Jumat, 23 Februari 2018

MENIKAH : ANUGRAH ATAU MUSIBAH

Oleh : Dr.Surya Sembiring &  Dra.Kasihani Sinulingga






A.     Dasar Pernikahan

Kejadian 2:18-20.
Dalam Kej 1 Allah menciptakan segala sesuatu dengan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada  hanya dengan berfirman dengan kekuasaanNya dan kesempurnaanNya. FirmanNya yang hidup berkuasa menciptakan segala sesuatu. Di dalam kacamata Allah segala sesuatu itu semourna. Jika Allah memandang sesuatu itu baik, maka itulah yang terbaik. :tidak baik jika manusia itu seorang diri saja”
Keluarga adalah inisiatif Allah (Kej 2:18). Allah yang mempertemukan seorang laki-laki (tidak menjumpai penolong yang sepadan, Kej 2:20c) dengan seorang perempuan (diciptakan Tuhan Allah dari rusuk manusia, dengan membuatnya tidur nyenyak, Kej 2:21-22), kemudian  membawa perempuan itu kepada manusia (Kej 2:22c), memberkati dan menyertai keluarga tersebut. Karena keluarga adalah inisiatif Allah,  Allahlah yang bertanggung jawab mempertemukan laki-laki dan perempuan, Allah yang bertanggungjawab menyertai pernikahan manusia.  Kepada keluarga tersebut, Tuhan Allah memberikan mandat dan perintah untuk taat kepada-Nya, (Kej 2: 15; Kej 2:16-17).
Empat prinsip kunci dalam membangun fundasi pernikahan  yang Alkitabiah ( sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa) dalam Kej 2: 24-25, yaitu : (1)  seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya → keterpisahan/satu loyalitas yang baru. Ketika belum menikah kita memiliki keluarga dengan loyalitas kepada orangtua dan keluarga dan setelah menikah, kita akan loyalitas kepada pasangan kita. (2) bersatu dengan isterinya → bersifat permanen/komitmen, sehingga keduanya menjadi satu daging → kesatuan/keterikatan, dan (3) telanjang dan tidak merasa malu → keintiman/rasa saling percaya. (4)Dasar pernikahan setelah manusia jatuh dalam dosa tidak berubah (sebelum manusia jatuh dalam dosa) berdasarkan perkataan Tuhan Yesus, dalam Matius 19:1-6. Allah menghendaki  kedua orang yang menikah memasuki ikatan kesatuan fisik, emosi dan rohani yang baru; ikatan kesatuan ini permanen dan tidak boleh diputuskan. Tidak ada pernikahan yang dapat dipisahkan kecuali oleh kematian.

B. Tujuan Pernikahan Kristen
Prinsip-prinsip setiap keluarga yang sudah dipersatukan dalam pernikahan kudus, pasti menginginkan menjadi  keluarga yang berkenan kepada Tuhan, ini nampak dari doa-doa yang ditulis dalam undangan. Kita akan belajar dari Firman Tuhan, keluarga seperti apa yang dikehendaki Tuhan.
1.      Keluarga yang bertumbuh bersama (growth) menjadi satu  Kej 1: 24; Mat 19:5 dan Ef 5:31. Allah menghendaki kedua orang yang menikah memasuki ikatan kesatuan fisik, emosi dan rohani baru; ikatan kesatuan ini bersifat permanen dan tidak boleh diputuskan.
2.       Keluarga yang berpusatkan kepada Kristus : Ef 5:32                 
 




Tiap keluarga harus berpusatkan pada Kristus, tanpa Kristus tidak mungkin 1+1 =1. . suami dan istri harus sama-sama semakin dekat dengan Kristus, sehingga jika suami-istri akan semakin dekat juga relasinya. Dalam keberdosaan kita, tidak sanggup untuk menerima pasangan kita tanpa Kristus. Setiap keluarga pasti pernah mengalami konflik, tetapi dengan kehadiran Kristus semua konflik akan sanggup dihadapi. Di luar Kristus kita tidak sanggup mengampuni pasangan kita.  Dalam segitiga ini menunjukkan kita harus memiliki relasi yang baik dengan Kristus. Keluarga bukan saja rencana Allah, tetapi pelaksana kehendak Allah. Suami-istri terus menerus berjuang memiliki relasi dengan Allah. Saat teduh, doa secara pribadi dan bersama-sama itulah komitmen Yosua ( Yosua 24:15c). Ketika suami-istri berpisah karena pekerjaan, maka sebelum memutuskan, berdoalah dan mendiskusikan dengan baik, karena ada konsekwensinya yang harus ditanggung: 1 Kor 7:5

3. Keluarga yang Menghasilkan keturunan ilahi: Malaeki 2:15
1)      Allah inginkan pernikahan orang percaya menghasilkan keturunan ilahi, jadi anak-anak Allah. Ketika anak diberikan kepada kita, kita memilkiki tanggung jawab untuk membesarkan mereka menjadi anak-anak Allah yang mencintai Tuhan.
2)      Adalah tanggung jawab orangtua Kristen untuk menolong anak-anak mereka mengenal Tuhan dan percaya kepada Tuhan. Ini dapat dilakukan melalui kesaksian hidup orangtua melalui pengajaran orangtua tentang nilai-nilai hidup yang akan menjadi poedoman bagi anak-anak, sehingga anak-anak dididik dengan pemahaman rohani yang baik.
3)      Mereka bersaksi melalui hidup dan kata-kata agar anak-anak mereka mau mentaati firman Tuhan
4)      Jika anak- anak mereka belum lahir baru dan menjadi murid Kristus   maka tugas mereka belum selesai : KPR 18:2-3; 11:24-28, Roma 16:3-5a. tanggung jawab sebagai orangtua adalah membawa anak-anak untuk percaya dengan sungguh-sungguh dan lahir baru.

4. Keluarga melakukan misi: Kej 1:28; Mat 28:18-20.
            Contoh keluarga  Aquila dan Priskila : KPR 18:2-3; 11:24-28, Roma 16:3-5a. ketika kita menikah, pikirkanlah pelayanan apa yang akan dikerjakan bersama-sama
C.  Menikah: Anugrah atau Musibah
Pernikahan menjadi anugrah atau musibah dipengaruhi oleh pengaruh internal dan eksternal. Pengaruh internal  yang mempengaruhi pernikahan, misalnya perbedaan dua orang yang menikah karena  perbedaan latar belakang (suku, selera,pendidikan, latar belakang keluarga, hobi dan lainnya). Pengaruh eksternal keluarga yang ikut campur, kawan-kawan lama yang mungkin berpengaruh, dan lainnya. Pernikahan menjadi anugerah jika pernikahan itu dijalani dengan ketaatan pada Tuhan, dan pernikahan menjadi musibah jika pasangan memilih untuk tidak taat pada Tuhan.
        Keluarga dalam PL:  hal-hal yang mempengaruhi pernikahan.
1.      Keluarga Abraham: sepakat berdusta bahwa Sarai adalah saudaranya kepada raja ,  anak, calon isteri bagi Ishak. Ketika pasangan memilih untuk tidak taat, maka pernikahan dapat menjadi musibah. Sarai ambil solusi sendiri dengan memberikan Hagar kepada Abraham. Ketika Sarai memilih untuk mencari solusi sendiri, hal inilah menjadi konflik di kemudian hari. Tidak ada jaminan tidak akan ada masalah, tetapi kita harus memilih untuk tetap taat kepada Tuhan. Untuk memilih calan istri Ishak, Abraham memilih untuk taat pada Tuhan dalam mencari teman hidup Ishak. Keluarga Abraham ada saatnya mereka jatuh dan mengalami masalah, ada jatuh bangun yang dialami, tetapi yang penting adalah dating kepada Tuhan
2.      Keluarga Ishak: anak keturunan; berkat menjadi konflik, tapi solusinya datang kepada Tuhan. Ribka seorang yang mandul tetapi Ishak memilih untuk meminta pertolongan Tuhan dan akhirnya mereka memiliki anak Yakub dan Esau. Hal yang tidak mungkin bagi manusia, adalah hal yang mungkin bagi Allah
3.      Keluarga Yakub: perbedaan komunikasi diantara anak-anak; ada iri hati karena perbedaan perlakuan (Yakub)
4.      Keluarga Daud: perselingkuhan; dan konsekwensi karena dosa tersebut, sehingga anak itu meninggal dan terjadi perpecahan kerajaan di pimpin oleh anak Daud di kemudian hari.
Dari keluarga-keluarga dalam PL ini kita melihat jika pasangan-pasangan memilih tidak taat, maka masalah akan muncul.

Keluarga dalam PB:
1.      Zakaria dan Elisabeth sudah lama tidak memiliki anak, tetapi mereka tetap taat kepada Tuhan, hingga akhirnya Tuhan mengaruniakan anak. Menikah tidak harus memiliki keturunan, tidak berarti jika pasangan tidak memiliki anak, menjadi ketidakbahagiaan dalam keluarga.
2.      Ananias dan Safira: mereka mau melakukan pekerjaan untuk Tuhan tetapi sepakat untuk berdusta dan akhirnya mengalami kematian. Ketika pasangan memilih untuk berdusta mungkin ini bisa dikatakan pernikahan yang menjadi musibah.
Apa perbedaan pernikahan Kristen dan dunia?
·         Pernikahan dunia ini tujuannya adalah supaya berbahagia.
·         Pernikahan dunia ini pusatnya adalah diri sendiri (suami-istri), sehingga wajarlah jika merasa tidak bahagia, memilih untuk berpisah. Siapapun tidak akan bisa membahagiakan kita kecuali oleh Kristus, bukan pasangan yang bisa membahagiakan kita.
Pernikahan menurut alkitab adalah,  pasangan itu harus bertumbuh bersama , kebahagiaan itu adalah anugerah dari Allah jika kita taat kepada Allah. Tidak ada pertumbuhan yang makin hari makin sempurna kecuali dalam pernikahan. Karena didalam pernikahanlah, pasangan akan mengenal secara  dalam, ada sebuah perjuangan didalam Tuhan untuk saling menerima. Pernikahan Kristen, pusatnya Kristus. Jika salah satu pasangan saja yang taat, pernikahan itu akan gagal, sehingga kelanggengan pernikahan membutuhkan perjuangan kedua pihak. Jadi tujuan pernikahan Kristen adalah bertumbuh bersama dengan karakter yang sama, walaupun kadang  ada sakit hati tetapi kita akan bisa saling mengampuni dan sama-sama taat. Dengan tujuan pernikahan seperti itu, tentulah tidak mudah memutuskan untuk menikah, bukan sekedar coba-coba. Perlu kita pikirkan, apa kriteria teman hidup saya supaya tercapai tujuan permikahan Kristen. Dan bagi yang sudah menikah, tetap harus diresapi apa peran suami/istri supaya tercapai tujuan pernikahan Kristen.
CS Lewis :”Kami berpesta dalam cinta, dalam setiap keadaannya, susah maupun senang, romantis maupun realistis kadang-kadang begitu dramatis ,bagikan badai kadang2 menyenangkan, dan tidak terasa seperti mengenakan sandal yang lunak. Wanita itu adalah murid  dan hamba,  teman yang setia, rekan sekapal , teman seperjuangan yang kupercaya, istri namun pada saat yang sama juga merupakan teman”. Mari kita menemukan sahabat seumur hidup yang menjadi teman hidup kita.
Apa yang seharusnya saya cari cari sebagai kriteria pasangan hidup kita : apakah saya bertumbuh dengan dia, apakah saya bisa mewujudkan rancangan Allah? Hal; ini akankelihatan  dalam masa-masa pacaran. Bagi yang sudah menikah, bagi suami :“Dapatkah saya memenuhi peran saya sebagai suami untuk merawat dia,mengayomi dia, mengasihi mendukung dia, menerima dia apa adanya? Bagi istri :”Apakah saya bisa tunduk pada suami terus menerus didalam kebenaran untuk mewujudkan rancangan Allah dalam pernikahan?”
Doa seorang anak Tuhan menjelang pernikahan “Kiranya supaya aku bisa lebih dekat kepadanya. Tariklah aku lebih dekat kepadaMu daripada kepadanya supaya aku bisa mengenalnya. Buatlah aku mengenal Engkau lebih daripada mengenalnya supaya aku bisa mengasihinya dengan kasih yang sempurna dan sepenuh hati. buatlah aku mengasihi Engkau lebih daripadanya dan lebih dari apapun”

D. PENUTUP
Dalam pernikahan ada janji kepada Tuhan. Menikah menjadi berkat jika suami isteri terus berjuang menjadi satu. Hidup dalam kebenaran Firman Tuhan. Menikah menjadi musibah, jika suami dan isteri memilih tidak taat kepada Firman Tuhan. Ada tiga disiplin rohani untuk menjaga dan memelihara jiwa pernikahan: (1) beribadah bersama: merenungkan Firman Tuhan bersama, (2) berdoa bersama, dan (3) melayani bersama. Dengan catatan, suami isteri hidup dalam kebenaran Firman Tuhan.


SOLIDEO GLORIA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...