Bacaan Firman Tuhan: 1 Kor. 15: 17, 20, 32b
17 Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka
sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.
20 Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah
meninggal.
32 … Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka “marilah
kita makan dan minum, sebab besok kita mati”.
Pengantar Uraian
Bayangkanlah,
Anda hadir di Golgota pada saat penyaliban Tuhan Yesus: Apa yang anda pikirkan
dan rasakan saat melihat Yesus disalibkan di sana? Tentu ada berbagai jawaban.
Namun ada satu jawaban: “Betapa besar Kasih-Nya kepada-ku, Dia rela menderita
dan mati untuk menyelematkan aku”. Bagi orang yang baik, ada yang mau mati,
tapi untuk orang-orang yang tidak benar siapa yang mau mati ? Apakah kita
tergolong orang yang benar sehingga Yesus rela mati untuk kita? Tidak, kita
diselamatkan bukan karena kita baik, bukan karena kita pantas dikasihani tapi karena anugrah dan kasih Allah
semata-mata.
Seringkali ketika kita berbicara Jumat Agung dan paskah seolah-olah ada pemisahan. Jumat agung itu berarti kematian atau
pengorbanan Tuhan Yesus Krisus dan Paskah berarti kebangkitan Tuhan
Yesus Kristus.seolah-olah Jumat Agung dan Paskah terpisah, padahal paskah
berarti kematian dan kebangkitan. Kalau tidak ada kematian, tidak ada
kebangkitan. Jika Yesus tidak mati, maka
Dia tidak mungkin bangkit, dan Dia tidak akan bangkit tanpa kematian. Tanpa
kebangkitan Yesus, maka sia-sialah kepercayaan kita. Keduanya tidak dapat
dipisahkan dan merupakan satu paket: “Kematian dan kebangkitan”. Dan itulah
sebenarnya yang disebut “PASKAH” (dalam PL)=PESAKH atinya LEWAT= SELAMAT.
Mengapa “lewat”= “selamat, karena ada tanda darah dari korban anak domba.
Seperti pada peristiwa matinya anak sulung di Mesir, sebagai tulah yang
kesepuluh. Setiap rumah yang ada tanda darah anak domba di pintu rumahnya, maka
tidak akan ada kematian , dan malaikat maut
lewat (Pesakh), artinya selamat. Sama dengan Paskah yang kita rayakan
sekarang, ada kematian dan darah Yesus sebagai tanda membayar dosa kita, dan
kita selamat.
Apakah
maknanya bagiku, jika aku
mengingat “Salib-Nya” (kematian-Nya) dan kebangkitan-Nya?
1. Pengorbanan-Nya sudah sempurna. Keselamatan yang direncakan oleh Allah,
sudah diwujudkan, tersedia dan ditawarkan.
Apa artinya bagiku jika Dia mati dan bangkit? Dia adalah korban pengganti (vicarious
atonement). Kristus mati untuk mengantikan aku orang yang berdosa, agar aku
tidak mati, melainkan beroleh selamat. Hukuman yang ditimpakan kepada Yesus
seharusnya aku yang menerimanya. Bagaimanapun
banyaknya dosa yang kita lakukan, Yesus
rela menderita untuk kita.
Ada tiga jenis kematian di kayu salib:
2.
Die in sin (mati di dalam dosa), penjahat yang disebelah kiri Tuhan
Yesus).
3.
Die for sin (Tuhan Yesus mati untuk orang berdosa)
4.
Die to sin (mati terhadap dosa), penjahat yang disebelah kanan Tuhan
Yesus).
Tuhan Yesus
mati dan bangkit, maut (kematian) telah ditelan dalam kemenangan-Nya, band. 1
Kor 15: 54-56. Dia mati dan bangkit “agar aku tidak mati dalam dosa” (not die
in sin). Mati dan bangkit untuk hidup kekal. Tujuan hidup ku. Meskipun tubuh
jasmani kita satu saat akan mati, tapi kita akan bangkit dalam tubuh kekekalan.Jika
dia tidak memiliki keyakinan akan surga dan hidup yang kekal, yaitu melalui
kebangkitan Kristus, maka tidak ada gunanya percaya. Tetapi karena ada kebangkitan, maka kematian
jasmani bukanlah akhir kehidupan. Bersama-sama semua orang yang percaya, kita
akhirnya akan dibangkitkan pada saat kedatangan Yesus yang kedua kali. Banyak
orang Kristen yang tidak tahu dengan jelas apakah nanti akan ke surga atau
tidak? Orang yang tidak memiliki tujuan hidup yang jelas, tidak akan pernah
sampai ke tujuan. Bagi orang yang sungguh-sungguh percaya, memiliki tujuan
hidup yang jelas dan pasti tiba di tujuan. Orang yang sudah mengalami karya
penyelamatan Yesus, dia tidak akan mati didalam dosa
Apakah artinya “kematian=maut” telah
ditelan oleh kemenangan Kritus?:
·
Mana yang lebih besar seratus juta atau yang tidak terbatas. Yang tidak
terbatas pasti yang paling besar. Kuasa salib dan kebangkitan-Nya adalah kuasa
kemenangan yang tidak terbatas. Kemenangan Tuhan Yesus lebih dari segalanya,
tidak ada batasnya. KasihNya tidak ada batasnya, segala-galanya, sehingga
kasihNya tidak menghitung berapa banyakpun dosa kita, dan dosa kita ditelan
oleh kasihNya.
·
Jika cahaya terang telah datang, gelap lenyap (ditelan), sehingga
kegelapan tidak ada lagi (lenyap). Kuasa kegelapan tidak dapat bertahan
terhadap Kuasa Terang. Tidak ada daya keghelapan itu untuk bertahan, kegelapan
ditelan oleh terang.
Implikasi Etis: Kerelaan untuk memikul salib, berarti
“Kerelaan untuk menderita oleh karena melakukan yang benar” (kehendak Allah),
band. Fil. 1: 29; Mat. 10: 38;1Pet. 4: 13
Bagi orang percaya: Menderita oleh karena
Kristus bararti “mati terhadap dosa dan hidup untuk Allah”, band. Rom.
6: 2-6; 1Pet. 4: 1; Rom. 14: 7-9. Mengingat salib berarti kita harus rela mati
bagi dosa dan hidup bagi Allah. Dalam Roma 6:2-6, tidak berarti kita bebas
hidup dalam dosa supaya anugrah itu semakin melimpah. Tidak mungkin kita hidup
untuk Tuhan jika kita tidak mati terhadap dosa. Didalam pekerjaan, ada banyak godaan untuk
hidup kompromi dengan dosa, tapi kita memilih untuk hidup benar karena tidak
ingin menyakiti hati Tuhan. Inilah Tujuan penyelamatan Allah, dan inlah yang
kita hidupi dalam proses sebagai orang yang sudah diselamatkan.
Berarti:“Belajar mati terhadap dosa” (die to sin). “Siapa yang tidak menyangkal dirinya dan
memikul salib, tidak layak bagiKu.Tuhan tidak pernah memberi salib yang tidak
bisa kita pikul. Jika kita rela memikul salib, maka salib yang berat pun tidak
akan terasa berat bagi kita. Rahasianya adalah rela, memikul salib itu tunduk.
Memikul salib itu harus dengan menundukkan kepala. Band. “Not I but Christ”
(Gal. 2: 20).Ketika kita menundukkan diri
I itu menjadi C (Christ). Kita harus belajar mengatakan tidak kepada
dosa dan hidup untuk Tuhan
2.
Sumber pengampunan telah tersedia bagiku.
Korban untuk
penghapus dosa berulangkali dilakukan oleh Imam Besar (didalam PL)di tempat
yang mahasuci di Bait Allah. Hanya satu
orang Imam besar yang dapat masuk ke tempat mahasuci, dan imam besar itu
membawa korban binatang untuk menghapus dosa umat dan dosanya sendiri. Tetapi
Yesus sebagai Imam Basar mempersembahkan diri-Nya sendiri satu kali untuk
selamanya (Ibr. 7: 27; Ibr. 9: 12). Berarti pengampunan dosa sudah tersedia.
Apa yang Yesus lakukan 200 tahun lalu tetap berlaku, relevan hingga saat ini.
Pada saat kematian
Tuhan Yesus di kayu salib, tabir di Bait Allah terbelah dua dari atas ke
bawah (Mat. 27: 51), bahwa Allah yang melakukannya bukan dari manusia kepada
Allah. Berarti setiap orang bisa bertemu dengan Allah, tanpa pengantara,
(Imamat yang rajani), band. 1 Pet. 2: 9) . Meskipun kita sudah mengalami
pengampunan dosa, (keselamatan) dan sedang belajar mati terhadap dosa (die to
sin), dan kita tidak hidup dalam dosa lagi, namun masih ada kemungkinan bagi
kita jatuh ke dalam dosa, karena masih ada tabiat keberdosaan.
Maka kita membutuhkan “pengampunan” melalui
“pertobatan” sehari-hari, band. 1Yoh. 1: 8-9. Setiap kali kita berdosa, kita
harus meminta pengampunan dari Allah, karena dosa bisa menghambat pertumbuhan,
dan pengampunan akan menguduskan kita di hadapan Allah. Allah sudah mengampuni
setiap kali kita mengaku dosa kita. Keyakinan kita akan pengampunan dosa
menentukan pertumbuhan secara rohani.
Implikasi etis: Kita memperoleh kekuatan untuk
mengampuni. Tidak ada lagi sikap, perkataan, cacian, hinaan dan perbuatan
kekejian yang tidak dilakukan orang kepada Tuhan Yesus, namun Dia tidak marah,
sakit hati, dendam melainkan “mengampuni” (Luk.23: 34), band. Mat 6: 14-15
“kita diampuni untuk mengampuni, tidak mengampuni, tidak diampuni”. Mengapa
sulit mengampuni? Kecenderungan kita adalah membalas orang yang melakukan
kejahatan. Tapi salib Kristus membuat kita mampu mengampuni. Dosa menjadi
penghalang yang besar di dalam mengalami pertumbuhan rohani kita. Kita diampuni
untuk mengampuni. Marilah kita mengampuni lebih sungguh.
3. Kemenangan atas kuasa iblis dan dosa.
Kematian dan
kebangkitan Kristus telah melepaskan kita dari kuasa dosa dan kegelapan, dan
memindahkan kita kedalam kuasa terang-Nya, (Kol 1: 13). Maka kita hidup di
dalam terang dan kita hidup sebagai anak-anak terang, yang menghasilkan
buah-buah kehidupan yang baik (Ef. 5: 8-9 “Memang dahulu kamu adalah kegelapan,
tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai
anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan kebenaran dan
keadilan”. Terang itu memberitahukan apa yang harus kita lakukan bahkan
kemampuan untuk melakukannya.Kematian dan kebangkitan Kristus memberikan,
menciptakan hidup yang baru, yang menghasilkan buah-buah kehidupan yang baru,
(Rom. 6: 4-5). Hidup adalah perjuangan (dalam pergumulan). Kemenangan kuasa
kebangkitan Kristus atas dosa dan kuasa kegelapan menjadi kemenangan orang yang
percaya. Kemenangan sudah tersedia bagi kita.
Implikasi etis: Kita harus berperang untuk menjadi
pemenang. Karena tidak ada kemenangan tanpa berperang. Yesus berdoa sampai
meneteskan darah, perjuangan yang luar biasa dan Dia menang. KebangkitanNya
memberikan kebvangkitan pada kita.
Bagaimana supaya kita menang? Berperang dengan mata yang tertuju kepada
Yesus (Ibr. 12: 2-3) Mengandalkan kemenangan Yesus atas dosa, atas kematian
yang kekal, kita juga berjuang untuk setia hingga memperoleh mahkota kehidupan.
Kita juga dapat menang dengan memakai senjata kebaikan, (Rom. 12: 17, 21). Marilah
kita menjadi the winner.
4. Kita harus memberitakan kasih Allah yang
sudah menyelamatkan kita.
Keselamatan
adalah bersifat “universal” artinya, disediakan, ditawarkan dan cukup untuk
semua orang (Yoh. 3: 16), namun hanya dialami oleh barang siapa yang percaya
dan menerimanya. Allah menghendaki semua orang diselamatkan supaya setiap orang
berbalik dari dosanya. Allah memang mengasihi manusia tetapi bukan semua
diselamatkan karena manusia memiliki kebebasan
untuk menerima atau menolak, keselamatan di tawarkan untuk semua dan
cukup untuk semua, tetapi dialami oleh orang yang menerimanya. Allah
menciptakan mansuia dengan free will (kehendak
bebas). Kebebasan yang kita miliki adalah bebas melakukan kehendak Allah, bukan
karena terpaksa, di dalam kebebasan ada ketaatan, dalam ketaatan ada kebebasan.
Bagaimana orang dapat percaya, kalau tidak mendengar, bagaimana mereka mendengar,
jika tidak ada yang memberitakan-Nya? (Rom. 10: 13-15)
Implikasi etis: Bagi yang sudah mengalami kasih Allah
yang menyelamatkan, sifat keuniversalan itu akan menjadi dorongan untuk
memberitakannya, band Mat. 28: 18-19. Kasih yang untuk semua, mendorong kita
untuk meberitakan berita keselamatan bagi setiap orang.
Kualitas kasih kita kepada Allah
menentukan kualitas kasih kita kepada sesama manusia dan sesama ciptaan. Kasih
sebagai dasar dan dorongan untuk kita memberitakan-Nya. Marilah kita menjadi orang
percaya yang “care dan share”, bukan orang percaya yang egois. Orang yang sudah
diselamatkan, pasti akan memberitakan, jika dia tidak bisa menginjili, dia
adalah orang yang harus menjadi sasaran dari pemberitaan keselamatan.
Penutup dan refleksi
Jika aku
mengingat salibnya, maka aku berkata:Tuhan Yesus sudah menjadikan aku segalanya
bagi-Nya dan memberikan segalanya bagiku untuk hidup kini dan hidup yang akan
datang.Bagaimanakah sikapku? Aku
menjadikan Dia yang pertama dan yang terutama dalam hidupku, karena Dia adalah
segalanya bagiku. Maknanya adalah Yesus trelah menjadikan aku segalanya,
pengorbanan yang tidak akan dilakukan orang lain bagiku, Ia memberi jaminan
hidup untuk yang kekal, apalagi hal-hal yang sementara, pasti Ia sanggup
menyediakan.
Selamat Paskah,..
SOLIDEO GLORIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar