Janganlah seorangpun menganggap
engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya,
dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu (1 Timotius 4:12). Jangan seorang pun menganggap engkau rendah, ini tidak mengarah pada hal fisik, tetapi
karena Timotius akan menjadi pengajar, jangan orang menganggap dia rendah
karena kemampuan, potensi yang ada padanya kecil. Intinya dia harus
memperlengkapi dirinya sehingga dapat mengajar dengan tepat sehingga umur yang
masih muda tidak menjadi alasan untuk menganggapnya rendah.Kemampuan dan ketrampilan itu harus mumpuni, dan menjadi teladan bagi orang percaya dalam hal perkataan, tingkah
laku, kasih, kesetiaan, kesucian, secara etika harus jauh melebihi yang lain.
Kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki harus kualitas unggul demikian juga
soal karakter.
Hukum Kehidupan selalu berlaku dari seorang bayi yang baru
lahir, tengkurap, duduk, merangkak, belajar berjalan dan akhirnya bisa
berlari.Tidak ada satu tahap pun yang bisa dilompati,harus dilewati pada
masanya, sama-sama penting menuju manusia dewasa. Hukum Pertanian, jika ingin mendapat buah yang baik harus
diawali dengan memilih benih yang baik,
memilih media tanam yang baik, melakukan penanaman yang baik, pemeliharaan tanaman
yang baik.
Dalam dunia fisik, sangat
mudah memahami dan mengakui prosesnya. Dalam
dunia psikis, emosional sangat susah, kita ingin melompatinya. Terkadang kita sangat ingin menjadi pemimpin
sekalipun tidak memiliki kemampuan untuk itu. Kepemimpinan sering diartikan sebagai adanya jabatan/kedudukan , memiliki sejumlah orang bawahan, mengorganisasi orang, menyuruh orang melakukan sesuatu, menjadi yang diutamakan dari
beberapa orang, memiliki “Sesuatu yang lebih”(Kehormatan, Tanggungjawab, Penghasilan, Fasilitas). Jika tidak, dianggap belum menjadi pemimpin. Padahal sebenarnya Inti dari kepemimpinan
adalah pengaruh bukan
pengaruh. Kita bisa melihat orang menggunakan jabatannya itu untuk memberi
pengaruh, bukan karena ia orang yang berpengaruh, tanpa jabatan itu ia tidak
akan bias memerintah orang lain. Ketika kita dapat memberi pengaruh pada
orang-orang di kantor kita, usulan kita menjadi acuan bagi pimpinan kita,
sebenarnya kita sudah menjadi pemimpin sekalipun tidak dalam posisi pemimpin.
4
JENJANG KEPEMIMPINAN
1.
Personal layak dipercaya (intra pribadi)àsifat
layak dipercaya
2.
Interpersonal kepercayaan (antar pribadi)àterbangun saling percaya
3.
Manajerial pemberdayaanàbekerjasama dengan orang lain
4.
Organisasional penyelarasanàmengorganisasi, mengarahkan, menggerakkan
orang-orang (menyuruh orang bekerja
Dalam jenjang ini jenjang ke 4 adalah jenjang
puncak. Seseorang tidak mungkin menempati posisi organisasional jika dia tidak
memiliki kemampuan manajerial memberdayakan anggota, supaya kita dapat
bekerjasama dengan orang lain, kita harus bisa dipercaya jika tidak akan sulit bekerjasama, dan jika
kita ingin bekerjasama maka kita harus menjadi orang yang layak dipercaya yang
bisa bekerjasama dengan orang lain. Tanpa kualitas dasar ini kita miliki maka
kepemimpinan itu akan gagal. Harus dimulai dari kita sendiri, bisa dipercaya,
dapat bekerjasama dan akhirnya mampu memimpin. Kepemimpinan itu harus dimulai
dengan apakah saya pantas dipercaya, terbangun kepercayaan dengan orang lain,
dapat bekerjasama, akhirnya memimpin. Setiap tahap penting, tidak dapat
dilompati.
Yusuf selalu
menjadi orang yang dipercaya dimanapun dia berada (dalam rumah Potifar, dalam
penjara, hingga menjadi orang kedua setelah raja). Sebagai budakpun Yusuf layak
dipercaya. Daniel tidak ditemukan melakukan
satu kesalahanpun, menjadi orang yang dipercaya selama 5 pemerintahan raja yang
berbeda, pastilah mereka bukan hanya layak dipercaya tetapi juga mereka
memiliki kemampuan yang baik.
LAYAK DIPERCAYA dapat dilihat dari karakter dan ketrampilan.
Orang yang secara karakter baik, ramah tetapi jika tidak memiliki ketrampilan
tidak akan berguna, sebaliknya orang yang memiliki ketrampilan tapi karakternya
buruk juga bukan seorang yang layak dipercaya.
A. PERSONAL LAYAK DIPERCAYA
Ciri-ciri TIDAK LAYAK Dipercaya
1.
Sangat
dipengaruhi lingkungan fisik. Faktor
fisik menjadi alasan tidak optimal seperti cuaca, sibuk, memilih faktor fisik menjadi pengendali
2.
Sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Perilaku
orang lain pengendali kita, misalnya ditegur atasan atau penilaian/komentar orang lain menjadi
penghalang untuk bisa optimal bekerja.
3.
Berfokus
pada kelemahan orang lain Mat 25 : 14-30. Perumpamaan tentang talenta ini menunjukkan
bahwa orang yang memiliki satu talenta fokus pada kelemahan orang lain (menganggap tuannya kejam) alat pembenar. Ketika kita fokus pada kelemahan orang lain,
kita memberi
kekuatan pada kelemahan orang lain untuk mengendalikan kita.
4.
Berharap
sesuatu diluar sana yang berubah. Berharap orang lain yang berubah. Kalimat “JadilahTeladan” itu berarti terus memperbaiki diri, tingkatkan kemampuan dan
karakter, ini ciri orang yang layak dipercaya.
5.
Bahasanya membebaskan diri dari tanggungjawab. Kelemahan tidak dianggap sebagai tanggung
jawab untuk memperbaiki.
6.
Suka
berbohong/mengaburkan, memakai alasan yang masih bisa diatasi untuk tidak melakukan
tanggungjawab.
Ciri-ciri LAYAK DIPERCAYA
1.
Digerakkan
oleh nilai. 1 Kor
4:11-13, kelaparan, kehausan, hidup mengembara, melakukan pekerjaan yang
berat (lingkungan fisik) tidak membuat Paulus mundur. Lingkungan fisik tidak
terlalu mempengaruhi dia. Caci maki, pemukulan, penganiayaan (lingkungan sosial)
tidak membuat Paulus patah semangat, tidak membuat dia mundur. Lingkungan sosial
tidak dibiarkan mengendalikan semangat pelayanannya. Paulus berkata “Siap
sedialah, baik atau tidak baik waktunya..”
nilai yang ada pada dirinya itulah yang menggerakkan Paulus memberitakan
Injil. Kol 1:28-29 “Dialah yang kami beritakan…itulah yang kuusahakan dan
kupergumulkan. Roma 1:14-15 “Aku orang berhutang…Itulah sebabnya aku ingin
memberitakan Injil”. Faktor penggeraknya dari dalam dirinya
2.
Mengendalikan/menguasai
diri
1 Kor 9:27 “Tetapi aku
melatih tubuhku dan mengasainya seluruhnya…” 1 Kor 4:11-13 : ketika dimaki
memberkati, dianiaya sabar, difitnah menjawab dengan ramah.
Apakah ketika Paulus
dimaki otomatis dia memberkati, sama sekali tidak terlintas pemikiran untuk
balas memaki? Apakah ketika dianiaya, secara langsung dia sabar, seolah-olah
sudah diprogram seperti itu dan tidak ada keinginan untuk berontak atau
melarikan diri? Apakah ketika difitnah langsung menjawab dengan ramah, tanpa
ada pergulatan dalam dirinya? Tentu tidak. Pasti ada pergumulan dalam dirinya,
pasti ada banyak alternatif tindakan atau sikap yang terdorong untuk dilakukan,
karena itulah dia perlu menguasai diri. Paulus perlu menguasai diri untuk
memilih tindakan yang akan dilakukannya. Orang-orang yang layak dipercaya
sadar, bahwa apapun yang dilakukannya adalah karena dipilih untuk dilakukan,
bukan karena terpaksa. Bagi orang-orang ini, tidak ada yang terpaksa untuk
dilakukan, semua dilakukan karena dipilih untuk dilakukan. Jika saya marah,
kecewa, sakit hati, itu terjadi karena saya memilih untuk marah, kecewa, sakit
hati bukan karena terpaksa. Sebab bukan yang terjadi pada kita yang lebih
menyakitkan, tapi yang lebih menyakitkan adalah bagaimana kita menanggapinya.
Orang yang tidak layak dipercaya tidak menyadari pilihan itu, mereka reaktif,
ketika dicaci, dihina, diusir, maka rekasinya adalah mencaci, menghina dan
sakit hati. Orang yang layak dipercaya tidak demikian, mereka proaktif. Ketika
dicaci, dihina, diusir, mereka memberkati, mendoakan.
DAERAH PILIHAN Dimaki, dibenci, sakit
hati, didoakan, diberkati
|
Aksi Reaksi
Ada daerah pilihan untuk
memilih balas mencaci atau memberkati dan mendoakan. Inti kepemimpinan terletak
pada jarak antara aksi dan reaksi. Kualitas hidup ditentukan bagaimana kita
memanfaatkan ruang diantara eksi dan reaksi
Mengapa hanya sedikit
diantara kita yang melakukan sesuatu sebaik pengetahuan kita? Mengapa kita
tidak melakukan apa yang kita tahu harus kita lakukan? Karena kita mengabaikan
tali penghubung antar pengetahuan dan kelakuan kita. Kita tidak memilih respon
kita. Sumber respon kita sebagai orang-orang percaya dan sumber kekuatan kita
untuk melakukannya adalah firman Allah. Band. 2 Tim 3:16
3.
Mereka bekerja pada lingkaran pengaruhnya bukan
lingkaran keperdulian kita yang tidak bisa kita kuasai, seperti pujian atau
teguran dari atasan tidak seharusnya
mempengaruhi kita. Semakin banyak mereka bergerak pada lingkaran pengaruhnya,
semakin banyak hal diluar lingkaran pengaruh itu yang mereka pengaruhi. Ketika
kita bekerja dengan kinerja yang baik, akhirnya atasan kita juga dapat semakin
mempercayai kita dan memberi pengaruh bagi pimpinan kita. Mereka memberi teladan.
B. INTERPERSONAL
Pada saat masih bayi, Orang lain sumber kehidupannya, menjadi Beban
bagi orang lain, Tidak produktif, Tidak bisa hidup sendiri, Resultan
(-)àTERGANTUNG. Pada saat remaja, Cukup bagi diri sendiri, Tidak
membebani orang lain, Tidak menyumbang pada orang lain, Resultan
(1)à MANDIRI. Pada saat
dewasa, siap menyumbang potensi pada orang lain, Orang
lain sumbang pada kita, Resultan (> 2, 3, 4 dst)àSALING TERGANTUNG hanya
dapat dibangun jika ada saling percaya
KETERGANTUNGAN BISA TERUS BERLANJUT
·
Sangat
dipengaruhi lingkungan sosial
·
Sangat
dipengaruhi lingkungan fisik
·
Berfokus
pada kelemahan orang lain
·
Berharap
sesuatu diluar sana yang berubah
·
Bahasa
yang membebaskan diri
·
Suka
mengaburkan
Ketika
kita belum bisa berdiri diatas kaki kita sendiri tidak mungkin kita
diikutsertakan dalam lari estafet
ENAM PARADIGMA INTERAKSI MANUSIA
1.
Menang/Menang
à Prinsip Kepemimpinan
Antar Pribadi . Melihat kehidupan sebagai
arena koperatif bukan kompetitif, melihat CARA
LAIN/ ALTERNATIF YG LBH BAIK
2.
Menang/Kalah. Pendekatannya Otoriter, suka memaksakan
kehendak, harus mendapat apa yang diinginkan, kurang menghargai orang lain
3.
Kalah/Menang. “Saya
kalah, anda menang”, tidak mempunyai pendirian, hanya menyenangkan/memnuhi tuntutan orang
lain, disukai banyak orang karena selalu menuru. Orang Menang/Kalah
menyukai Kalah/Menang
4.
Kalah/Kalah. Dua orang Menang/Kalah berkumpul, Ulet, Berkepala batu, Egois“Dari pada tu ho, tumagon tu begu”
5.
Menang. Yang penting mereka mendapatkan apa yang mereka
inginkan. Mereka tidak harus
menginginkan orang kalah. Mengamankan
tujuannya sendiri dan menyerakan kepada orang lain tujuan mereka
6.
Menang/Menang
atau Tidak Sama SekaliJika kita tidak sepakat memperoleh solusi yang akan
menguntungkan kita berdua kita “sepakat untuk tidak sepakat”“Saya tidak mau
mendapatkan apa yang saya inginkan dan membuat anda merasa tidak enak.
Sebaliknya, saya rasa anda tidak akan merasa senang, jika anda mendapatkan apa
yang anda inginkan sementara saya menyerah”
YANG
MANA YANG TERBAIK? TERGANTUNG
Supaya kita bisa berelasi dengan orang lain
adalah BERUSAHA
MENGERTI TERLEBIH DAHULU bukan berusaha untuk dimengerti. Jika kita tidak yakin seseorang itu
tidak mengerti tentang kita, maka nasehat baik tidak akan bermanfaat. Kita
dapat mengerti orang lain, kita harus mau mendengar.
Empat dasar komunikasi :
berbicara, mendengar, menulis, membaca
Empat tingkatan mendengar :
1.
Mengabaikan. Kita tidak benar-benar mendengarkan, hanya berpura-pura
mendengarkan
2.
Mendengar secara selektif, hanya mendengar bagian-bagian tertentu dari
percakapan
3.
Mendengar secara atentif. Kita menaruh perhatian hanya pada kata-kata
yang diucapkan. Mendengar hanya untuk menjawab
4.
Mendengarkan empatik. Mendengar dengan maksud untuk mengerti, untuk
melihat dunia dengan cara mereka melihat untuk merasakan perasaan mereka. Dalam
mendengar empatik, anda tidak akan mengevaluasi (benar-salah, setuju-tidak
setuju), tidak akan menyelidik, tidak akan menafsirkan dan tidak akan
menasehati sebelum benar-benar memahami. Intisari mendengar empatik bukanlah
anda setuju dengan seseorang, tetapi anda sepenuhnya secara mendalam mengerti
orang itu baik secara emosional maupun intelekual
C.
MANAJERIAL :tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan
bersama orang lain (team). Pada jenjang ini masing-masing kita bertanggung
jawab untuk saling memberdayakan, untuk menggali potensi setiap orang. Empat
langkah pemberdayaan:
1.
Akui bahwa mereka terampil, punya kemampuan dan potensi yang besar
untuk digali. Bagaimana kita memandang seseorang begitu kita memperlakukannya.
Perlakuan kita bergantung pada cara pandang kita
2.
Libatkan mereka. Komitmen akan muncul dari keterlibatan. Ketika orang
terlibat, mereka akan merasa memiliki. Dan jika seseorang telah mempunyai rasa
memiliki dia akan bersedia memberi. Sebab bagaimana mungkin seseorang memberi,
jikalau dia bahkan tidak memiliki? Apabila orang terlibat dalam permasalahan
(turut memiliki) mereka akan sungguh-sungguh mencari solusi.
3.
Hargai perbedaan. Inti sari kerjasama kreatif adalah adanya penghargaan
akan perbedaan. Kunci untuk menghargai perbedaan adalah menyadari bahwa semua
orang melihat dunia, bukan sebagaimana dunia adanya, tetapi sebagaimana mereka
adanya
4.
Pendelegasian. Ketika anda mendelegasikan, anda mendorong orang untuk
bertumbuh. Ketika anda menolak untuk mendelegasikan, anda memboroskan sangat
banyak waktu dan menurunkan produktifitas. Anda akan menjadi orang kunci yang
terkunci.
Dua jenis pendelegasian :
1.
Pendelegasian suruhan . Kerjakan ini, kerjakan itu, beritahu saya kalau
sudah selesai. Pendelegasian pengawasan, pendelegasian yang kurang efektif
2.
Pendelegasian Pengurusan. Pendelegasian yang berfokus pada hasil dan
bukan metode. Pendelegasian ini memerlukan pengertian timbal balik yang jelas
dan terbuka serta adanya komitmen sehubungan dengan harapan dalam 5 bidang yaitu
:
·
Hasil yang diinginkan. Apa yang harus dicapai bukan bagaimana
mencapainya, hasil, bukan metode
·
Patokan. Bukakan apa yang tidak boleh, rambu-rambu apa yang harus
dihindari, dan jangan bukakan apa yang harus dikerjakan, biarkan tanggungjawab
dimanfaatkan untuk mencapai hasil
·
Sumber daya. Identifikasi sumber daya manusia, keuangan, teknis yang
dapat dimanfaatkan untuk mencapai hasil
·
Tanggung jawab. Bukakan perangkat evaluasi
·
Konsekuensi. Bukakan apa yang akan menjadi konsekuensi keberhasilan
atau kegagalan mereka dalam melakukan tugas
Kelima elemen ini harus
dimengerti secara jelas oleh kedua belah pihak, sehingga tidak timbul
kekecewaan karena tidak terpenuhinya harapan.
D.
ORGANISASIONAL :Penyelarasan seluruh potensi untuk mencapai tujuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar