Jumat, 19 Februari 2016

Visi & Panggilan

(Kotbah ini merupakan Kotbah MBA yang dibawakan oleh Pdt. Parlindungan Situmorang M.Th pada Jumat 17 Januari 2014)


Setiap pribadi harus punya visi, jika tidak maka hidupnya akan berantakan. Visi membuat kehidupan seseorang memiliki arah kemana harus berjalan. Visilah yang menentukan kemana tujuannya. Dan visi harus dimiliki bersama dengan strategi untuk mencapainya agar tidak sekedar impian belaka.


Anak-anak Tuhan seperti kita, saatnya punya pribadi punya visi. Dalam Ams 29:18 dikatakan, “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum.” Dalam terjemahan NIV kata yang dipakai untuk wahyu adalah vision. Jadi jika tidak ada visi, maka rakyat akan menjadi liar. Liar di sini bukan menunjukkan rakyat yang sedang huru-hara atau terlibat dalam kerusuhan, tetapi rakyat yang rakyat yang tidak memiliki arah yang jelas.


Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, kita juga harus memiliki visi agar hidup kita jelas mau kemana. Dengan kata lain kita seharusnya sudah menetapkan mau jadi apa kita 10 tahun lagi. Hal ini bukan mengada-ada tetapi sesuatu yang terencana di mana dalam 10 tahun ke depan kita sudah menetapkan dasar yang membuat kita disebut mapan dalam hidup ini. Supaya hidup kita tidak lagi terombang-ambing ke sana kemari khususnya dalam dunia kerja.


Sebagai anak Tuhan, visi kita dalam dunia kerja haruslah jelas. Mengapa demikian? Jika kita tidak memiliki visi yang jelas maka akan berdampak kepada beratnya pekerjaan yang kita lakukan. Visi yang jelas akan melahirkan misi atau strategi yang mantap untuk mencapai visi itu. Jadi, jika kita tidak memiliki visi, maka tidak ada strategi untuk bisa mengerjakan satu pekerjaan dengan baik, dan hal ini membuat beban pekerjaan itu menjadi sesuatu yang memberatkan. Hal inilah yang membuat anak-anak Tuhan tidak maksimal dalam dunia pekerjaan bahkan cenderung berpindah-pindah pekerjaan.


Saya tidak sedang mengatakan bahwa anak-anak Tuhan dilarang untuk pindah pekerjaan dan harus menggeluti satu pekerjaan sampai akhir. Tidak! Tetapi apa yang membedakannya adalah visi. Ada saat-saat tertentu dimana kita harus ‘banting setir’ dalam pekerjaan karena kita menangkap panggilan Tuhan bagi kita untuk segera bekerja di tempat lain. Semua didasari oleh visi. Visi membuat kita untuk fokus dan lebih maksimal dalam dunia kerja. Dunia juga memahami benar pentingnya sebuah visi demikian juga dengan motivator-motivator terkenal dalam dunia ini.


Banyak orang (dan juga terjadi kepada orang percaya) yang menganggap pekerjaan sebagai kutuk karena mereka tidak memiliki visi. Dalam pandangan mereka pekerjaan itu adalah beban yang merongrong hidup. Keluhan-keluhan senantiasa keluar dari orang-orang seperti ini, khususnya pada hari Senin.


Ada sebuah kisah yang menyedihkan mengenai orang yang tidak memiliki visi ini, yang notabene adalah orang percaya:


Ada teman saya pejabat di departemen dalam pemerintahan. Dia dipercaya atasannya menangani penyaringan penerima beasiswa untuk study lanjut dari Korea Selatan. Dia kemudian membedakan alumni pelayanan mahasiswa dan non alumni pelayanan (atau beragama lain). Hasilnya menyedihkan karena justru betapa yang bukan alumni pelayanan yang jauh lebih baik dalam merespon beasiswa itu, baik dari segi mempersiapkan berkan dan surat lamaran dan juga dari segi semangat dan kuatnya keinginan mereka untuk beasiswa tersebut. Kerinduan mereka yang besar ditunjukkan dengan mempersiapkan diri dengan baik. Akhirnya yang paling banyak menerima beasiswa itu adalah mereka yang bukan Kristen. 


Yang menyedihkan dari kisah di atas adalah bukankah nanti mereka – yang menerima beasiswa – yang akan banyak menempati posisi sebagai pemimpin ketika mereka kembali dari studynya? Hal ini terjadi karena kita tidak memiliki visi dalam hidup kita yang menganggap pekerjaan sebagai kutuk. Sedangkan bagi orang-orang yang memiliki visi, pekerjaan adalah anugerah dan tanggung jawab Allah kepada manusia yang harus dikerjakan dengan tanggungjawab. Visi yang jelas membuat mereka memiliki energy yang meluap dan semangat dalam mengerjakan pekerjaannya.


Visi dalam dunia kerja harus mantap. Jangan menganggap pekerjaan formal itu adalah kutuk karena dosa. Pekerjaaan adalah sesuatu yang alkitabiah. Jangan pernah dualisme dalam memandang hidup dimana kita memandang suasana rohani hanya pada hari minggu, sedangkan sisa hari lainnya itu bukan dunia rohani, tetapi sekuler. Pandangan ini bisa membuat kita memiliki sikap bahwa di luar hari Minggu tidak membutuhkan hal-hal yang rohani. Ini dualisme dan TIDAK alkitabiah. Kita dipanggil bukan untuk dualisme seperti ini. Keseluruhan waktu kita (setiap harinya) adalah waktu untuk Tuhan dan harus mempermuliakan Tuhan. Panggilan bagi kita semua adalah agar tetap mempermuliakan Tuhan di manapun kita berada dan apapun profesi kita. Semua kegiatan dalam mencari nafkah dalam arti positif, adalah tempat bagi kita untuk bisa melayani Tuhan. Jadi bidang apapun kita baik itu kesehatan, pemerintahan, hukum, guru, bisnis, ataupun entertanintment, semuanya adalah ranah atau ladang dimana nama Tuhan harus dipermuliakan. Jadi sepanjang hari kita melayani Tuhan. Jika memahami hal ini dengan baik, ketika kita masuk dalam dunia pekerjaan kita bisa melihat bahwa di sini Tuhan memanggil saya dan saya harus memberikan yang terbaik.

Dalam Mat 9:35-36 dikatakan, “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”, dan dalam Luk 4:18-19, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Bagian Firman ini menggambarkan dunia yang kita layani. Sebuah dunia yang lebih baik ketika kita hadir dan berkarya di situ.


Anak-anak Tuhan tidak hanya dipanggil untuk pelayanan formal (seperti kotbah, dll), tetapi juga dalam dunia kerja. Di tempat kerja kita bisa melakukan banyak hal yang positif seperti mengangkat hidup harkat hidup orang lain sehingga mereka jauh lebih baik hidupnya. Banyak hal yang bisa kita lakukan seturut dengan panggilan Tuhan dalam hidup kita. Hal lain yang bisa kita lakukan adalah menunjukkan teladan dalam hal meembuang sampah dan menjaga kota ini tetap bersih, mendidik anak-anak di sudut lorong agar memiliki budaya bersih, juga adalah sesuatu yang baik, dunia dimana kita dipanggil Tuhan. Artinya semua lini kita bisa ambil bagian untuk menunaikan panggilan Tuhan.

Dalam Mat 9:35-36 tadi Yesus mengajar kita bagaimana melihat orang banyak itu. di sini bukan sekedar melihat sepintas dan tidak berbuat apa-apa. Cara melihat kita harus seperti cara melihat Yesus. Bagaimana kita melihat tempat di mana kita bekerja. Bagaimana kita melihat atasan, perusahaan, teman-teman kolega, bawahan, orang yang lalu lalang datang ke kantor, melihat siswa, atau melihat orang tua yang mengantar anak ke sekolah. Apakah kita hanya sekedar melihat sepintas? Sebagai guru bagaimana kita melihat murid-murid? Apakah kita hanya sekedar mengeluarkan ilmu dan seperti senjata menembakkannya kepada mereka? Atau kita ingin anak ini suatu hari kelak menjadi orang yang berguna. Ada passion kita, doa kita, rindukan terhadap murid-murid.

Semua bidang yang bisa kita garap adalah bidang di mana kita bisa memuliakan Tuhan maka di sana cobalah memiliki integritas yang mantap. Kita harus menunjukkan identitas kita sebagai orang percaya yang mungkin salah satunya adalah melalui persekutuan kantor yang kita usahakan. Kita bersyukur bahwa di Medan sekarang banyak kantor-kantor yang sudah memiliki persekutuan. Ini menjadi tempat bagi mereka untuk saling menopang dan menjaga kualitas hidup mereka. Mari bertindak nyata untuk membangun kerohanian yang baik dalam dunia kerja masing-masing. Jangan tinggalkan atau lupakan persekutuan atau upaya untuk memajukan Kerajaan Allah, apapun pekerjaanmu.


Dalam mengerjakan hal ini kita juga butuh pengaturan waktu yang baik. kita harus tahu kapan haru melayani dan kapan harus bekerja. Mari bertanggung jawab terhadap waktu kita ketika berada di tempat kerja. Kita juga harus menunjukkan bahwa kita adalah orang yang suka kerja keras. Jangan sampai dikatakan orang bahwa kita adalah seorang yang pemalas. Tetapi kita dengan semangat yang kuat mengerjakan setiap pekerjaan kita dan hal ini menjadi berkat bagi orang lain.


Kemudian kita juga memerlukan ketekunan agar jangan cepat menyerah. Mari melakukan yang terbaik. Kita juga harus menjaga kejujuran. Jangan sampai ada anak-anak Tuhan yang ditangkap oleh KPK. Sekecil apapun kita harus jujur termasuk dalam penggunaan keuangan. Bertanggung jawab dan sikap positif dalam situasi apapun. Inilah keistimewaan anak-anak Tuhan.


Jika kita memiliki cara pandang seperti ini, visi dan panggilan hidup seperti ini kita jalani, pasti kita keluar sebagai yang terbaik dari antara yang baik. Ada banyak orang di luar sana yang baik-baik, tetapi kita bisa muncul menjadi yang terbaik. Panggilan mari terus menerus memaksimalkan hidup untuk memuliakan nama Tuhan.


Solideo Gloria!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...