Jumat, 11 Agustus 2017

KEPEMIMPINAN

Oleh : Laksana Umanda Sitanggang, MT






Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu (1 Timotius 4:12). Jangan seorang pun menganggap engkau rendah, ini tidak mengarah pada hal fisik, tetapi karena Timotius akan menjadi pengajar, jangan orang menganggap dia rendah karena kemampuan, potensi yang ada padanya kecil. Intinya dia harus memperlengkapi dirinya sehingga dapat mengajar dengan tepat sehingga umur yang masih muda tidak menjadi alasan untuk menganggapnya rendah.Kemampuan dan ketrampilan itu harus mumpuni, dan menjadi teladan bagi orang percaya dalam hal perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, kesucian, secara etika harus jauh melebihi yang lain. Kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki harus kualitas unggul demikian juga soal karakter.
Hukum Kehidupan selalu berlaku dari seorang bayi yang baru lahir, tengkurap, duduk, merangkak, belajar berjalan dan akhirnya bisa berlari.Tidak ada satu tahap pun yang bisa dilompati,harus dilewati pada masanya, sama-sama penting menuju manusia dewasa. Hukum Pertanian, jika ingin mendapat buah yang baik harus diawali dengan  memilih benih yang baik, memilih media tanam yang baik, melakukan penanaman yang baik, pemeliharaan tanaman yang baik.
Dalam dunia fisik, sangat mudah memahami dan mengakui prosesnya. Dalam dunia psikis, emosional sangat susah, kita ingin melompatinya. Terkadang kita sangat ingin menjadi pemimpin sekalipun tidak memiliki kemampuan untuk itu. Kepemimpinan sering diartikan sebagai adanya jabatan/kedudukan , memiliki sejumlah orang bawahan,  mengorganisasi orang, menyuruh orang melakukan sesuatu, menjadi yang diutamakan dari beberapa orang, memiliki “Sesuatu yang lebih”(Kehormatan, Tanggungjawab, Penghasilan, Fasilitas). Jika tidak, dianggap belum menjadi pemimpin. Padahal sebenarnya Inti dari kepemimpinan adalah pengaruh bukan pengaruh. Kita bisa melihat orang menggunakan jabatannya itu untuk memberi pengaruh, bukan karena ia orang yang berpengaruh, tanpa jabatan itu ia tidak akan bias memerintah orang lain. Ketika kita dapat memberi pengaruh pada orang-orang di kantor kita, usulan kita menjadi acuan bagi pimpinan kita, sebenarnya kita sudah menjadi pemimpin sekalipun tidak dalam posisi pemimpin.

4 JENJANG KEPEMIMPINAN
1.      Personal layak dipercaya (intra pribadi)àsifat layak dipercaya
2.      Interpersonal kepercayaan (antar pribadi)àterbangun saling percaya
3.      Manajerial pemberdayaanàbekerjasama dengan orang lain
4.      Organisasional penyelarasanàmengorganisasi, mengarahkan, menggerakkan orang-orang (menyuruh orang bekerja
Dalam jenjang ini jenjang ke 4 adalah jenjang puncak. Seseorang tidak mungkin menempati posisi organisasional jika dia tidak memiliki kemampuan manajerial memberdayakan anggota, supaya kita dapat bekerjasama dengan orang lain, kita harus bisa dipercaya  jika tidak akan sulit bekerjasama, dan jika kita ingin bekerjasama maka kita harus menjadi orang yang layak dipercaya yang bisa bekerjasama dengan orang lain. Tanpa kualitas dasar ini kita miliki maka kepemimpinan itu akan gagal. Harus dimulai dari kita sendiri, bisa dipercaya, dapat bekerjasama dan akhirnya mampu memimpin. Kepemimpinan itu harus dimulai dengan apakah saya pantas dipercaya, terbangun kepercayaan dengan orang lain, dapat bekerjasama, akhirnya memimpin. Setiap tahap penting, tidak dapat dilompati.

Yusuf  selalu menjadi orang yang dipercaya dimanapun dia berada (dalam rumah Potifar, dalam penjara, hingga menjadi orang kedua setelah raja). Sebagai budakpun Yusuf layak dipercaya. Daniel tidak ditemukan melakukan satu kesalahanpun, menjadi orang yang dipercaya selama 5 pemerintahan raja yang berbeda, pastilah mereka bukan hanya layak dipercaya tetapi juga mereka memiliki kemampuan yang baik.
LAYAK DIPERCAYA dapat dilihat dari karakter dan ketrampilan. Orang yang secara karakter baik, ramah tetapi jika tidak memiliki ketrampilan tidak akan berguna, sebaliknya orang yang memiliki ketrampilan tapi karakternya buruk juga bukan seorang yang layak dipercaya.

A.     PERSONAL LAYAK DIPERCAYA
Ciri-ciri TIDAK LAYAK Dipercaya
1.      Sangat dipengaruhi lingkungan fisik. Faktor fisik menjadi alasan tidak optimal seperti cuaca, sibuk, memilih faktor fisik menjadi pengendali
2.      Sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Perilaku orang lain pengendali kita, misalnya ditegur atasan atau penilaian/komentar orang lain menjadi penghalang untuk bisa optimal bekerja.
3.      Berfokus pada kelemahan orang lain Mat 25 : 14-30. Perumpamaan tentang talenta ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki satu talenta fokus pada kelemahan orang lain (menganggap tuannya kejam) alat pembenar. Ketika kita fokus pada kelemahan orang lain, kita memberi kekuatan pada kelemahan orang lain untuk mengendalikan kita.
4.      Berharap sesuatu diluar sana yang berubah. Berharap orang lain yang berubah. Kalimat “JadilahTeladan” itu berarti terus  memperbaiki diri, tingkatkan kemampuan dan karakter, ini ciri orang yang layak dipercaya.
5.      Bahasanya membebaskan diri dari tanggungjawab. Kelemahan tidak dianggap sebagai tanggung jawab untuk memperbaiki.
6.      Suka berbohong/mengaburkan, memakai alasan yang masih bisa diatasi untuk tidak melakukan tanggungjawab.

Ciri-ciri LAYAK DIPERCAYA
1.      Digerakkan oleh nilai. 1  Kor  4:11-13, kelaparan, kehausan, hidup mengembara, melakukan pekerjaan yang berat (lingkungan fisik) tidak membuat Paulus mundur. Lingkungan fisik tidak terlalu mempengaruhi dia. Caci maki, pemukulan, penganiayaan (lingkungan sosial) tidak membuat Paulus patah semangat, tidak membuat dia mundur. Lingkungan sosial tidak dibiarkan mengendalikan semangat pelayanannya. Paulus berkata “Siap sedialah, baik atau tidak baik waktunya..”  nilai yang ada pada dirinya itulah yang menggerakkan Paulus memberitakan Injil. Kol 1:28-29 “Dialah yang kami beritakan…itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan. Roma 1:14-15 “Aku orang berhutang…Itulah sebabnya aku ingin memberitakan Injil”. Faktor penggeraknya dari dalam dirinya
2.      Mengendalikan/menguasai diri
1 Kor 9:27 “Tetapi aku melatih tubuhku dan mengasainya seluruhnya…” 1 Kor 4:11-13 : ketika dimaki memberkati, dianiaya sabar, difitnah menjawab dengan ramah.
Apakah ketika Paulus dimaki otomatis dia memberkati, sama sekali tidak terlintas pemikiran untuk balas memaki? Apakah ketika dianiaya, secara langsung dia sabar, seolah-olah sudah diprogram seperti itu dan tidak ada keinginan untuk berontak atau melarikan diri? Apakah ketika difitnah langsung menjawab dengan ramah, tanpa ada pergulatan dalam dirinya? Tentu tidak. Pasti ada pergumulan dalam dirinya, pasti ada banyak alternatif tindakan atau sikap yang terdorong untuk dilakukan, karena itulah dia perlu menguasai diri. Paulus perlu menguasai diri untuk memilih tindakan yang akan dilakukannya. Orang-orang yang layak dipercaya sadar, bahwa apapun yang dilakukannya adalah karena dipilih untuk dilakukan, bukan karena terpaksa. Bagi orang-orang ini, tidak ada yang terpaksa untuk dilakukan, semua dilakukan karena dipilih untuk dilakukan. Jika saya marah, kecewa, sakit hati, itu terjadi karena saya memilih untuk marah, kecewa, sakit hati bukan karena terpaksa. Sebab bukan yang terjadi pada kita yang lebih menyakitkan, tapi yang lebih menyakitkan adalah bagaimana kita menanggapinya. Orang yang tidak layak dipercaya tidak menyadari pilihan itu, mereka reaktif, ketika dicaci, dihina, diusir, maka rekasinya adalah mencaci, menghina dan sakit hati. Orang yang layak dipercaya tidak demikian, mereka proaktif. Ketika dicaci, dihina, diusir, mereka memberkati, mendoakan.

DAERAH PILIHAN Dimaki, dibenci, sakit hati, didoakan, diberkati
 



Aksi                                                       Reaksi
Dihina, dicaci, diusir                              berkati, doakan

Ada daerah pilihan untuk memilih balas mencaci atau memberkati dan mendoakan. Inti kepemimpinan terletak pada jarak antara aksi dan reaksi. Kualitas hidup ditentukan bagaimana kita memanfaatkan ruang diantara eksi dan reaksi
Mengapa hanya sedikit diantara kita yang melakukan sesuatu sebaik pengetahuan kita? Mengapa kita tidak melakukan apa yang kita tahu harus kita lakukan? Karena kita mengabaikan tali penghubung antar pengetahuan dan kelakuan kita. Kita tidak memilih respon kita. Sumber respon kita sebagai orang-orang percaya dan sumber kekuatan kita untuk melakukannya adalah firman Allah. Band. 2 Tim 3:16
3.      Mereka bekerja pada lingkaran pengaruhnya bukan lingkaran keperdulian kita yang tidak bisa kita kuasai, seperti pujian atau teguran  dari atasan tidak seharusnya mempengaruhi kita. Semakin banyak mereka bergerak pada lingkaran pengaruhnya, semakin banyak hal diluar lingkaran pengaruh itu yang mereka pengaruhi. Ketika kita bekerja dengan kinerja yang baik, akhirnya atasan kita juga dapat semakin mempercayai kita dan memberi pengaruh bagi pimpinan kita. Mereka memberi teladan.
B.     INTERPERSONAL
Pada saat masih bayi, Orang lain sumber kehidupannya, menjadi Beban bagi orang lain, Tidak produktif, Tidak bisa hidup sendiri, Resultan (-)àTERGANTUNG. Pada saat remaja, Cukup bagi diri sendiri, Tidak membebani orang lain, Tidak menyumbang pada orang lain, Resultan (1)à MANDIRI. Pada saat dewasa, siap menyumbang potensi pada orang lain, Orang lain sumbang pada kita, Resultan (> 2, 3, 4 dst)àSALING TERGANTUNG hanya dapat dibangun jika ada saling percaya
KETERGANTUNGAN BISA TERUS BERLANJUT
·         Sangat dipengaruhi lingkungan sosial
·         Sangat dipengaruhi lingkungan fisik
·         Berfokus pada kelemahan orang lain
·         Berharap sesuatu diluar sana yang berubah
·         Bahasa yang membebaskan diri
·         Suka mengaburkan

Ketika kita belum bisa berdiri diatas kaki kita sendiri tidak mungkin kita diikutsertakan dalam lari estafet
ENAM PARADIGMA INTERAKSI MANUSIA
1.      Menang/Menang à Prinsip Kepemimpinan Antar Pribadi . Melihat kehidupan sebagai arena koperatif bukan kompetitif, melihat CARA LAIN/ ALTERNATIF YG LBH BAIK
2.      Menang/Kalah. Pendekatannya  Otoriter, suka memaksakan kehendak, harus mendapat apa yang diinginkan, kurang menghargai orang lain
3.      Kalah/Menang. “Saya kalah, anda menang”, tidak mempunyai pendirian, hanya menyenangkan/memnuhi tuntutan orang lain, disukai banyak orang karena selalu menuru. Orang Menang/Kalah menyukai Kalah/Menang
4.      Kalah/Kalah. Dua orang Menang/Kalah berkumpul,  Ulet, Berkepala batu, Egois“Dari pada tu ho, tumagon tu begu”
5.      Menang. Yang penting mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak harus menginginkan orang kalah. Mengamankan tujuannya sendiri dan menyerakan kepada orang lain tujuan mereka
6.      Menang/Menang atau Tidak Sama SekaliJika kita tidak sepakat memperoleh solusi yang akan menguntungkan kita berdua kita “sepakat untuk tidak sepakat”“Saya tidak mau mendapatkan apa yang saya inginkan dan membuat anda merasa tidak enak. Sebaliknya, saya rasa anda tidak akan merasa senang, jika anda mendapatkan apa yang anda inginkan sementara saya menyerah”

YANG MANA YANG TERBAIK? TERGANTUNG
Supaya kita bisa berelasi dengan orang lain adalah BERUSAHA MENGERTI TERLEBIH DAHULU bukan berusaha untuk dimengerti. Jika kita tidak yakin seseorang itu tidak mengerti tentang kita, maka nasehat baik tidak akan bermanfaat. Kita dapat mengerti orang lain, kita harus mau mendengar.
Empat dasar komunikasi : berbicara, mendengar, menulis, membaca
Empat tingkatan mendengar :
1.      Mengabaikan. Kita tidak benar-benar mendengarkan, hanya berpura-pura mendengarkan
2.      Mendengar secara selektif, hanya mendengar bagian-bagian tertentu dari percakapan
3.      Mendengar secara atentif. Kita menaruh perhatian hanya pada kata-kata yang diucapkan. Mendengar hanya untuk menjawab
4.      Mendengarkan empatik. Mendengar dengan maksud untuk mengerti, untuk melihat dunia dengan cara mereka melihat untuk merasakan perasaan mereka. Dalam mendengar empatik, anda tidak akan mengevaluasi (benar-salah, setuju-tidak setuju), tidak akan menyelidik, tidak akan menafsirkan dan tidak akan menasehati sebelum benar-benar memahami. Intisari mendengar empatik bukanlah anda setuju dengan seseorang, tetapi anda sepenuhnya secara mendalam mengerti orang itu baik secara emosional maupun intelekual

C.     MANAJERIAL :tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan bersama orang lain (team). Pada jenjang ini masing-masing kita bertanggung jawab untuk saling memberdayakan, untuk menggali potensi setiap orang. Empat langkah pemberdayaan:
1.      Akui bahwa mereka terampil, punya kemampuan dan potensi yang besar untuk digali. Bagaimana kita memandang seseorang begitu kita memperlakukannya. Perlakuan kita bergantung pada cara pandang kita
2.      Libatkan mereka. Komitmen akan muncul dari keterlibatan. Ketika orang terlibat, mereka akan merasa memiliki. Dan jika seseorang telah mempunyai rasa memiliki dia akan bersedia memberi. Sebab bagaimana mungkin seseorang memberi, jikalau dia bahkan tidak memiliki? Apabila orang terlibat dalam permasalahan (turut memiliki) mereka akan sungguh-sungguh mencari solusi.
3.      Hargai perbedaan. Inti sari kerjasama kreatif adalah adanya penghargaan akan perbedaan. Kunci untuk menghargai perbedaan adalah menyadari bahwa semua orang melihat dunia, bukan sebagaimana dunia adanya, tetapi sebagaimana mereka adanya
4.      Pendelegasian. Ketika anda mendelegasikan, anda mendorong orang untuk bertumbuh. Ketika anda menolak untuk mendelegasikan, anda memboroskan sangat banyak waktu dan menurunkan produktifitas. Anda akan menjadi orang kunci yang terkunci.

Dua jenis pendelegasian :
1.      Pendelegasian suruhan . Kerjakan ini, kerjakan itu, beritahu saya kalau sudah selesai. Pendelegasian pengawasan, pendelegasian yang kurang efektif
2.      Pendelegasian Pengurusan. Pendelegasian yang berfokus pada hasil dan bukan metode. Pendelegasian ini memerlukan pengertian timbal balik yang jelas dan terbuka serta adanya komitmen sehubungan dengan harapan dalam 5 bidang yaitu :
·         Hasil yang diinginkan. Apa yang harus dicapai bukan bagaimana mencapainya, hasil, bukan metode
·         Patokan. Bukakan apa yang tidak boleh, rambu-rambu apa yang harus dihindari, dan jangan bukakan apa yang harus dikerjakan, biarkan tanggungjawab dimanfaatkan untuk mencapai hasil
·         Sumber daya. Identifikasi sumber daya manusia, keuangan, teknis yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai hasil
·         Tanggung jawab. Bukakan perangkat evaluasi
·         Konsekuensi. Bukakan apa yang akan menjadi konsekuensi keberhasilan atau kegagalan mereka dalam melakukan tugas
Kelima elemen ini harus dimengerti secara jelas oleh kedua belah pihak, sehingga tidak timbul kekecewaan karena tidak terpenuhinya harapan.


D.    ORGANISASIONAL :Penyelarasan seluruh potensi untuk mencapai tujuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...