A.
Dasar
Pernikahan
Kejadian 2:18-20.
Dalam
Kej 1 Allah menciptakan segala sesuatu dengan segala sesuatu dari yang tidak
ada menjadi ada hanya dengan berfirman
dengan kekuasaanNya dan kesempurnaanNya. FirmanNya yang hidup berkuasa
menciptakan segala sesuatu. Di dalam kacamata Allah segala sesuatu itu
semourna. Jika Allah memandang sesuatu itu baik, maka itulah yang terbaik.
:tidak baik jika manusia itu seorang diri saja”
Keluarga
adalah inisiatif Allah (Kej 2:18). Allah yang mempertemukan seorang laki-laki (tidak menjumpai penolong yang
sepadan, Kej 2:20c) dengan seorang perempuan
(diciptakan Tuhan Allah dari rusuk manusia, dengan membuatnya tidur nyenyak,
Kej 2:21-22), kemudian membawa perempuan itu kepada manusia (Kej 2:22c), memberkati dan
menyertai keluarga tersebut. Karena keluarga adalah inisiatif Allah, Allahlah yang bertanggung jawab mempertemukan
laki-laki dan perempuan, Allah yang bertanggungjawab menyertai pernikahan
manusia. Kepada keluarga tersebut, Tuhan
Allah memberikan mandat dan perintah untuk taat kepada-Nya, (Kej 2: 15; Kej
2:16-17).
Empat
prinsip kunci dalam membangun fundasi pernikahan yang Alkitabiah ( sebelum kejatuhan manusia
ke dalam dosa) dalam Kej 2: 24-25, yaitu : (1)
seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya → keterpisahan/satu
loyalitas yang baru. Ketika belum menikah kita memiliki keluarga dengan
loyalitas kepada orangtua dan keluarga dan setelah menikah, kita akan loyalitas
kepada pasangan kita. (2) bersatu dengan isterinya → bersifat permanen/komitmen,
sehingga keduanya menjadi satu daging → kesatuan/keterikatan, dan (3)
telanjang dan tidak merasa malu → keintiman/rasa saling percaya.
(4)Dasar pernikahan setelah manusia
jatuh dalam dosa tidak berubah (sebelum manusia jatuh dalam dosa)
berdasarkan perkataan Tuhan Yesus, dalam Matius 19:1-6. Allah menghendaki kedua orang yang menikah memasuki ikatan
kesatuan fisik, emosi dan rohani yang baru; ikatan kesatuan ini permanen dan
tidak boleh diputuskan. Tidak ada pernikahan yang dapat dipisahkan kecuali oleh
kematian.
B. Tujuan Pernikahan Kristen
Prinsip-prinsip
setiap keluarga yang sudah dipersatukan dalam pernikahan kudus, pasti
menginginkan menjadi keluarga yang
berkenan kepada Tuhan, ini nampak dari doa-doa yang ditulis dalam undangan.
Kita akan belajar dari Firman Tuhan, keluarga seperti apa yang dikehendaki
Tuhan.
1.
Keluarga yang bertumbuh bersama
(growth) menjadi satu Kej 1: 24; Mat
19:5 dan Ef 5:31. Allah menghendaki kedua orang yang menikah memasuki ikatan
kesatuan fisik, emosi dan rohani baru; ikatan kesatuan ini bersifat permanen
dan tidak boleh diputuskan.
2.
Keluarga yang berpusatkan kepada Kristus : Ef
5:32
Tiap
keluarga harus berpusatkan pada Kristus, tanpa Kristus tidak mungkin 1+1 =1. .
suami dan istri harus sama-sama semakin dekat dengan Kristus, sehingga jika
suami-istri akan semakin dekat juga relasinya. Dalam keberdosaan kita, tidak
sanggup untuk menerima pasangan kita tanpa Kristus. Setiap keluarga pasti
pernah mengalami konflik, tetapi dengan kehadiran Kristus semua konflik akan
sanggup dihadapi. Di luar Kristus kita tidak sanggup mengampuni pasangan
kita. Dalam segitiga ini menunjukkan
kita harus memiliki relasi yang baik dengan Kristus. Keluarga bukan saja
rencana Allah, tetapi pelaksana kehendak
Allah. Suami-istri terus menerus
berjuang memiliki relasi dengan Allah. Saat teduh, doa secara pribadi dan
bersama-sama itulah komitmen Yosua ( Yosua 24:15c). Ketika suami-istri berpisah
karena pekerjaan, maka sebelum memutuskan, berdoalah dan mendiskusikan dengan
baik, karena ada konsekwensinya yang harus ditanggung: 1 Kor 7:5
3. Keluarga yang Menghasilkan keturunan ilahi: Malaeki 2:15
1)
Allah inginkan pernikahan orang
percaya menghasilkan keturunan ilahi, jadi anak-anak Allah. Ketika anak
diberikan kepada kita, kita memilkiki tanggung jawab untuk membesarkan mereka
menjadi anak-anak Allah yang mencintai Tuhan.
2)
Adalah tanggung jawab orangtua
Kristen untuk menolong anak-anak mereka mengenal Tuhan dan percaya kepada
Tuhan. Ini dapat dilakukan melalui kesaksian hidup orangtua melalui pengajaran
orangtua tentang nilai-nilai hidup yang akan menjadi poedoman bagi anak-anak,
sehingga anak-anak dididik dengan pemahaman rohani yang baik.
3)
Mereka bersaksi melalui hidup dan
kata-kata agar anak-anak mereka mau mentaati firman Tuhan
4)
Jika anak- anak mereka belum
lahir baru dan menjadi murid Kristus
maka tugas mereka belum selesai : KPR 18:2-3; 11:24-28, Roma 16:3-5a.
tanggung jawab sebagai orangtua adalah membawa anak-anak untuk percaya dengan
sungguh-sungguh dan lahir baru.
4. Keluarga melakukan misi: Kej 1:28; Mat 28:18-20.
Contoh
keluarga Aquila dan Priskila : KPR
18:2-3; 11:24-28, Roma 16:3-5a. ketika kita menikah, pikirkanlah pelayanan apa
yang akan dikerjakan bersama-sama
C. Menikah: Anugrah atau Musibah
Pernikahan menjadi anugrah atau musibah
dipengaruhi oleh pengaruh internal dan eksternal. Pengaruh internal yang mempengaruhi pernikahan, misalnya
perbedaan dua orang yang menikah karena
perbedaan latar belakang (suku, selera,pendidikan, latar belakang
keluarga, hobi dan lainnya). Pengaruh eksternal keluarga yang ikut campur,
kawan-kawan lama yang mungkin berpengaruh, dan lainnya. Pernikahan menjadi
anugerah jika pernikahan itu dijalani dengan ketaatan pada Tuhan, dan
pernikahan menjadi musibah jika pasangan memilih untuk tidak taat pada Tuhan.
Keluarga
dalam PL: hal-hal yang mempengaruhi
pernikahan.
1.
Keluarga Abraham: sepakat
berdusta bahwa Sarai adalah saudaranya kepada raja , anak, calon isteri bagi Ishak. Ketika
pasangan memilih untuk tidak taat, maka pernikahan dapat menjadi musibah. Sarai
ambil solusi sendiri dengan memberikan Hagar kepada Abraham. Ketika Sarai
memilih untuk mencari solusi sendiri, hal inilah menjadi konflik di kemudian
hari. Tidak ada jaminan tidak akan ada masalah, tetapi kita harus memilih untuk
tetap taat kepada Tuhan. Untuk memilih calan istri Ishak, Abraham memilih untuk
taat pada Tuhan dalam mencari teman hidup Ishak. Keluarga Abraham ada saatnya
mereka jatuh dan mengalami masalah, ada jatuh bangun yang dialami, tetapi yang
penting adalah dating kepada Tuhan
2.
Keluarga Ishak: anak keturunan;
berkat menjadi konflik, tapi solusinya datang kepada Tuhan. Ribka seorang yang
mandul tetapi Ishak memilih untuk meminta pertolongan Tuhan dan akhirnya mereka
memiliki anak Yakub dan Esau. Hal yang tidak mungkin bagi manusia, adalah hal
yang mungkin bagi Allah
3.
Keluarga Yakub: perbedaan
komunikasi diantara anak-anak; ada iri hati karena perbedaan perlakuan (Yakub)
4.
Keluarga Daud: perselingkuhan; dan
konsekwensi karena dosa tersebut, sehingga anak itu meninggal dan terjadi
perpecahan kerajaan di pimpin oleh anak Daud di kemudian hari.
Dari
keluarga-keluarga dalam PL ini kita melihat jika pasangan-pasangan memilih
tidak taat, maka masalah akan muncul.
Keluarga dalam PB:
1.
Zakaria dan Elisabeth sudah lama
tidak memiliki anak, tetapi mereka tetap taat kepada Tuhan, hingga akhirnya
Tuhan mengaruniakan anak. Menikah tidak harus memiliki keturunan, tidak berarti
jika pasangan tidak memiliki anak, menjadi ketidakbahagiaan dalam keluarga.
2.
Ananias dan Safira: mereka mau
melakukan pekerjaan untuk Tuhan tetapi sepakat untuk berdusta dan akhirnya
mengalami kematian. Ketika pasangan memilih untuk berdusta mungkin ini bisa
dikatakan pernikahan yang menjadi musibah.
Apa
perbedaan pernikahan Kristen dan dunia?
·
Pernikahan dunia ini tujuannya
adalah supaya berbahagia.
·
Pernikahan dunia ini pusatnya
adalah diri sendiri (suami-istri), sehingga wajarlah jika merasa tidak bahagia,
memilih untuk berpisah. Siapapun tidak akan bisa membahagiakan kita kecuali
oleh Kristus, bukan pasangan yang bisa membahagiakan kita.
Pernikahan
menurut alkitab adalah, pasangan itu
harus bertumbuh bersama , kebahagiaan itu adalah anugerah dari Allah jika kita
taat kepada Allah. Tidak ada pertumbuhan yang makin hari makin sempurna kecuali
dalam pernikahan. Karena didalam pernikahanlah, pasangan akan mengenal
secara dalam, ada sebuah perjuangan
didalam Tuhan untuk saling menerima. Pernikahan Kristen, pusatnya Kristus. Jika
salah satu pasangan saja yang taat, pernikahan itu akan gagal, sehingga
kelanggengan pernikahan membutuhkan perjuangan kedua pihak. Jadi tujuan
pernikahan Kristen adalah bertumbuh bersama dengan karakter yang sama, walaupun
kadang ada sakit hati tetapi kita akan
bisa saling mengampuni dan sama-sama taat. Dengan tujuan pernikahan seperti
itu, tentulah tidak mudah memutuskan untuk menikah, bukan sekedar coba-coba.
Perlu kita pikirkan, apa kriteria teman hidup saya supaya tercapai tujuan
permikahan Kristen. Dan bagi yang sudah menikah, tetap harus diresapi apa peran
suami/istri supaya tercapai tujuan pernikahan Kristen.
CS Lewis
:”Kami berpesta dalam cinta, dalam setiap keadaannya, susah maupun senang,
romantis maupun realistis kadang-kadang begitu dramatis ,bagikan badai kadang2
menyenangkan, dan tidak terasa seperti mengenakan sandal yang lunak. Wanita itu
adalah murid dan hamba, teman yang setia, rekan sekapal , teman
seperjuangan yang kupercaya, istri namun pada saat yang sama juga merupakan
teman”. Mari kita menemukan sahabat seumur hidup yang menjadi teman hidup kita.
Apa
yang seharusnya saya cari cari sebagai kriteria pasangan hidup kita : apakah
saya bertumbuh dengan dia, apakah saya bisa mewujudkan rancangan Allah? Hal;
ini akankelihatan dalam masa-masa
pacaran. Bagi yang sudah menikah, bagi suami :“Dapatkah saya memenuhi peran
saya sebagai suami untuk merawat dia,mengayomi dia, mengasihi mendukung dia,
menerima dia apa adanya? Bagi istri :”Apakah saya bisa tunduk pada suami terus
menerus didalam kebenaran untuk mewujudkan rancangan Allah dalam pernikahan?”
Doa
seorang anak Tuhan menjelang pernikahan “Kiranya supaya aku bisa lebih dekat kepadanya.
Tariklah aku lebih dekat kepadaMu daripada kepadanya supaya aku bisa
mengenalnya. Buatlah aku mengenal Engkau lebih daripada mengenalnya supaya aku
bisa mengasihinya dengan kasih yang sempurna dan sepenuh hati. buatlah aku
mengasihi Engkau lebih daripadanya dan lebih dari apapun”
D. PENUTUP
Dalam pernikahan ada janji kepada Tuhan.
Menikah menjadi berkat jika suami isteri terus berjuang menjadi satu. Hidup
dalam kebenaran Firman Tuhan. Menikah menjadi musibah, jika suami dan isteri
memilih tidak taat kepada Firman Tuhan. Ada tiga disiplin rohani untuk menjaga
dan memelihara jiwa pernikahan: (1) beribadah bersama: merenungkan Firman Tuhan
bersama, (2) berdoa bersama, dan (3) melayani bersama. Dengan catatan, suami
isteri hidup dalam kebenaran Firman Tuhan.
SOLIDEO GLORIA