Jumat, 20 Juli 2018

Ayub II

Oleh : Ir. Indrawaty Sitepu,MA



Pendahuluan
1.      Jika saudara sedang berduka, pilu, perih, apa yang saudara harapkan dari sahabat saudara?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………..

2.      Jika sahabat saudara sedang berduka, pilu, perih, apa yang saudara lakukan kepada sahabat saudara tersebut?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………….........................................................................
Terkadang di saat-saat kita sedih, merasa pilu, perih,kita hanya membutuhkan kehadiran sahabat-sahabat kita untuk mendengarkan curahan hati kita. Bahkan di saat-saat dukacita, kadang terlalu banyak bicara justru tidak menolong.
Penderitaan Ayub bertubi-tubi
1.  Kehilangan harta
2.  Kehilangan keluarga
3.  Kehilangan kesehatan
4.  Ucapan berbisa dari pasangan
                 
a.      Masa hening berakhir
Setelah tujuh hari, tujuh malam terpukul, terpaku dan berdiam diri, terdengarlah ratapan Ayub. Puisi pasal 3 membawa kita  ke bilik hati Ayub dan merasakan kepiluan hatinya. Di Ayub 3 ayat 1-26, Ayub meratap. Pada bagian ini Ayub mengutuki hari kelahirannya, dia tidak mengutuki yang lain (Allah, Orang lain). Dia mengajukan banyak pertanyaan mengapa? Mungkin ada banyak pertanyaan mengapa yang kita ajukan setiap kali kita mernghadapi kesedihan/penderitaan. Salah satu pertanyaan yang sangat memilukan adalah mengapa? Mungkin dalam hidup kita juga banyak pertanyaan mengapa
Ayub tahu bahwa hidupnya dalam tangan Allah dan ia yakin bahwa Allah baik, tapi akhir-akhir ini sepertinya Allah tidak seperti yang Ayub kenal selama ini, Dia seperti Allah yang asing bagi Ayub, seolah-olah ia tidak mengenali Allah. Apakah kita pernah merasakan Allah begitu asing bagi kita? Ia tidak seperti Allah yang dulu kita kenal, sembah dan layani? Allah sepertinya tidak menjawab doa kita bertahun-tahun? Hal inilah yang dirasakan Ayub.
b.     Sahabat-Sahabat  Ayub

1.      Elifas (pasal 4-5,15,22)
Di sini Elifas mulai berbicara. Elifas menganggap Ayub menuai semua ini karena ada dosa yang dia lakukan. Seperti firman Tuhan dalam  1 Pet 3:12 “Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telingaNya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat”,, Mzm 34 ayat 12-16, Gal 6:7 “Jangan sesat! Alalh tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya”., Berdasarkan prinsip teologis,kalimat Elifas dapat dibenarkan.  Artinya orang yang melakukan kejahatan pasti akan menuai kejahatan. “Apa yang ditabur akan dituai” tidak boleh dibalik “Apa yang dituai karena apa yang ditabur” , seolah-olah semua penderitaan yang dialami, selalu karena kita telah melakukan dosa sebelumnya. Memang ada penderitaan yang terjadi karena dosa tertentu, tapi tidak berlaku untuk semua orang. Elifas menerapkan prinsip teologis itu terbalik, sebab – akibat. Hal ini tidak berlaku bagi Ayub, karena ia seorang yang saleh, jujur, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, tiba-tiba mengalami penderitaan atas izin Allah dan bukan karena dosa. Kesimpulan Elifas salah.
Filsuf Pascal  mengatakan “Tahapan terakhir dalam upaya penalaran ialah pengakuan bahwa masih banyak hal yang tidak terselami oleh nalar”. Filsuf ini mengakui ada hal-hal yang tidak bias kita pahami, jangan memaksakan hubungan sebab akibat. Tuhan Yesus sendiri juga menderita, dan Ia tidak pernah berdosa.
Di penghujung abad 20 timbul Teologi Kemakmuran dimarakkan oleh Elifas Elifas modern. Paham ini mengajarkan bahwa orang-orang yang diberkati Tuhan akan hidup makmur dan tidak akan menderita.  Kebenaran mendampakkan kemakmuran dan  dosa mendampakkan penderitaan , asas berpikirnya sama dengan Elifas. Elifas menyajikan kebenaran dari satu sisi
Ada kalanya Allah memalingkan wajahNya terhadap orang baik dan saleh, bukan hanya orang jahat saja. Selanjutnya Elifas menegur, menantang dan memperlihatkan kekesalan terhadap Ayub (Ayub 15), ia menyalahkan Ayub. Elifas melukiskan orang fasik sedmikian rupa, sehingga Ayub termasuk orang fasik , jadi wajar jika alami malapetaka di Ayub15: 25

Pasal 22
Elifas berusaha menghadapkan Ayub pada kemahakuasaan Allah, Elifas menunjuk Ayub melakukan hal-hal yang jahat (22:5,6, 7,9-11), kejahatannya besar maka Ayub ditimpa malapetaka. Elifas menganggap Allah begitu tinggi sehingga Allah tidak mungkin mau memperhatikan Ayub pribadi. Elifas membujuk Ayub kembali kepada Allah (Ayub 22: 21-30)
Elifas berusaha menolong Ayub, dengan mengesampingkan persoalan Ayub yang mendasar. Bd  pasal 5:8,”tetapi aku tentu akan mencari Allah, dan kepada Allah aku akan mengadukan perkaraku” 5:24 ; 15:9-10 “Apakah yang kau ketahui yang tidak kami ketahui?Apakah yang kau mengerti, yang tidak terang bagi kami? Di antara kami juga ada orang yang beruban dan yang lanjut umurnya daripada ayahmu” ; 22:5 “Bukankah kesalahanmu besar dan kesalahanmu tak berkesudahan?”. Elifas ingin mengatakan, bahwa orang benar pasti akan hidup lanjut dan tidak menderita.
 Ayub menjawab  di pasal 6-7( ia kecewa terhadap sahabat-sahabatnya) ,16-17 (mengeluh tentang perlakuan Allah) ,23,24 (ayub membela diri di hadapan Allah, seolah-olah Allah acuh tak acuh terhadap kejahatan)
2.      Bildad (8,18,25,26 ayat 5-14)?
Bildad berpegang teguh pada tradisi dan peraturan, berdasarkan ilmu pengetahuan.Jika Elifas menekankan kemahakudusan Allah, Bildad menekankan kemahakuasaan dan keadilan Allah
Masakan Allah membengkokkan keadilan? Masakan yang mahakuasa membengkokkan kebenaran? Allah mustahil melakukan yang salah. Bildad dan Elifas sama sama tidak mendengar, tidak mengerti apa penderitaan Ayub sehingga tidak tepat dan tidak menolong. Mendengar adalah kata kunci seorang sahabat, penolong, pengkotbah
Ayub menjawab  di pasal 9-10,19,26-27)
3.      .Zofar
Ayub pasal 11:4-5 “Katamu pengajaranmu murni dan aku bersih di matamu. Tetapi mudah-mudahan Allah sendiri berfirman, dan membuka mulutNya terhadap engkau” ,20,27 :13-23). Zofar berlagak pintar. Pasal 11 ayat 4-5 Zofar menghina Ayub karena Ayub telah bertahan bahwa ia tidak bersalah dan menyatakan bahwa ia diperlakukan tidak adil. Allah mengenal penipu ayat 11.
Ayub 11:13-15 “Jikalau engkau ini menyediakan hatimu dan mendahkan tanganmu kepadaNya; jikalau engkau menjauhkan kejahatan dalam tanganmu, dan tidak membiarkan kecurangan  ada dalam kemahmu, maka sesungguhnya engkau dapat mengangkat mukamu tanpa cela dan engkau akan berdiri teguh dan tidak akan takut”
Empat langkah pertobatan dan berkat pertobatan (menyediakan hatimu, menadahkan tanganmu kepadaNya, menjauhkan kejahatan dalam tanganmu, tidak membiarkan kecurangan ada dalam kemahmu)
Ucapan Zofar benar bahwa dasar kehidupan orang beriman adalah pertobatan dan ketaatan . Zofar salah karena ia melupakan kenyataan, bahwa ada waktunya Allah mengizinkan penderitaan yang tak terduga dan yang nampaknya tidak adil Zofar kelihatannya gagal menjadi sahabat dan penolong. Ayub menjawab di pasal 12-14dan 21
Menurut Charles Truax dan Robert Carhuff , sahabat dan penolong mutlak membutuhkan sikap mengenal diri dan kelemahan diri, menghormati dan tidak menghakimi orang yang ditolong, empati yaitu kemampuan menempatkan diri diposisi orang yang ditolong .
Kesimpulan tentang ketiga sahabat Ayub
Ketiganya menyatakan sebagian dari kebenaran. Ketiganya bertitik tolak dari pandangan masing-masing tentang Allah, lalu masing-masing menerapkan pandangannya itu dalam menolong Ayub.
Sahabat-sahabat Ayub tidak mengenal diri dan kelemahan diri. Ucapan-ucapan mereka menyombongkan diri, menyudutkan Ayub. Dibutuhkan sikap yang tidak menghakimi, jika ingin menjadi konselor yang baik. Ketika ada orang yang sharing masalahnya dengan kita, kita harus bersikap empati, memiliki “kesediaan memakai sepatunya”, memahami jika kita benar-benar ada pada posisi dia. Masing-masing sahabat Ayub memahami sebagian , tidak utuh, tidak lengkap, mereka memiliki pandangan masing-masing tentang Allah, sehingga cara menolong Ayub juga berbeda.
Kalau kita sama dengan Elifas yakni memandang  Allah terutama adalah kudus, maka kekudusan akan sangat mewarnai pendekatan kita. Seorang seperti Elifas akan memberi nasehat “kamu harus bertobat, kamu mengalami ini karena kamu melakukan dosa”. Kalau kita sama dengan Bildad, yakni memberi penekanan utama pada keadilan Allah. Jika kita seperti Bildad akan memberi nasehat “Allah itu adil, tidak mungkin Ia mengizinkan kamu mengalami ini jika sebelumnya kamu tidak melakukan dosa”.Bila kita sama dengan Zofar, menjadikan kemahatahuan Allah sebagai tema utama. Orang seperti Zofar akan member nasehat “Allah itui maha tahu, jangan menjadi seorang penipu”.
Masing-masing sahabat Ayub berpegang pada citra Allah yang berbeda.
Ini peringatan bagi kita. Pengenalan kita akan Allah akan mempengaruhi kita termasuk cara menolong sahabat kita, cara kita melayani. Apa yang kita yakini akan menjadi penggerak bagi hidup kita.
Mereka berusaha menolong Ayub tetapi gagal  dan juga Allah murka kepada mereka karena tidak berkata benar tentang Allah (42 ayat 7). Ketiganya memberi gambaran Allah yang statis tetapi Ayub menghadapkan kita pada Allah yang dinamis dan hidup. Ia bertindak dalam kemahakuasaanNya tapi dengan hikmatNya yang tak terselami. Sulit memahami Allah yang mengasihi Ayub tapi mengizinkan Ayub menderita. Sama seperti Allah yang mengasihi Yesus Kristus, tapi mengorbankanNya di kayu salib.
Sadar atau tidak mereka menyiksa Ayub.Tidak mudah menyadari bahwa ketiga sahabat itu salah, mereka orang beriman yang berusaha menolong Ayub. Kadang-kadang sahabat lebih menyakitkan, karena kita memiliki harapan pada mereka, jika sahabat “menikam” kita, itu sangat menyakitkan. Apalagi jika mereka adalah orang yang sudah mengenal kasih Tuhan yang memberi komentar negatif, tidak mendukung kita, mungkin jika mereka belum sungguh-sungguh di dalam Tuhan, kita lebih memakluminya.
Kita dapat mengetahui kesalahan mereka dari cara Ayub menaggapi mereka.Berulang kali Ayub menegur mereka karena nasihat mereka sia-sia dan ngawur. Ayub mengeluh karena sahabat sejati seharusnya menopang sahabatnya yang dilanda keputusasaan (pasal 6 ayat 15,21,27,pasal 12 ayat 2,3, pasal 13 ayat 2,5,13, pasal 16 ayat 2,3).
Kesalahan berikutnya adalah pengertian tentang iman. Bagi ketiganya iman adalah suatu sistem keyakinan yang rasional, terlepas dari realitas hubungan pribadi yang hidup dengan Allah (Elifas) atau iman adalah kebenaran yang dipegang karena perkataan orang lain (Bildad) atau iman adalah pandangan dunia yang sesuai dengan akal sehat (Zofar)
·         Iman bagi Ayub
Hubungan yang dinamis dengan Allah yang hidup, yang Ayub pertahankan terus kendati Allah nampaknya mengecewakan dia. Walaupun Allah seakan-akan berubah (asing). Bagi Ayub iman adalah pemberiaan allah yang memampukan dia tahan hidup ditengah-tengah kebingungan dan ketidakpastian. Jika semua sudah pasti, iman tidak dibutuhkan lagi, justru karena semua belum pasti, kita membutuhkanj iman. Iman  mungkin tidak memberi jawaban, tapi berperan sebagai tangan yang menuntun kita dalam kegelapan, dimana Allah nampaknya tidak hadir, agar kita teguh meyakini bahwa Allah adalah kawan bukan lawan.
Kita juga belajar kelemahan pelayanan ketiga sahabat Ayub. Pentingnya penerapan praktis teologis terhadap kebutuhan sesama manusia, lebih berarti dan bermanfaat melalui pendekatan dalam perbuatan daripada omongan saja. Lebih banyaklah mendengar sebelum menasehati.
Sebagaimana teladan Kristus,Dia datang kepada kita ketempat kita dan melibatkan diriNya dengan kita dalam hal-hal biasa. Allah peduli pada hal-hal biasa, Ia memperhatikan satu per satu, bagian demi bagian Pelayanan bukan hanya menunjukkan seseorang jalan kepada Allah tapi juga merelakan diri bersama dia, membuka diri untuk mendengar, merasakan dan memahami pergumulan batin yang sedang ia alami agar teologi, tuturan dan pertolongan kita relevan dan bermakna bagi dia pada saat yang tepat dan di tempat yang tepat. Jangan terjadi kesenjangan teologis dengan praktek hidup sehari-hari. 

SOLIDEO GLORIA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...