Oleh : Christian Tampubolon, SP
Nehemia 1 dan Nehemia 2
Tuhan selalu memanggil dan membangkitkan seseorang menjadi hambaNya dengan cara yang unik juga dari berbagai latar belakang yang unik. Dia pernah memanggil seorang penggembala muda dari Betlehem ( Daud) , seorang gembala berumur yang juga buronan dari dari Mesir (Musa), seorang anak muda yang dibenci dan dijual saudara- saudaranya (Yusuf) , dan berbagai tokoh-tokoh lain baik dengan kisah yang besar atau yang biasa saja. Mereka semua adalah Hamba Tuhan yang dipanggil melayani di zamannya. Sekali lagi Tuhan memang selalu punya cara unik memanggil seseorang untuk menjadi hambaNya, dan kali ini Kisah Nehemia menunjukkan Tuhan memanggil seseorang dengan cara yang berbeda. Tuhan memanggil seseorang yang hidup di dalam kemewahan dan kebesaran istana sang penguasa di tahun 500 SM. Nehemia adalah seorang Hamba Tuhan di Masa Perubahan ( A God’s Servant in a time of change : hamba Tuhan di masa-masa pembaharuan). Nehemia adalah tanda hidup bagi kaum Israel yang terbuang bahwa kemurahan Tuhan masih hadir dalam pembuangan itu. Melihat kehidupan Nehemia kita akan melihat hidup seseorang yang mau menghambakan diri kepada Allah,. Beralih dari hamba seorang Raja Persia menjadi hamba Allah. Hamba yang berkarya bagi umatnya di negeri pembuangan
PENDAHULUAN
Ketika tentara Babel mengepung kota Yerusalem tahun 586 SM, kota itu menjadi kota hancur bahkan bait suci megah yang dibangun Salomo 400 tahun sebelumnya juga hancur berkeping- keping, tembok kota dan bangunan didalamnya terbakar oleh api. Kota itu telah ditundukkan dan dimiskinkan oleh Babilonia, hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi yang berani melawan keperkasaan kekaisaran Babilonia. Semua orang- orang muda yang potensial diangkut ke Babel. Hanya orang- orang miskin dan tak berdaya yang tertinggal di Yerusalem. Israel bangsa yang dipilih itu kini telah terbuang oleh karena ketidaktaatan dan keberdosaan mereka. Walaupun suara pertobatan telah diserukan oleh para nabi seperti Yesaya dan Yeremia tetapi bangsa itu tidak bertobat dan akhirnya harus dihukum dengan dibuang ke Babel. Hampir 140 tahun telah berlalu sejak Nebukadnezar menghancurkan Yerusalem, keadaan kota dan penduduk yang tinggal masih juga terhimpit dalam kemiskinan yang kronis. Ditengah keterpurukan bangsa yang tidak taat itu, Tuhan memanggil seseorang yang tinggal di istana penjajah atau penguasa. Entah bagaimana mulanya namun kemudian kita mengetahu bahwa Nehemia mendapat pekerjaan sebagai juru minum di Puri susan, istana raja Persia yang sudah berhasil mengambil alih kekuasaan kerajaan Babilonia. Seorang yang lahir se abad kemudian setelah pembuangan. Kita akan belajar 3 hal dari Nehemia. Mari kita m,embaca Nehemia 1:1-4
1. HAMBA DAN KEPEDULIANNYA
Setelah Persia mengalahkan Babel, orang Israel diizinkan pulang. Datanglah Hanani ke puri Susan, dan Nehemia menanyakan keadaan orang-orang Yahudi kepadanya. Sudah 140 tahun Yerusalem ditaklukkan oleh Babel, kemungkinan besar Nehemia sudah lahir di tanah pembuangan. Secara jarak memang Nehemia terpisah ratusan mil dari Yerusalem, tetapi jarak itu tidak bisa memisahkan hati Nehemia dari kota asalnya itu. Ratusan mil dan ratusan tahun tidak menghalangi Nehemia untuk mencari tahu keadaan orang-orang Yahudi, identitasnya sebagai orang Yahudi sangat terasa. Nehemia punya sebuah sikap ingin tahu tentang Israel. dia sangat peduli dengan kondisi Yerusalem. Nehemia bertanya tentang kondisi Yerusalem. Jika kita tidak memiliki rasa ingin tahu, mungkin kita juga tidak akan perduli. Untuk perduli kepada Indonesia pun harus dimulai dengan keinginan untuk tahu kondisi bangsa kita.
Ketika Hanani dkk datang dari Yehuda, Nehemia bertanya kondisi Yerusalem. Tindakan bertanya adalah sebuah tindakan aktif. Nehemia mungkin pernah mendengar sejarah bangsanya dan sepertinya dia mengikuti setiap update kondisi bangsanya. Dia ingin tahu dan dia mencari tahu. Kepedulian bukan perasaan tetapi kepedulian adalah tindakan. Tindakan bertanya yang dilakukan oleh Nehemia adalah sebuah tindakan kepedulian. Di pekerjaan kita juga dituntut keperdulian untuk melihat masalah dan kondisi yang ada sebagai bentuk keperdulian. Mungkin saja bukan karena kita tidak tahu kondisi bangsa Indonesia, tapi karena tidak mau tahu. Keperdulian dimuali dengan keinginan mau tahu. Jangan berharap m,enajdi hamba yang perduli, jika kita tidak mau tahu.
Tetapi sepertinya pertanyaan ini bukanlah basa- basi tetapi sebuah pertanyaan yang serius itu terlihat dari respon sang hamba. Dia bukan pura- pura pengen tahu tetapi benar- benar mau tahu. Lihatlah respon nya. Hanani mengabarkan sebuah berita ; “ Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu- pintu gerbangnya telah terbakar.” Mari lihat respon Nehemia. Duduk. Menangis. Berkabung. Semua tindakan ini adalah gambaran keprihatinan. Mengapa harus bersedih dengan kondisi ini ?
Sebuah tembok adalah struktur yang sangat simbolis. Tembok bukan hanya sebuah penghalang dari batu dan semen. Tembok adalah sebuah pernyataan. Pernyataan apa ? Dalam kisah Yosua, kita berjumpa dengan tembok Yerikho. Tembok ini melambangkan kesombongan/arogansi bangsa yang tidak bertuhan itu. Tembok yang dibanggakan sebagai perlindungan. Ketika tembok diruntuhkan berarti Yerikho hancur/runtuh. Kita juga mengenal Tembok Berlin. Tembok Berlin bukan hanya lambang keterpisahan jerman Barat dan Jerman Timur tetapi lambang kekuatan komunisme maka ketika itu dirobohkan maka itu juga pernyataaan runtuhnya komunisme. Salah satu tembok paling besar di dunai yakni Tembok raksasa China yang panjangnya 1.500 mil (8.850 km) dengan tinggi 30 kaki dan lebar 25 kaki .Tembok yang dibangun pada masa dinasti China abad ke 3 SM dengan jelas menyatakan “ Jangan pernah berpikir untuk menyerbu negeri kami “. Inilah yang biasa dilambangkan oleh tembok yaitu : kekuatan dan perlindungan. Di masa purbakala, tembok- tembok merupakan garis pertahanan yang pertama, terakhir dan satu- satunya. Runtuhnya tembok berarti runtuhnya keamanan dan perlindungan bangsa Yerusalem. Runtuhnya tembok adalah runtuhnya dan terganggunya kehidupan umat Tuhan, dan untuk ini Nehemia duduk menangis dan berkabung.
Ada siswa-siswa yang mengalami tembok yang runtuh, seperti perlakuan kekerasan dari keluarga. Perlindungan dan keamanannya sedang runtuh . Apakah kita perduli dan mau tahu dengan itu? Lihatlah tembok- tembok yang sedang runtuh. Dengarlah tembok yang sedang runtuh. Kita semua telah bertemu dengan orang- orang yang pertahananya telah runtuh. Mereka telah menjadi manusia yang terkatung- katung di sepanjang jalan, tidak berpengharapan dan tidak berdaya dan banyak kesukaran. Lihatlah tembok yang sedang runtuh di dunia pendidikan hai calon- calon guru, Lihatlah dan dengarlah tembok- tembok yang sedang runtuh hai para ahli kesehatan, hai ahli hukum, hai ahli pertanian, hai ahli jiwa. Mari melihat dan mendengar. Mari mau tahu. Duduklah, bersedih, berdoa, berkabung. Kita lanjutkan membaca ayat 4-11. Coba rasakan kegusaran hati Nehemia itu. Kegusaran yang dibawa di dalam doa yang otentik dan natural. Ya. Dia memang hamba yang peduli.
2. HAMBA DAN TINDAKANNYA (Neh 2)
Selang waktu antara pasal 1 dengan pasal 2 adalah sekitar 4 bulan. Selama berdoa, Nehemia sedang merencanakan sesuatu. Selama kurun waktu itulah kemungkinan besar Nehemia berdoa dan terus merenung bahkan berpuasa dicatat di pasal 1. Barangkali setiap hari dia berpikir keras dan menyusun rencana (1 : 11 b). Pasti ada keraguan yang dialami selama bergumul. Tetapi agaknya berita yang dia dengar benar- benar menggusarkan hatinya sampai terlihat di dalam ekspresinya di ayat 1. Muka yang muram tidak bisa ditutupi oleh Nehemia. Sampai akhirnya raja bertanya kepada sang hamba tentang kondisinya. Lihatlah apa yang dilakukannya, kesedihan tidak akan menjawab masalah. Tindakanlah yang akan menyelesaikan masalah. Dan ya, dia akan meninggalkan istana. Meminta izin membangun Yerusalem. Dalam ketakutan dan tidak lupa berdoa dia lupa dia berkata kepada raja : “ Jika raja menganggap baik dan berkenanan kepada hambamu ini, utuslah aku aku ke Yehuda, ke kota pekuburan nenek moyangku, supaya aku membangunnya kembali.” Pernyataan ini adalah sebuah rencana yang harus diakhiri dengan tindakan. Doa yang dipanjatkan tidak berhenti menjadi seruan minta tolong kepada Tuhan, tetapi doa itu mendorong sang hamba untuk bertindak. Masalah saya dan kita semua adalah minim di dalam action. Bicara tentang konsep dan perasaan saya yakin kita semua punya, tetapi tindakan saya kira kita akan berpikir 2 kali.
Kesedihannya tidak akan menyelesaikan masalahnya, tetapi tindakanlah yang akan menyelesaikan. Kepedihan kita terhdap bangsa ini tidak akan pernah menyelesaikan masalah ini jika tidak dilakukan dengan tindakan. Perasaan tidak akan menyelesaikan masalah, tapi tindakan. Nehemia adalah hamba Tuhan yang bertindak. Ketika kita melihat realita yang tidak baik, pasti kita bersedih, tetapi tidak bertindak. Permasalahan negeri ini membutuhkan tindakan- tindakan dari orang yang melihatnya. Dari tindakan kecil hingga tindakan besar. Betapa susahnya bertindak. Kita juga mungkin sering tidak bertindak ketika melihat orang lain membutuhkan pertolongan. Hal-hal yang tidak baik kita lihat di kantor/pekerjaan, berpikirlah untuk mengambil tindakan.
Ketika Raja bertanya apa yang dia inginkan, Nehemia sudah memikirkan sesuatu untuk membangun. Ada satu sisi penting dari Nehemia yakni “ Plan before action” Dari pasal satu ada sebuah rencana yang jelas sepertinya yang tersusun dengan baik selama dia berdoa. Ketika raja bertanya apa yang harus dilakukannya mari kita lihat ayat 7-9. Nehemia menganalisa, betapa seriusnya dia ingin bertindak. Dia berpikir, menghitung, dan merencanakan dengan baik. Tidak hanya sampai disana lihatlah apa yang dilakukannya ayat 11-16. Melakukan survey supaya melihat dengan jelas apa yang menjadi kebutuhan dalam pembangunan tembok sehingga dengan mantap dia berkata mari kita membangun. A good plan needed to have action. Gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan. Rencanakanlah apa yang ingin kita lakukan dan lakukanlah apa yang sudah kita rencanakan. Rencanakanlah sesuatu untuk menolong orang lain dan melakukannya, bukan hanya memiliki rencana tanpa melakukannya.
3. HAMBA DAN TANTANGANNYA
Keperdulian hanya bisa dilkakukan dengan tindakan, tapi faktanya tindakan bisa tidak terjadi karena adanya tantangan. Bagian terakhir yang ingin saya bagikan dari Nehemia adalah bagaimana dia menyikapi tantangan.
a. Ayat 1 menjelaskan bahwa ketika menyajikan minum bagi raja, Nehemia murung dan sebelumnya tidak pernah terjadi sampai raja bertanya kepada dia (ayat 2). Tantangan pertama yang dihadapi oleh Nehemia adalah dirinya sendiri.
Pasal 1 ditutup dengan sebuah penjelasan akan posisinya sebagai seorang juru minum raja. Pilihan untuk meninggalkan istana adalah pilihan untuk meninggalkan kenyamanan (zona nyaman). Kenikmatan istana diganti dengan kesusahan di lapangan. Pegawai kantor di istana raja berganti menjadi mandor lapangan. Dan dia harus selesai dengan dirinya sendiri. Dia harus tingalkan istana tempat nyaman itu. Tempat nyaman apa saat ini yang sedang kita nikmati ? Tantangan kita biasanya adalah diri kita sendiri, zona nyaman kita. Kenyamanan hidup bisa menghalangi kita untuk bertindak. Apa kenyamanan kita yang menghalangi berindak, apakah pekerjaan, gaji yang tinggi, karakter kita?
b. Nehemia lalu harus menghadapi sang raja yang saat ini dilayaninya, mukanya muram karena sedih.
Walaupun dia mungkin sudah selesai dengan dirinya sendiri tetapi dia harus berhadapan dengan pemimpinnya. Agaknya memang dia sangat ketakutan menghadapi ini. Suasana hati yang sedih terekspresi juga di dalam mimik Nehemia yaitu dia murung. Ayat 1 menjelaskan bahwa ketika menyajikan minum bagi raja, Nehemia murung dan sebelumnya tidak pernah terjadi sampai raja bertanya kepada dia (ayat 2). Banyak penafsir menduga bahwa hari itu adalah hari raya yang meriah dan apa yang dilakukan Nehemia adalah sesuatu yang bahaya dan dia memang sangat takut. Bermuka muram didepan raja dapat berakhir dengan hukuman mati.Tetapi apakah Nehemia mundur ? Tidak. Dia melangkah dan menyampaikan rencananya. Sesuatu yang sudah direncanakan dan didoakannya. Tantangan memang ada tetapi bukan untuk dihindari. Ketakutan wajar kita alami, tetapi ketakutan jangan menghalangi.
Kita bisa saja mengalami perjuangan ketika mengambil sebuah keputusan yang akan mendapatkan pertentangan dari orangtua dan keluarga. Petrus juga ketakutan ketika dia berjalan di atas air, tapi ia memilih untuk berjalan, walaupun akhirnya dia tenggelam. Adakah sesuatu atau hal berat yang membuat kita takut melakukan hal yang benar atau mengambil tindakan ? Menakutkan kita atau membuat gentar ? Majulah dengan doa. Berpengalamanlah dengan Tuhan maka kita akan melihat cara Tuhan bekerja walaupun mungkin harus tenggelam dulu.
c. Tantangan lain yang juga ditemukan adalah preman setempat seperti Sanbalat, Tobia, orang Amon dkk. (Neh 2:10)
Mereka tidak senang dengan karena ada orang yang datang mengusahakan kesejahteraan Israel. Lihatlah aksi mereka dalam ayat 19-20. Ketika Sanbalat, orang Horon, dan Tobia, orang Amon, Gesyem, orang Arab, mendengar itu, mereka mengolok- olokkan dan menghina kami. Kata mereka : “ Apa yang kamu lakukan itu ? Apakah kamu mau berontak terhadap raja ?. Tidaklah mudah membawa perubahan. Akan ada orang- orang yang sepanjang waktu terus menjadi penentang. Pernyataan ini bisa mengganggu rencana yang sudah berjalan. Krena orang Yehuda punya masa lalu yang kurang baik. Jika kita lihat dalam kitab Ezra Jika kita bandingkan dalam dalam Ezra 4 : 1-7, 24. Oleh karena lawan pembangunan Bait Allah digagalkan. Dan pernyataan Sanbalat dkk adalah ancaman yanng bisa melemahkan semangat orang lain. Mereka punya pengalaman masa lalu pernah gagal membangun bait suci karena ada perlawanan. Tetapi lihatlah jawaban Nehemia dalam ayat 20. Aku menjawab mereka, kataku : “ Allah semesta langit, Dia lah yang membuat kami berhasil ! Kami, hamba- hambaNya, telah siap untuk membangun. Tetapi kamu tak punya bagian atau hak dan tidak akan diingat di Yerusalem. “. Kita juga pasti akan menghadapi teman-teman satu kerja yang tidak senang ketika kita menlakukan kebenaran. Tantangan memang ada tetapi bukan untuk dihindari. Ketakutan wajar kita alami, tetapi ketakutan jangan menghalangi. Alih- alih fokus kepada ancaman, Nehemia fokus kepada Allah. Dia tidak menhabiskan energi kepada pergumulan atau tantangan tetapi fokus kepada Allah. Benarlah Dia memang adalah Hamba Allah. Bukan hamba yang lain.
PENUTUP
1. Nehemia adalah tanda hidup bagi kaum Israel yang terbuang bahwa kemurahan Tuhan masih hadir dalam pembuangan itu. Melihat kehidupan Nehemia kita akan melihat hidup seseorang yang mau menghambakan diri kepada Allah, Tuhan sedang memanggil orang-orang yang mau menghambakan diri kepadaNya.
2. Nehemia bukanlah seorang Kesatria, namun kualitasnya keberaniannya jelas mencerminkan karakter seorang kesatria yang handal.
3. Nehemia bukanlah seorang Nabi, namun ucapan tindakannya tidak kurang dari karakter seorang Nabi Allah.
4. Nehemia juga bukanlah seorang imam, namun ia membawa umat Allah untuk hidup beribadah dan mencintai taurat Allah. Sang Hamba yang mau peduli, bertindak, dan menghadapi tantangan demi menghambakan diri kepada Tuhan membawa pembaharuan di tanah pembuangan.
Nehemia adalah hamba Tuhan yang perduli, bertindak sekalipun ada banyak tantangan. Indonesia membutuhkan juga orang-orang yang demikian. Apapun yang menjadi bidang kita, kondisi kita. Allah memanggil kita untuk menghambakan diri kepadaNya melalui keperdulian, kemauan dan bertindak. Efesus 2 : 10 “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya”. Be A Servant in a time of change. (Kepedulian, Tindakan, Tantangan).
SOLIDEO GLORIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar