Jumat, 13 Oktober 2017

MENGANDALKAN KUASA TUHAN

Oleh : Pdt.Parlindungan Situmorang, MTh



Keluaran 17:8-16

Amalek adalah bangsa bebuyutan Israel secara khusus  dalam perjalanan di padang gurun keluar dari Mesir menuju Kanaaan. Amalek adalah keturunan dari Esau sementara Israel adalah keturunan dari Yakub. Amalek adalah bangsa yang terbiasa hidup di dalam daerah yang keras, kering dan tentu alam menempa mereka menjadi pejuang-pejuang yang ahli dalam peperangan. Mereka bisa bertahan hidup karena mereka bisa membangun kekuatan secara fisik. Sebagai sebuah bangsa yang mencoba mempertahankan eksistensinya, mereka harus mengandalkan kekuatan perang. Amalek sangat serius mengganggu Israel dan inilah musuh pertama yang harus dilawan Israel dalam peperangan. Dari pasal 15 dapat kita lihat, bahwa setelah Israel mengalami mujizat yang hebat dalam peristiwa terbelahnya laut Teberau, nyanyian dinyatakan sebagai sebuah kemenangan. Di Mara  dan Elim mereka menemukan kesulitan, tidak ada air, tetapi di sana Allah mengubah air yang pahit menjadi air yang bisa diminum. Mara/Maria: pahit. Apa yang membuat air itu berubah? Dengan dilemparkan sepotong kayu, lalu air pahit berubah menjadi manis. Lalu Tuhan mengingatkan kepada mereka, bahwa kesetiaan mereka adalah sumber berkat, kalau tidak taat mereka akan mengalami berbagai masalah.
Bagaimana mereka menghadapi musuh yang sangat hebat ini? Jika dibandingkan dengan Israel sebagai suatu bangsa, apakah mereka memiliki waktu untuk latihan perang supaya setidaknya ada persiapan untuk menghadapi perang. Kalau dilihat dari perikop sebelumnya, mereka dikejar oleh tentra Mesir, dan didepan mereka ada laut Teberau, Musa dipakai Tuhan untuk membelah laut itu dengan tongkatnya, tidak ada keterlibatan orang Israel, juga pada  ada peristiwa 10 tulah yang terjadi di Mesir,   semuanya Allah yang bertindak. Selama 400 tahun di Mesir sebagai budak, orang Israel tidak pernah berperang. Mereka bekerja dalam penindasan di Mesir. Sampai mereka bertemu Amalek, orang Israel tidak memiliki kemampuan untuk berperang. Musa meminta Yosua untuk memilih orang-orang yang dapat berperang melawan Amalek (Kel 17:9). Dengan kriteria apakah Yosua memilih mereka? Hanya Musalah yang sebenarnya memiliki pengalaman berperang karena bertahun-tahun hidup di istana Mesir. Yosua tidak sedikitpun bersoal jawab dengan Musa, tidak mengeluh dengan situasi apapun. Musa sudah sangat yakin bahwa Allah yang telah memimpin mereka keluar dari Mesir, adalah Tuhan yang bisa diandalkan. Dari pengenalan dan pemahaman Musa dengan karya-karya Allah, Musa yakin akan Tuhan yang dapat diandalkan. Mari kita sebagai alumni berpegang pada mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Keberhasilan-keberhasilan dalam karir, jabatan, adalah amanah yang harus kita syukuri, di sisi lain itu bisa menjadi godaan untuk menggeser fokus kita, pengandalan yang seharusnya tertuju kepada Tuhan menjadi mengandalkan kekuatan sendiri. Allah yang kita sembah adalah Allah yang layak kita andalkan.
Musa menularkan imannya  yang teguh kepada Yosua dengan berkata “Besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang  tongkat Allah di tanganku”(ay 9b). Sejak kapan tongkat itu menjadi tongkat Allah? Itu adalah tongkat yang dipakainya menggembalakan ternak. Tuhan telah memakai tongkat itu menunjukkan kuasaNya dengan mengeluarkan ular dari tongkat itu didepan Firaun, tongkat itu juga telah membelah Laut Teberau. Dengan tongkat itulah Musa akan berdiri menghadapi peperangan. Allah yang kita sembah adalah Allah yang memberi kemenangan, hanya Allah yang dapat kita andalkan. Banyak alumni kita mengalami kemerosotan secara iman, mungkin karena mengandalkan Tuhan dalam hidupnya sudah bergeser menjadi pengandalan diri sendiri.
Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya “(ay 10), Yosua tidak mengeluh tentang keterbatasan SDM menghadapi peperangan, ia taat. Ketaatan adalah keharusan bagi orang-orang percaya. Adam dan Hawa dilarang Tuhan memakan buah pohon yang ada di tengah taman, Tuhan menuntut ketaatan Adam dan Hawa pada perintah Allah. Ketidaktaatan Israel kepada Allahlah yang seringkali membawa Israel kepada masalah.  Kita baca Yoh 14:19-23,  ketika kita berkata mengasihi Yesus di saat yang sama dituntut ketaatan pada Yesus. Ketaatan itu satu paket dengan kasih. Yosua taat, mengerjakan bagiannya, menjalankan apa yang diperintah Musa.
Dalam sebuah perjalanan, kita membutuhkan teman-teman. “Tetapi Musa, Harun dan Hur telah telah naik ke puncak bukit”(ayat 10). Harun dan Hur menopang tangan Musa, ketika tangan Musa naik, Israel menang, ketika tangan Musa turun, Israel kalah. Apa hubungan antara tangan yang terangkat itu menjadi kemenangan? Tangan Musa terangkat sebagai tanda penyerahan total, pengandalan kepada Tuhan. Butuh teman untuk membuat kita bertahan setia dalam Tuhan. Mari terus memiliki sahabat yang bisa saling menopang, terlibat dalam persekutuan/pelayanan, sehingga kita tetap memiliki kehangatan dalam Tuhan. Doa pribadi yang tetap terjaga, penting untuk dipelihara. Israel memenangkan peperangan ini. “Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit”(ay 14). Tuhan bekerja secara tuntas dan Amalek di era modern ini tidak di temukan lagi namanya.

Ayat 15 “Tuhanlah panji-panjiku”. Allahlah sumber kemenangan dan firman menjamin kita lebih dari pemenang. Mari menjalani hidup dengan kekuatan seperti ini, jaga kehidupan rohani ini. 



SOLIDEO GLORIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...