Jumat, 14 Juni 2019

SELF ESTEEM

Oleh : Debbie Silitonga, SE. MACI


Self Esteem : Suatu komponen dari konsep diri (self concept). Self esteem : Harga diri/penghargaan diri Penilaian seseorang bahwa dirinya berharga dan mampu (kompeten, sanggup), mencakup aspek kognitif dan behavior.
Pengaruh Self Esteem:
¢ Bagaimana berperilaku dan berhubungan dengan orang lain (menjalin relasi dengan orang lain dalam berbagai lingkungan; lawan jenis, orang baru, menghargai perbedaan, dll)
¢ Bagaimana seseorang berusaha untuk sukses/berhasil dalam hidup. Jika seseorang menganggap ia tidak mampu, maka ia tidak akan melakukan apapun.

a.      Karakteristik Self Esteem tinggi (kecenderungannya):
·     Adanya penerimaan dan penghargaan diri secara positif (self acceptance), bukan self centered, tapi self understanding, menyadari kekurangan dan kelebihan kita dan akhirnya menerima keadaan diri sendiri.
·         Memiliki rasa aman, tidak mudah curiga dengan orang lain
·         Mandiri
·         Kreatif
·         Fleksibel
·         Berani menghadapi tantangan, walaupun tetap hati-hati dalam setiap tindakan.
·         Cenderung puas dengan karakter dan kemampuan dirinya
·         Suka berperan aktif dalam kelompok sosial (senang bergaul, bukan penyendiri)
·         Tidak mempunyai gangguan kepribadian
·         Realistis terhadap tujuan-tujuan pribadinya
·         Bisa mengekspresikan perasaannya dengan wajar
·         Lebih bahagia

b.      Karakteristik Self Esteem Rendah:
·         Memiliki rasa kurang percaya diri
·         Cenderung pesimis tentang masa depan
·    Memiliki reaksi-reaksi emosional dan behavioral yang negatif/merugikan (takut, malu, inferior, berpikir kurang baik) tentang diri/membenci dirinya sendiri
·         Tidak bisa mengendalikan emosi (reaksional, pendendam, dll)
·         Susah menjalin relasi yang dekat/intim
·         Cepat menyerah/putus asa

c.      Kemungkinan Penyebab low self esteem :
·         Pelecehan di masa anak-anak (child abuse), bisa fisik, verbal, sexual.
·        Poor self image (penghargaan diri yang rendah), merasa diri tidak bisa melakukan apa-apa.
·         Trauma (bisa terjadi karena kesedihan, bencana alam)
·   Dissatisfaction with personal appearance (ketidakpuasan dengan penampilan pribadi).
·         Parent’s negligence (pengabaian oleh orangtua)
·         Poor financial situation (kondisi kemiskinan, ketidakberdayaan secara ekonomi)
·     Excessive critism (penilaian yang buruk tentang diri). Kemarahan yang berlebihan yang diterima anak, selalu dikritik, disalahkan dan dianggap tidak mampu.
·        Unemployment
·       Bullying. Perlu hati-hati dalam berkata-kata, merasa hal itu lucu padahal bagi orang lain tidak.
·         Betrayal (pengkhianatan)
·         Unrealistic expectation (harapan yang tidak realistis)
Jika kita mengalami hal ini tidak berarti kita akan menjadi rendah self esteem kita. Biasanya ada beberapa faktor sebagai penyebab.

Bagaimana Self Esteem terbentuk

Psychological mirrors, seperti melihat cermin, kita melihat gambaran diri kita.
·         Respon yang diterima seorang bayi adalah dasar terbentuknya pandangan tentang dirinya.
·    Sentuhan, gerakan tubuh, nada suara, ekspresi wajah dan ketegangan otot dari orang-orang disekitarnya mengirimkan pesan kepadanya tentang siapa dirinya.
·  Sikap hangat dan positif dari orang-orang terdekat menjadi cermin yang memperlihatkan siapa dirinya. Inilah yang menjadi cikal bakal bertumbuhnya penghargaan diri.

Bayi akan menerima dirinya dari perlakuan orangtua, khususnya ibunya, bisa merasakan sentuhan, ekspresi wajah, ketegangan otot, nada suara tinggi atau rendah, apakah ketika dia menangis, ingin minum, orangtuanya langsung menggendongnya atau tidak, Mungkin ibunya memberi botol susu dengan kasar sambil marah-marah. Jadi seorang anak harus dirawat bahkan sejak dari kandungan.
kita akan menghargai diri kita setinggi respon yang signifikan  dari orang-orang terdekat kita. Self esteem tinggi akan merasa disayang, dihargai, dipuji, didorong untuk bisa melakukan apa yang perlu. Ketika orang lain menolak kita, kitapun menolak diri sendiri, dan merasa tidak mampu,
  
Psychological mirrors

Positip
 Negatif
     Penerimaan diri
     Merasa disayang
     Merasa mampu
     Percaya diri
     Kreatif
     Berani berinisiatif
     Tidak mudah putus asa
     Kepribadian sehat


     Penolakan diri
     Merasa tidak dibutuhkan
     Merasa tidak mampu
     Kepribadian lemah
     Takut menghadapi resiko
     Sulit adaptasi
     Sulit menjalin relasi
     Rentan terhadap gangguan kepribadian

 
Semuanya ini banyak dibentuk dari keluarga. begitu pentingnya pembentukan ini dalam keluarga.
Ketika seorang anak diabaikan oleh orangtua (membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain) akan menimbulkan luka batin yang lama, dan dia harus bisa keluar dari hal ini.  Jika di keluarga, orangtua lebih mengasihi anak yang lain (favoritism) juga akan menimbulkan luka batin. Jika tidak ditolong, akan membentuk self esteem yang rendah. Jika kita ingin menolong orang yang mengalami pengabaian orangtua, harus mengajukan pertanyaan yang akan menyelidiki masalah intinya dan bisa saja akan didapatkan setelah beberapa kali pertemuan. Kuncinya :
·    Kita tidak bisa menolong orang yang tidak mau ditolong, dia harus mau datang untuk meminta bantuan.
·  Kita harus menjadi sahabatnya yang tidak menghakimi tapi mau mendengar keluhannya, menangis bersama dia
·     Masa lalunya harus diterima, karena tidak bisa diubah, yang bisa kita lakukan adalah untuk ke depannya
·     Memahami kondisi apa yang terjadi, klarifikasi dari pihak yang membuat dia kecewa juga belum tentu memuaskan
·  Dia harus menerima dan mengampuni (diri sendiri dan orang yang membuatnya kecewa), perlu pendampingan dari orang lain yang akan mendampingi dia untuk mengampuni
·    Akhirnya dia memiliki perspektif yang berbeda, mungkin orangtuanya atau orang-orang yang mengecewakan dia, akan tetap seperti itu
Jika ada orang yang tidak bisa tidur selama sebulan, dia harus disembuhkan dulu ke psikiater dan setelah sembuh, ia bisa dikonseling ke konselor/psikolog.
Dua orang anak laki-laki, dibesarkan oleh ayah yang pemabuk. salah satu anak tumbuh menjadi pecandu alkohol, dan ketika ditanyakan mengapa dia menjadi alkoholik, dia menjawab “ Saya melihat ayah saya”. Anak yang lain, tumbuh menjadi orang yang tidak pernah meminum alkohol. Ketika ditanyakan mengapa ia seperti itu, ia menjawab “Saya melihat ayah saya” Dua orang anak yang dibesarkan oleh ayah yang sama, memiliki pandangan yang berbeda. Sudut pandang kita melihat sesuatu dalam hidup akan menentukan tujuan akhir kita. dalam kehidupan, kita bisa memilih, menjadi KORBAN atau menjadi PEMENANG. Yang bisa kita perbaiki adalah sikap dan respon kita ke depan, dan semua yang kita alami di masa lalu akan membentuk kita yang sekarang.

Penutup
Kita dibentuk serupa dan segambar dengan Allah dan hal ini  sangat menolong kita mengerti mengapa kita harus ada. Walaupun orang memandang kita rendah, tetapi Tuhan memilih kita, menciptakan kita dengan kelemahan dan kelebihan kita.
Hal inilah yang Menjadi KUNCI yang dapat membuka pintu menuju perkembangan dan nilai diri positif. Seseorang dimungkinkan berkembang, bertumbuh dari hari ke hari dengan lebih baik karena kita meresponinya dengan perspektif yang benar dan kita akan hidup sesuai dengan nilai-nilai yang kita imani tersebut.

SOLIDEO GLORIA

 
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tema Unggulan

Mempersiapkan PERKAWINAN

Oleh : Drs. Tiopan Manihuruk, MTh Perjalanan masa pacaran yang langgeng akan terlihat dari: bertumbuh dalam iman dan karakter (jika...