Keluaran 17:8-16
Amalek adalah bangsa
bebuyutan Israel secara khusus dalam
perjalanan di padang gurun keluar dari Mesir menuju Kanaaan. Amalek adalah
keturunan dari Esau sementara Israel adalah keturunan dari Yakub. Amalek adalah
bangsa yang terbiasa hidup di dalam daerah yang keras, kering dan tentu alam
menempa mereka menjadi pejuang-pejuang yang ahli dalam peperangan. Mereka bisa
bertahan hidup karena mereka bisa membangun kekuatan secara fisik. Sebagai
sebuah bangsa yang mencoba mempertahankan eksistensinya, mereka harus
mengandalkan kekuatan perang. Amalek sangat serius mengganggu Israel dan inilah
musuh pertama yang harus dilawan Israel dalam peperangan. Dari pasal 15 dapat
kita lihat, bahwa setelah Israel mengalami mujizat yang hebat dalam peristiwa
terbelahnya laut Teberau, nyanyian dinyatakan sebagai sebuah kemenangan. Di
Mara dan Elim mereka menemukan
kesulitan, tidak ada air, tetapi di sana Allah mengubah air yang pahit menjadi
air yang bisa diminum. Mara/Maria: pahit. Apa yang membuat air itu berubah?
Dengan dilemparkan sepotong kayu, lalu air pahit berubah menjadi manis. Lalu
Tuhan mengingatkan kepada mereka, bahwa kesetiaan mereka adalah sumber berkat,
kalau tidak taat mereka akan mengalami berbagai masalah.
Bagaimana mereka
menghadapi musuh yang sangat hebat ini? Jika dibandingkan dengan Israel sebagai
suatu bangsa, apakah mereka memiliki waktu untuk latihan perang supaya
setidaknya ada persiapan untuk menghadapi perang. Kalau dilihat dari perikop
sebelumnya, mereka dikejar oleh tentra Mesir, dan didepan mereka ada laut
Teberau, Musa dipakai Tuhan untuk membelah laut itu dengan tongkatnya, tidak ada
keterlibatan orang Israel, juga pada ada
peristiwa 10 tulah yang terjadi di Mesir,
semuanya Allah yang bertindak. Selama 400 tahun di Mesir sebagai budak,
orang Israel tidak pernah berperang. Mereka bekerja dalam penindasan di Mesir.
Sampai mereka bertemu Amalek, orang Israel tidak memiliki kemampuan untuk
berperang. Musa meminta Yosua untuk memilih orang-orang yang dapat berperang
melawan Amalek (Kel 17:9). Dengan kriteria apakah Yosua memilih mereka? Hanya
Musalah yang sebenarnya memiliki pengalaman berperang karena bertahun-tahun
hidup di istana Mesir. Yosua tidak sedikitpun bersoal jawab dengan Musa, tidak
mengeluh dengan situasi apapun. Musa sudah sangat yakin bahwa Allah yang telah
memimpin mereka keluar dari Mesir, adalah Tuhan yang bisa diandalkan. Dari
pengenalan dan pemahaman Musa dengan karya-karya Allah, Musa yakin akan Tuhan
yang dapat diandalkan. Mari kita sebagai alumni berpegang pada mengandalkan
Tuhan dalam segala hal. Keberhasilan-keberhasilan dalam karir, jabatan, adalah
amanah yang harus kita syukuri, di sisi lain itu bisa menjadi godaan untuk
menggeser fokus kita, pengandalan yang seharusnya tertuju kepada Tuhan menjadi
mengandalkan kekuatan sendiri. Allah yang kita sembah adalah Allah yang layak
kita andalkan.
Musa menularkan imannya yang teguh kepada Yosua dengan berkata “Besok
aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku”(ay 9b). Sejak
kapan tongkat itu menjadi tongkat Allah? Itu adalah tongkat yang dipakainya
menggembalakan ternak. Tuhan telah memakai tongkat itu menunjukkan kuasaNya
dengan mengeluarkan ular dari tongkat itu didepan Firaun, tongkat itu juga
telah membelah Laut Teberau. Dengan tongkat itulah Musa akan berdiri menghadapi
peperangan. Allah yang kita sembah adalah Allah yang memberi kemenangan, hanya
Allah yang dapat kita andalkan. Banyak alumni kita mengalami kemerosotan secara
iman, mungkin karena mengandalkan Tuhan dalam hidupnya sudah bergeser menjadi
pengandalan diri sendiri.
Yosua melakukan seperti
yang dikatakan Musa kepadanya “(ay 10), Yosua tidak mengeluh tentang
keterbatasan SDM menghadapi peperangan, ia taat. Ketaatan adalah keharusan bagi
orang-orang percaya. Adam dan Hawa dilarang Tuhan memakan buah pohon yang ada
di tengah taman, Tuhan menuntut ketaatan Adam dan Hawa pada perintah Allah.
Ketidaktaatan Israel kepada Allahlah yang seringkali membawa Israel kepada
masalah. Kita baca Yoh 14:19-23, ketika kita berkata mengasihi Yesus di saat
yang sama dituntut ketaatan pada Yesus. Ketaatan itu satu paket dengan kasih.
Yosua taat, mengerjakan bagiannya, menjalankan apa yang diperintah Musa.
Dalam sebuah perjalanan,
kita membutuhkan teman-teman. “Tetapi Musa, Harun dan Hur telah telah naik ke
puncak bukit”(ayat 10). Harun dan Hur menopang tangan Musa, ketika tangan Musa
naik, Israel menang, ketika tangan Musa turun, Israel kalah. Apa hubungan
antara tangan yang terangkat itu menjadi kemenangan? Tangan Musa terangkat
sebagai tanda penyerahan total, pengandalan kepada Tuhan. Butuh teman untuk
membuat kita bertahan setia dalam Tuhan. Mari terus memiliki sahabat yang bisa
saling menopang, terlibat dalam persekutuan/pelayanan, sehingga kita tetap
memiliki kehangatan dalam Tuhan. Doa pribadi yang tetap terjaga, penting untuk
dipelihara. Israel memenangkan peperangan ini. “Tuliskanlah semuanya ini dalam
sebuah kitab sebagai tanda peringatan dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa
Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit”(ay
14). Tuhan bekerja secara tuntas dan Amalek di era modern ini tidak di temukan
lagi namanya.
Ayat 15 “Tuhanlah
panji-panjiku”. Allahlah sumber kemenangan dan firman menjamin kita lebih dari
pemenang. Mari menjalani hidup dengan kekuatan seperti ini, jaga kehidupan
rohani ini.
SOLIDEO GLORIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar