Oleh : Pdt. Parlindungan Situmorang, M.Th
(Titus 1:1-4)
Seringkali ketika kita menjadi mahasiswa, memiliki pertumbuhan rohani yang baik karena masih mengikuti pelayanan yang sistematis, tetapi ketika menjadi alumni mungkin mengalami kemunduran bahkan ada yang tidak memiliki pelayanan apapun, sebagai alumni seharusnya kita mengalami kemajuan secara rohani bukan stagnan atau mundur. Alumni yang berkeluarga bisa tidak memiliki gereja yang tetap, tidak memiliki beban untuk terlibat dalam pelayanan, bahkan kita dapati ada alumni kita yang bermasalah dalam pernikahannya. Karena itu penting bagi kita belajar bagaimana memelihara iman.
Latar Belakang.
Titus adalah seorang berkebangsaan Yunani (Gal. 2:3) dan Paulus yang melayani dia secara pribadi. Titus pernah satu pelayanan dengan Paulus di Korintus (2 Kor. 7:13-14; 8:6,16,23; 12:18), dan kemudian Titus melayani di Kreta.Titus dimenangkan Paulus secara pribadi (Titus 1:4). Paulus memuji Titus , “Titus adalah temanku yang berkerja bersama-sama dengan aku untuk kamu” (2 Kor. 8:23).
Titus mungkin seorang yang masih muda, tetapi tidak seperti Timotius, Titus bukan seorang pemalu dan tidak menderita penyakit fisik.Paulus telah bersama-sama dengan Titus di Pulau Kreta dan meninggalkan dia di sana untuk melayani dan memperbaiki hal-hal yang salah. Karena orang-orang Yahudi dari Pulau Kreta itu hadir pada hari Pentakosta (Kis 2:11), mungkin merekalah yang membawa Injil ke negeri asal mereka.
Masalah yang dihadapi Titus dalam pelayanannya:
1. Jemaat di Pulau Kreta memerlukan pemimpin-pemimpin yang memenuhi syarat, dan berbagai kelompok dalam jemaat itu memerlukan penggembalaan. Kita sebagai alumni binaan pelayanan mahasiswa, sangat diharapkan dapat menjadi pemimpin-pemimpin yang terlibat melayani di gereja.
2. Sekelompok pengajar sesat berusaha mencampurbaurkan hukum Yahudi dengan Injil tentang kasih karunia Allah (Tit 1:10,14). Hal yang sama juga kita hadapi, ada penyesat yang mungkin bisa masuk ke gereja, kita harus waspada dengan pengajaran-pengajaran yang ada. Saksi Yehowa banyak membagi-bagikan buku di tempat-tempat umum. Sejak dicabut larangan pada saksi Yehowa, peningkatan pengikutnya 2x lipat dari sebelumnya. Beranikah kita melawan setiap pengajar sesat ini? Kita seharusnya mencoba menghempang semua pengajaran sesat ini supaya jangan makin menyebar.
3. Sementara itu beberapa orang Yahudi yang percaya telah menggunakan berita tentang kasih karunia dan bertingkah laku seperti orang yang tidak bermoral (2:11-15). Apakah di pekerjaan kita masih menjaga hidup jujur dan berintegritas, atau sudah menjadi sama dengan dunia? Kita harus tetap bisa menjada kekudusan dalam seluruh segi hidup kita.
Pada dasarnya orang-orang Kreta tidak mudah diajak kerja sama (1:12-13). Itu sebabnya dia berkecil hati. Karena itu Titus memerlukan kesabaran dan kasih yang luar biasa untuk menghadapi mereka. Iman dan pertumbuhan rohani kita harus kuat supaya kita dapat tetap bertahan setia dalam hidup.
Sesungguhnya Titus bisa berasalan untuk melayani di tempat lain yang lebih mudah, namun ia tetap bertahan di Kreta dan menyelesaikan pelayanannya. Bahkan di gereja juga untuk penempatan pendeta di kota besar juga bisa diurus, untuk pemilihan pimpinan gereja juga sudah ada “tim pemenangan”.
1. Iman harus tetap terpelihara
Iman kita harus terpelihara dengan firman Tuhan. Paulus rindu agar iman mereka didasarkan pada pengenalan mereka tentang kebenaran Allah. Injil Tuhan Yesus, itulah kebenaran, yang mendatangkan keampunan dosa dan keselamatan bagi orang yang menerimanya. Jika kebenaran itu diterima dengan iman, maka hal itu mendatangkan ibadah yang sejati, ibadah kepada Allah yang memberikan hidup yang kekal. Iman harus terus ditumbuhkembangkan hingga menjadi matang. Orang yang bertahan dalam kebenaran akan kelihatan dalam mobilitasnya dalam ibadah. Iman kita bisa makin merosot karena sudah tidak setia dalam hpdt, tidak melakukan KTB.
Aspek-aspek iman:
· Iman yang menyelamatkan
· Iman Doktrinal: pengetahuan (noticia), keyakinan (asensus) penyerahan diri (fuducia). Perlu pengetahuan firman yang terus bertumbuh, banyak membaca buku rohani.
· Iman yang berdampak dalam kehidupan sehari-hari: kekudusan vs dosa, buah/karakter, firman, ibadah/persekutuan, doa dan kesaksian. Iman harus masuk ke dunia nyata, apa yang dilakukannya dalam kekudusan, hidup berbeda dari dunia.
· Iman yang memunculkan ketangguhan dalam menghadapi pergumulan. Lukas 8:25, ketika ada angin sakal, murid-murid Yesus ketakutan, dan merasa mereka akan binasa, dan Yesus menegur mereka karena tidak beriman.
2. Kemampuan dan wawasan dalam pelayanan harus dikembangkan.
Apa telanta yang kita miliki harus dikembangkan, juga wawasan, termasuk soal politik, jangan tidak perduli dengan situasi dan kondisi bangsa dan Negara.
Tugas Titus mengatur jemaat di Kreta: mengangkat para penatua dan diaken, menyelenggarakan ibadah, mengajar dan memelihara iman jemaat dsb, tentu tidaklah mudah.
Titus bukanlah seorang rasul, tetapi ia mendapat tugas yang lebih tinggi dari pada penatua dan penilik jemaat. Sebagai seorang yang masih muda tentu Titus membutuhkan kemampuan yang memadai untuk tugas berat tersebut.
Untuk itu Titus dituntut untuk terus berusaha mengembangkan dirinya sedemikian rupa. Di sisi lain ternyata ada beberapa orang jemaat yang berpengaruh mencoba menentangnya ketika ia menjalankan tugas itu. Itu sebabnya Paulus menegaskan kepada jemaat Kreta bahwa kepemimpinannya didasarkan pada wibawa atau mandat yang diberikan Rasul Paulus, jadi mereka harus menghormatinya.
Murid Kristus yang mau belajar dan memiliki pengenalan akan Allah
Murid Kristus yang mau diajar, pasti mencintai kebenaran, perluas wawasan, bukan mengikuti kemajuan zaman. Bertumbuh menuju kedewasaan, ambil bagian dalam pekerjaan Allah dan penginjilan.
3. Pengabdian dan penghambaan diri harus terus dimurnikan
Paulus membuka surat ini dengan penegasan dirinya sebagai “hamba Allah”. Hanya dalam surat inilah Paulus menyebut dirinya hamba Allah. Dia ingin menekankan pada Titus, bahwa mereka adalah hamba Allah.Tiap-tiap orang percaya, apapun jabatannya dalam struktur gereja, hanyalah merupakan hamba Allah, yang melayani Allah dengan seluruh pengabdian yang tulus (Rm 1:9). Jiwa hamba: landasan bagi kita dalam melayani Tuhan. Kita dipanggil untuk memiliki jiwa seorang hamba (doulos), bukan tuan.
Dalam panggilan itu ada tanggung jawab yang harus kita kerjakan, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama. Masing-masing orang pasti ada bagiannya. Kita belajar setia mulai dari perkara-perkara kecil, hingga akhirnya Tuhan mempercayakan perkara yang lebih besar.
Kembangkan Jiwa hamba, bukan tuan, setia dalam perkara kecil – perkara besar, lakukan tanggung jawab bersama, bukan tanggung jawab pribadi. Lakukan tugas pelayanan tanpa bersungut-sungut bahkan tanpa pamrih.
Harus terus menerus memelihara imannya dan mendapati dirinya tetap dalam kondisi prima untuk siap sedia dalam setiap tantangan hidup dan pelayanan.
Iman yang terpelihara bukan terletak pada simbol-simbol luar yang kasat mata saja, tetapi hati yang telah diperbaharui Kristus yang melahirkan semangat juang, kerelaan berkorban dan mengabdi kepada Tuhan. Gereja dan bangsa ini membutuhkankan kesediaan kita semua untuk tugas ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar