth and subdue it . Rule over the fish and the birds of the air and over every living creature that moves on the ground” (ayat 28 versi NIV).Ini adalah cara Tuhan memakai manusia untuk memimpin bumi, mengelola seluruh semesta, jika manusia tidak jatuh kedalam dosa pasti tidak ada illegal logging, kerusakan alam.

Hakikat Pernikahan Kristen adalah : komitmen total diantara seorang laki-laki dan seorang perempuan dihadapan Tuhan dan sesama. Dasar Pernikahan yang baik :
Kesadaran bahwa pernikahan adalah kemitraan mutual yang melibatkan Tuhan (FirmanNYa) secara proaktif dalam segala pengambilan keputusan (tidak ada satu keputusan penting dalam hidupnya yang tidak disesuaikan dengan kehendak Tuhan)
Merupakan rencana ilahi yang special
Pernikahan Kristen ; Perjanjian (covenant) ‘to love and to be loved’ dicintai dan mencintai
Menurut R.C. Sproul : pernikahan bukan hasil dari suatu perkembangan kebudayaan manusia. Institusi pernikahan ditetapkan seiring dengan penciptaan itu sendiri. Menurut John Stott: perkawinan bukanlah temuan manusia . Ajaran kristen tentang topik ini diawali dengan penegasan penuh kegembiraan bahwa perkawinan adalah gagasan Allah, bukan gagasan manusia. Perkawinan sudah ditetapkan sebelum masa kejatuhan manusia ke dalam dosa. For married and to be married couple (bagi orang-orang yang akan menikah ataupun yang telah menikah harus sungguh-sungguh mencermati keberadaan Allah (Pay close attention to God’s existence), serahkan (surrender) semua otoritas dalam lembaga ini kepada Tuhan ( FirmanNya) pengambilan keputusan melalui trialog bukan dialog (suami, Isteri dan Tuhan), komitmen perjanjian sumur hidup(hal ini berarti tidak ada perceraian, sekalipun disakiti akan tetap bertahan, tidak ada alasan untuk tidak menepati janji). Kenapa?? Karena janji ini bukan hanya janji pada lembaga tetapi janji pada Tuhan bukan pada manusia, karena itu bergantung pada kekuatan Allah dalam menjalani pernikahan. 


Pernikahan Kristen pada dasarnya juga adalah suatu kesaksian(kesaksian Kristen melalui wadah keluargayang menjadi teladan/pola),merupakan tempat persiapan dan latihan anak-anak menjadi suami isteri dan orang tua (anak-anak akan belajar dari orangtuanya, jika orangtuanya tidak mengasihi, maka anak-anak pun kurang mengasihi, jika orangtua sulit memberi, maka anak-anak pun akan demikian),Gained patron implemented (pola yang didapat dalam keluarga akan menjadi pola anak-anak), Pasangan nikah merupakan reflektor kasih bagi anak(apapun yang dilakukan orangtua bagi anak-anak itulah persepsinya tentang kasih Allah). Kerena itu lakukan dimensi kasih Allah dalam pernikahan melalui: sikap yang penuh peduli, tanggungjawab, disiplin, murah hati, respek (menghargai),pengenalan forgiving (pengampunan)


Tujuan pernikahan Umum : psikologis (membutuhkan pasangan), menghindari kesepian/kesendirian,memenuhi kebutuhan biologis (sex), memberi rasa aman, menghasilkan keturunan. Tujuan pernikahan Kristen : pertumbuhan (agar suami isteri melayani Allah dan menjadi berkat bagi sesama), menjadi semakin serupa dengan Kristus,God’s new society mengimplementasikan kasih Allah /love new society),menjadi semakin serupa dengan Kristus, sanctification (pengudusan “sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. (1Ptr 1:16 ). Syarat pertumbuhan, sudah menerima pengampunan Kristus sehingga mampu mengampuni anggota keluarga yang tidak sempurna, mampu beradaptasi (memahami bukan memaksa, memberi bukan menuntut, menerima kekurangan/kelemahan pasangan.


God’s New Society mencerminkan : menjadi berkat dan kesejahteraan bagi sesama, Allah memilih keluarga jadi sarana mensejahterakan manusia tebusanNya (Kel.Abraham, Isak, Yakub kemudian Maria dan Yusuf ),menghasilkan anak-anak perjanjian (Anak-anak Tuhan) mengurusi bumi ciptaanNya (Kej 1:26-28). Pernikahan Kristen akan menghasilkan keturunan ilahi (anak-anak tebusan Kristus).


Committed marriage menurut Elizabeth Achteimeier:Total commitment ; dalam semua kondisi dan situasi, komitmen menerima (Roma 15: 7 ”Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah”) ,komitmen secara eksklusif,komitmen secara terus meneruskomitmen yang bertumbuh( Efesus 4 : 13 “Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus”), komitmen yang berpengharapan.


Menurut Stephen Tong, manusia diciptakan di dalam sifat relatif (manusia harus hidup di dalam satu hubungan antar manusia secara relatif), manusia diciptakan sebagai bagian dari keseluruhan (manusia bukan dicipta sebagai keseluruhan, sehingga tidak ada seseorang yang bisa melakukan segala sesuatu dengan kekuatan sendiri), manusia diciptakan untuk menolong dan ditolong(ini adalah dalam arti relativitas sifat ko-operasi). 




Solideo Gloria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...