Jumat, 20 April 2018

TEOLOGIA SALIB

Oleh : Desmiyanti Tampubolon, STP




1 Kor 1:18-24
1 Kor. 1:18, “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka  yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.”  Pada masa itu, salib adalah hukuman yang dijatuhkan pemerintah Romawi jika ada masyarakat yang melakukan tindakan kejahatan atau pemberontakan kepada Romawi, dan salib adalah sebuah kengerian menjadi peringatan bagi setiap orang yang melihat, untuk tidak memberontak dan melawan Romawi.  Tetapi justru salib itu menjadi jalan penebusan bagi orang-orang yang mau menerima dan percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan jurusalamat. Paulus menekankan bahwa melalui jalan Salib, kutuk hukum Taurat atas manusia berdosa telah dilepaskan. Kutuk yang semula menjadi tanggungan manusia berdosa, telah digantikan oleh Yesus Kristus yang telah membuat diri-Nya menjadi ‘kutuk’ bagi manusia pendosa, sebagaimana diungkapkan : ”Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, seperti ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3,13)
Teologi Salib (bhs Latin : Theologia Crucis) adalah sebuah istilah yang digunakan oleh teolog Jerman : Dr. Marthin Luther untuk menunjuk pada keyakinan iman, bahwa salib merupakan sumber pengetahuan spiritual mengenai siapakah Allah dan bagaimana Ia melakukan penyelamatan atas ciptaan-Nya. Hanya saliblah yang menyatakan kegagalan manusia untuk mengerti kehendak Allah. Di saliblah seluruh umat manusia dipersatukan oleh Kristus melalui pertobatan (1 Kor. 12:13; Rom. 8:9). Dan hanya pada saliblah ada jaminan keselamatan yang dimeteraikan oleh Roh Kudus(Efs. 1:13-14).
Teologia Salib, kontras dengan Teologi Kemuliaan (Theologia Gloriae), yang menyoroti secara khusus kemampuan dan pertimbangan akal budi manusia.  Dr. Marthin Luther menggunakan istilah Theologia Crucis dalam pembelaannya tahun 1518, dimana ia mempertahankan doktrin / ajaran reformasi tentang kebejatan moral manusia (depravity of man) dan perhambaan manusia oleh dosa. Perbedaan mendasar antara teologi salib dan teologi kemuliaan  adalah kemampuan dan ketidak  mampuan manusia untuk menilai diri sendiri di hadapan Allah Yang Mahamulia. 
Teologia kemuliaan (theologia gloriae) melihat bahwa ada kebaikan dalam diri manusia, dan karena itu manusia dapat melakukan yang baik. Mereka pun berpendapat, bahwa sesudah kejatuhan dalam dosa, masih ada beberapa kemampuan manusia untuk memilih melakukan kebaikan.  Faktanya, manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Roma 3:10 “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak”. Kita semua hidup dalam dosa dan tidak mungkin menyelamatkan diri sendiri
Roma 6:23 “Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Tuhan kita “. Kita seharusnya dihukum mati sebagai hukuman dosa. Jika tidak, harus ada pengganti kita untuk menanggung hukuman itu, yang hidup bersih, tidak bersalahà Dialah Kristus. 1 Pet 1 :18-19 = “Sebab kamu tahu bahwa  kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas melainkan dengan darah yang mahal yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”

Salib Kristus adalah karunia atau anugerah yang diberikan Allah kepada kita dalam Kristus. Melalui Salib Kristus, kita dapat memahami dan mengalami pembebasan dari dosa, keiikutsertaan dalam kemenangan Kristus dan mendamaikan kita dengan Allah. ”...tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa” (Rom 6, 3-6).

Dalam kematian Yesus, dosa-dosa kita telah ditaklukkan. Dalam kebangkitan-Nya, dosa-dosa  kita diampuni dan dibebaskan dari cengkeraman kuasa dosa itu. Di dalam Salib, menjadi nyata betapa Allah dalam kasih-Nya yang tiada batas telah mengasihi dan menyelamatkan manusia dalam Yesus Putera-Nya. Salib menjadi simbolisasi pengorbanan yang tanpa batas, usaha dan perjuangan yang tidak kenal lelah. Yesus telah menjadi teladan bagi manusia dalam menghadapi penderitaan, tetapi di atas semua itu, Dia telah menyucikan manusia dari dosa dengan cara mati untuk dosa dan hidup untuk kebenaran

1.     Salib Sebagai Perdamaian
Manusia tidak sanggup memperdamaikan dirinya dengan Allah oleh karena kehidupan manusia selalu di dalam pekerjaan iblis (Kol. 1 : 21; Roma 8 : 7). Pada dasarnya bahwa Allah yang memperdamaikan dunia kepada dirinya sendiri (II Korint 5 : 19).
Dia tidak mengenal dosa menjadi sengsara bagi kita, sehingga kita memperoleh kebenaran Allah melalui Dia. Rom 5 :8-10 = “Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita oleh karena Kritus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa, lebih-lebih karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan. Sebab jikalau kita ketika masih seteru diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya lebih-lebih kita yang sekarang telah diperdamaikan pasti akan diselamatkan oleh hidupNya”.

2.     Salib Sebagai Pembenaran
Manusia yang jatuh didalam dosa (Kej 3:1-7) seharusnya akan jatuh ke dalam jurang kematian,  karena upah dosa itu adalah maut (Roma 6:23). akan tetapi Allah didalam janjiNya memberikan keselamatan atas manusia yang digenapi melalui Yesus Kristus melalui pembenaranNya melalui anugerah dan kasih Allah sendiri (Roma 3:24 “Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”)

3.    Salib Sebagai Penebusan
        Penebusan berarti adalah lepas dari belenggu,  bebas dari perhambaan, melunasi kembali apa yang telah dijual dengan barang atau uang tebusan. 1Kor 6:20 “Sebab kamu telah dibeli dan harganya lunas dibayar. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu”. Kol 1 :14 “Di  dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu penebusan dosa”

Teologia salib menekankan bahwa manusia tidak mampu melakukan kebenaran. Manusia tidak dapat menambahkan apapun kedalam kebenaran Allah yang dinyatakan pada pengorbanan Kristus-Yesus di salib. Manusia tidak mampu membenarkan dirinya sendiri, jikalau tidak ada yang membenarkannya. Dan, yang mampu membenarkan manusia hanyalah Allah yang telah mengerjakan segala sesuatu secara sempurna penuh di dalam dan melalui karya Kristus-Yesus.(Rom. 7:18-20)

Theologia Salib telah membungkam dan menghentikan semua dalih usaha pencapaian manusia demi kelayakan di hadapan Allah.Yesus menunjukkan kuasa ilahi-Nya dalam menaklukkan kematian dan semua kejahatan. Kesejatian hidup seorang hamba Tuhan adalah justru nampak dalam sikap pengabdian hidup, mereka bukan hanya bagi mereka yang menyenangkan hidup mereka namun kepada mereka juga yang menderita, yang tersisihkan, dan dimarginalkan. Karena itu sebagai orang-orang yang sudah mengalami penebusan Kristus,kita harus menunjukkan kasih kita kepada karayawan/bawahan kita di kantor/pekerjaan kita, tidak menyepelekan mereka bahkan memperjuangkan mereka jika hak-hak mereka diabaikan.Jikalau kita melakukan demikian maka kita sedang mendemonstrasikan kuasa Yesus Kristus, yang sudah memberikan teladan sepanjang inkarnasi diri-Nya, khususnya ketika Dia tergantung di kayu salib.Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:27),

Kita tidak boleh menggunakan kekuasaan secara manipulatif melainkan karena  cinta kasih. Kuasa yang dijalankan dalam proses kepemimpinan adalah kuasa yang bukan memanfaatkan situasi untuk memperkaya diri, melainkan kuasa yang dipakai agar mereka yang terpinggirkan dapat didengar.Kuasa yang kita miliki, dipakai untuk memulihkan dan membangun  kesejahteraan kehidupan bersama dan bukan memenjarakan sesama dalam keinginan dan kemauan dibalik simbol-simbol klaim kebenaran.

Teologia salib adalah teologia yang membebaskan dan memulihkan sesama. Teologia salib memberikan inspirasi dalam perjuangan keadilan untuk berani berkata dengan jujur apa yang seharusnya, tidak membalikkan suatu realita menjadi suatu kepalsuan. Teologia salib memberikan kepada kita suatu keberanian dan kerangka berpikir yang jelas untuk selalu berpegang pada kebenaran dan tidak takut untuk mengungkapkannya.

Orang percaya dipanggil untuk memberikan dirinya bagi sesamanya tanpa pamrih untuk menolong mereka, dan jika demikian maka orang percaya  menunjukkan identitasnya sebagai anak-anak Allah.Sebagai orang-orang percaya kita dipanggil untuk terlibat dalam pelayanan, menyuarakan kebenaran dan keadilan, menunjukkan sikap penuh kasih bagi sesama. Sebagai alumni, mari mengambil bagian dalam pelayanan, sebagai pemimpin kelompok kecil, rutin belajar firman Tuhan dalam KTB dan berani bermisi, bukan hanya melakukan aktifitas sehari-hari tanpa pernah terlibat melayani.

Makna Salib Kristus dalam hidup kita :
1.      Revolusi Pikiran
(Filipi 2:1-4). Kita harus menaruh pikiran yang menghargai orang lain, mengutamakan kepentingan orang lain, memiliki sikap rendah hati. Orang yang kurang rendah hati, mungkin adalah orang yang kurang yakin dengan identitas barunya dalam Kristus.

2.      Revolusi Tindakan.
Kita harus mempraktekkan iman kita. Memiliki persekutuan pribadi yang dekat dengan Allah, melayani sesama, menyediakan waktu menolong orang lain.

3.     Menjadi Seperti Yesus
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2Kor 5:17). Kita sebagai orang percaya adalah surat Kristus. Dimanapun kita berada,  orang banyak akan melihat karakter dan cara hidup kita. Apakah cocok antara kerajinan beribadah,aktifitas pelayanan,  dengan kelakuan hidup sehari hari atau tidak. Dimanapun kita berada/hadir, kemanapun kita pergi, kita adalah surat terbuka , sebab banyak orang akan menilai dan mungkin mempertanyakan iman kekristenan kita.
Ibrani 12, 2 menjelaskan: “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul Salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah”. Yesus pun setia menanggung penderitaan salib demi menebus dosa-dosa kita, karena itu kita juga harus setia  dalam seluruh hidup kita, mempertahankan hidup benar dengan mata yang selalu tertuju pada Dia yang adalah Tuhan dan juruslamat kita. 

SOLIDEO GLORIA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...