Filipi
4:4-9
Ada orang yang sudah sungguh-sungguh
percaya kepada Tuhan sejak lama sudah
meyakini bahwa ia akan hidup single. Tetapi ada juga yang dalam perjalanan
imannya, baru meyakini dengan persekutuan yang baik kepada Tuhan yang meyakini
akan single, ada juga orang-orang yang usianya sudah “melewati” usia menikah tetapi tetap meyakini
akan menikah. Jadi keputusan untuk tidak menikah, bukan karena tidak ada lagi
harapan untuk menikah. Apa yang disampaikan alkitab tentang bagaimana memilih
pasangan hidup? Apakah cukup hanya sekedar lahir baru, atau harus memiliki
pelayanan dan cinta Tuhan? Kalau melihat Filipi ini, sepertinya ada
kontradiksi, karena penulis pada saat ini, penulis tidak mungkin bersukacita
karena sedang di dalam penjara. Paulus dipenjara tanpa melakukan kesalahan,
tidak mendapat keadilan, dia yang menceritakan kabar baik, tapi dipenjarakan,
dan Paulus berkata harus bersukacita. Sukacita itu tidak datang dari luar,
situasi dari luar seharusnya tidak mempengaruhi kondisi jiwa kita secara
pribadi. Kata bersukacita dalam bahasa aslinya adalah “kegembiraan yang
meluap-luap” yang datang dari dalam bukan dari luar. Jadi setiap orang yang
sudah percaya dalam Kristus, sukacita sejati itu sudah ada dalam hatinya,
sehingga sukacita itu tidak bisa dipengaruhi oleh apapun yang datang dari luar
dirinya, termasuk pergumulan hidupnya. Sukacita yang ada di dalam orang percaya
harus nampak keluar.
Ay 4 “bersukacitalah
senantiasa dalam Tuhan” , ada bersukacita diluar Tuhan, dan ada bersukacita di
dalam Tuhan. Bersukacita di luar Tuhan adalah sukacita yang kita usahakan
dengan uoaya kita. Jika kita memikirkan
dengan cara-cara tertentu dapat memelihara sukacita, hasilnya tidak akan lama,
dan salah besar, karena hanya di dalam Tuhan sukacita kita akan penuh, dan
sukacita itu dari dalam, bersifat permanen/kekal, sukacita yang tidak tergantikan dan kita ekspresikan kepada orang
lain.
Ay 6 “Janganlah hendaknya
kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur”. Kita sering berbicara topik tentang doa tapi sulit untuk
masuk dalam kehidupan doa, kita malas berdoa. Kita perlu memiliki kualitas
dalam doa kita termasuk dalam lamanya berdoa. Akan sulit bagi kita untuk
bersukacita jika waktu-waktu pribadi kita hanya 10-20 menit. Jika kita memiliki
keintiman hubungan dengan Tuhan, kita tidak akan memikirkan lagi apakah kita
masih single atau tidak. Banyak orang berpasangan tetapi tidak merasa
bersukacita, bahkan sebelum menikah juga perlu berbicara tentang komit bersama
dan pelayanan. Ketika menikah, mulai mengalami kemerosotan-kemerosotan,
mempunyai target-target untuk memiliki sesuatu, berbeda dengan target-target
kita ketika masih mahasiswa. Kita harus
berdoa dalam segala hal keinginan kita dalam doa. Dengan memiliki kualitas
hubungan dengan Tuhan, kita akan memiliiki kepekaan mendengar pimpinan Tuhan.
Tanpa memiliki kualitas hubungan pribadi dengan Tuhan, akan sulit bagi kita
mengetahui apa maksud Tuhan dan pimpinanNya memilih pasangan kita. Kita juga
harus merenungkan firman Tuhan yang berbicara tentang memilih pasangan hidup.
“Damai sejahtera Allah
yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus
Yesus”(ay 7). Jika kita melakukan ay 6, maka damai sejahtera Allah akan melampaui
kondisi sedih, galau yang kita alami, sehingga kita merasa tenang. Ay 8”semua
yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang
manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut
dipuji, pikirkanlah semuanya itu”, karena kita memiliki hubungan yang sangat
baik/intim dengan Tuhan tidak akan muncul pikiran-pikiran yang buruk. Sehingga
sekalipun tidak menikah, kita akan tetap merasa sukacita.
Pasangan yang seimbang itu
harus di dalam Tuhan, gelap dan terang tidak bisa bersatu. Jangan memulai
hubungan dengan orang yang belum sungguh-sungguh percaya. 2 Kor 6:14 “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan
orang-orang yang tak percaya.Sebab persamaan apakah yang terdapat antara
kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan
gelap”. Ini berbicara pada ketaatan kita pada Tuhan, belial dan Tuhan tidak
akan bersatu. Melakukan kebenaran firman Tuhan bukan saja memuaskan pikiran
kita tetapi berbicara tentang kebutuhan kita akan Tuhan. Jika kita memilih
untuk tidak menikah, harus dibicarakan dengan seluruh keluarga besar sehingga
dapat mendukung. Perlu diingat bahwa sukacita itu tidak diciptakan dari luar,
tetapi berasal dari dalam, sudah termetrai, sudah mengendalikan. Pauluspun
dalam penderitaannya mengatakan untuk bersukacita. “sekali lagi kukatakan
bersukacitalah” perlu penekanan sekali
lagi untuk bersukacita. Kita seharusnya yang menciptakan sukacita itu bisa
berdampak bagi orang lain. Kualitas hubungan vertikal kita dengan Tuhan akan
membuat kita tetap sukacita. Kita yang sudah sama-sama percaya, haruslah
terlibat dalam pelayanan, mengabarkan kabar sukacita itu sehingga sukacita kita
makin meluap. Apa yang sudah kita pelajari harus dilakukan, jika tidak,
sukacita kita akan tetap terpelihara. Seharusnya kita single dan tetap
bersukacita.
Matius 19:12 “Ada orang
yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan
ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat
dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa
yang dapat mengerti, hendaklah ia mengerti”. Ada orang yang memilih untuk tidak
menikah karena memang ia dilahirkan demikian, cacat sejak lahir. Jika kita
memilih untuk tidak menikah, haruslah dilakukan untuk Kerajaan Sorga, akan
semakin maximal melayani dan mengabarkan kabar baik bagi sesama. Jadi apakah
kita menikah atau tidak, lakukanlah itu untuk Kerajaan Sorga. Dan semua itu
akan membuat kita dapat tetap bersukacita.
SOLIDEO GLORIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar